17 buatan. Metode ini menggambarkan jasa lingkungan yang bisa ditiru dengan
menggunakan teknologi. Menurut Garrod dan Willis 1999 pendekatan replacement cost menilai nilai sumber daya dengan berapa besar biaya yang
dikeluarkan untuk mengganti atau mengembalikan setelah sumber daya tersebut telah rusak.
2.4 Penanganan Sampah
Penanganan sampah merupakan perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah atau eksternalitas negatif yang
dapat ditimbulkan dari adanya sampah. Penanganan sampah dapat berbentuk semata-mata membuang sampah atau mengembalikan sampah recycling menjadi
bahan-bahan yang bermanfaat. Tahap pertama di dalam penanganan sampah adalah mengumpulkan sampah dari berbagai tempat ke suatu lokasi pengumpulan,
setelah itu diadakan pemisahan komponen sampah menurut jenisnya. a.
Pengumpulan sampah Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan
terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Biasanya pengumpulan sampah tidak banyak mengalami kesulitan. Dengan alat-alat yang sederhana seperti
sapu, pengeruk, maka sampah dapat dikumpulkan. Di kota-kota besar, untuk mempermudah pengumpulan sampah banyak dijumpai tempat-tempat sampah
berupa bak sampah, tong sampah, dan kota-kotak sampah, kemudian dengan menggunakan kendaraan-kendaraan pengangkut, misalnya truk, gerobak
sampah, dan lain sebagainya sampah-sampah tersebut diangkut ke lokasi pemrosesan akhir sampah.
b. Pemisahan
Pemisahan merupakan upaya memisahkan jenis-jenis sampah, baik yang tergolong sampah organik maupun anorganik. Pemisahan sampah dapat
dilakukan berdasarkan metode pengolahan sampah yang dilakukan, apabila metode yang dilakukan adalah insenerasi maka perlu dipisahkan sampah yang
mudah meledak dan sulit terbakar, apabila metode yang digunakan adalah sanitary landfill maka perlu dipisahkan sampah yang sulit terurai dan lebih
18 baik didaur ulang, apabila menggunakan metode open dumping maka sampah
berbahaya dan beracun harus dipisahkan. c.
Pembakaran Pembakaran sampah dapat dikerjakan pada suatu tempat, misalnya
ladang atau tanah lapang yang jauh dari segala kegiatan agar tidak mengganggu. Namun kegiatan pembakaran sampah sulit dilakukan dan
dikendalikan apabila terdapat angin yang kencang sehingga nantinya sisa-sisa pembakaran akan terbawa oleh angin dan akan mengganggu tempat-tempat di
sekitarnya. Pembakaran yang paling baik dilakukan pada suatu instalasi pembakaran, agar dapat diatur prosesnya sehingga tidak mengganggu
lingkungan. Tetapi proses pembakaran seperti ini memerlukan biaya operasi yang mahal.
d. Penimbunan Sampah
Kegiatan pembakaran sampah merupakan salah satu cara untuk menghilangkan timbunan sampah akan tetapi metode pembakaran sampah
seperti ini tidak dapat mengambil manfaat dari adanya sampah. Penimbunan sampah mempunyai tujuan untuk menangani permasalahan sampah sekaligus
masih banyak manfaat yang dapat diambil dari keberadaan sampah tersebut seperti untuk pembuatan kompos, pemanfaatan biogas, ataupun kegiatan daur
ulang sampah Hadiwiyoto, 1983.
2.5 TPA Tempat Pemrosesan Akhir
Terdapat beberapa jenis tempat pengelolaan sampah diantaranya Tempat Penampungan Sementara TPS adalah tempat sebelum sampah diangkut ke
tempat pendaur ulangan, pengolahan, dan atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu TPST. Tempat Penampungan Sementara 3R reduce, reuse, recycle
TPS 3R adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendaur ulangan skala kawasan. Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu TPST adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, pendauran ulangan, pengolahan, dan pemrosesan
akhir sampah. Tempat pemrosesan akhir yang selanjutnya disingkat TPA adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media lingkungan
19 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.81 Tahun 2012 sedangkan dalam
Azmir 2012 Dirjen PPM Pemberantasan Penyakit Menular dan PLP Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI 1989,
mengemukakan pengertian TPA adalah lokasi untuk memusnahkan sampah pada tempat tertentu dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Lokasi untuk penempatan TPA harus memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut:
1. Jarak terhadap pemukiman minimal 3 km. 2. Jarak terhadap sumber air baku untuk air minum mata air, sumur, danau dan
lain-lain minimal 200 meter. Hal ini mengingat, bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran
terhadap sunber air tersebut. 3. Tidak terletak pada daerah banjir, hal ini mengingat kemungkinan
terbawanya sampah TPA oleh air yang akan mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan.
4. Tidak terletak pada lokasi yang permukaan air tanahnya tinggi, hal ini mengingat bahwa lokasi TPA pada tempat yang air tanahnya tinggi akan
berakibat pencemaran air tanah baik kualitas maupun jumlahnya. Bila sampah langsung kontak dengan air tanah, pencemarannya akan meluas dan
terjadi dalam waktu yang lama. 5. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besarumum, sedikitnya 200 meter, hal
ini mengingat alasan estetika, tidak terlihat dari jalan umum. Ini bisa dilakukan dengan membangun pagar atau penanaman pepohonan dan
sebagainya 6. Tidak merupakan sumber bau, kecelakaan serta memeperhatikan aspek
estetika. 7. Jarak dari bandara tidak kurang dari 5 km.
b. Pengelolaan sampah di TPA harus memenuhi ketentuan sebagai berikut : 1. Diupayakan agar lalat, nyamuk, tikus, kecoa tidak berkembangbiak dan tidak
menimbulkan bau. 2. Memiliki drainase yang baik dan lancar.