7 Tabel 3. Nilai kapasitas cadangan lengas tanah berdasarkan tekstur tanah dan kelompok tanaman
Klasifikasi tanaman Tekstur tanah
Air tersedia mm m
Daerah perakaran
m Cadangan
lengas tanah mm
Tanaman berakar dangkal
Pasir halus 100
0.50 50
Lempung berpasir halus 150
0.50 75
Lempung berdebu 200
0.62 100
Lempung berliat 250
0.40 100
Liat 300
0.25 75
Tanaman berakar sedang
Pasir halus 100
0.75 75
Lempung berpasir halus 150
1.00 150
Lempung berdebu 200
1.00 200
Lempung berliat 250
0.80 200
Liat 300
0.50 150
Tanaman berakar dalam
Pasir halus 100
1.00 100
Lempung berpasir halus 150
1.00 150
Lempung berdebu 200
1.25 250
Lempung berliat 250
1.00 250
Liat 300
0.67 200
Tanaman buah- buahan
Pasir halus 100
1.50 150
Lempung berpasir halus 150
1.67 250
Lempung berdebu 200
1.50 300
Lempung berliat 250
1.00 250
Liat 300
0.67 200
Tanaman hutan Pasir halus
100 2.50
250 Lempung berpasir halus
150 2.00
300 Lempung berdebu
200 2.00
400 Lempung berliat
250 1.60
400 Liat
300 1.17
350 Sumber : Thornthwaite dan Mather, 1957
2.2.5 Limpasan
Limpasan merupakan bagian dari presipitasi juga kontribusi-kontribusi permukaan dan bawah permukaan yang terdiri dari gerakan gravitasi air dan Nampak pada saluran permukaan dari
bentuk permanen maupun terputus-putus Seyhan, 1990. Jika evapotranspirasi potensial lebih kecil dibandingkan dengan evapotranspirasi aktual, maka akan terjadi defisit air. Hal ini ditunjukan dalam
persamaan 7: D = ETP
– ETa .............................................................................................................................. 7 dengan:
D : defisit mmbulan
ETa : evapotranspirasi aktual mmbulan
Setelah simpan air telah mencapai kapasitas cadangan lengas tanah water holding capacity, kelebihan curah hujan akan dihitung sebagai CH
lebih
. Air ini merupakan kelebihan setelah air tanah terisi kembali. Dengan demikian CH
lebih
dihitung sebagai nilai curah hujan dikurangi dengan nilai evapotranspirasi. Selanjutnya, CH
lebih
akan menjadi limpasan dan pengisian air tanah. CH
lebih
ditentukan dengan persamaan: S = P
– ETP - ΔST .............................................................................................................................. 8 dengan:
S : CH
lebih
mmbulan
8 Curah hujan lebih kemudian akan diturunkan dalam bentuk limpasan dan pengisian air tanah.
Besarnya limpasan sebanding dengan proporsi koefisien limpasan pada wilayah tersebut. Sedangkan besarnya pengisian air tanah merupakan sisa nilai curah hujan lebih yang tidak menjadi limpasan.
Total limpasan dan pengisian air tanah dapat dikelola dan dijadikan suplai air. Untuk menduga besaran limpasan yang terjadi di suatu wilayah, perlu diketahui nilai koefisien aliran permukaan.
Schwab et al 1981 menyatakan bahwa koefisien aliran permukaan C didefinisikan sebagai nisbah laju puncak aliran permukaan terhadap intensitas hujan. Faktor utama yang mempengaruhi C adalah
laju infiltrasi tanah, tanaman penutup dan intensitas hujan. Nilai C untuk DAS pertanian bagi tanah kelompok hidrologi B tertera pada Tabel 4. Frekuensi terjadinya hujan mempengaruhi debit air dalam
DAS.
Tabel 4. Koefisien limpasan C untuk daerah tangkapan air lahan pertanian kelompok tanah B
No Tanaman Penutup Tanah dan
Kondisi Hidrologi Koefisien C untuk Laju Hujan
25 mmjam 100 mmjam
200 mm jam 1
Tanaman dalam baris, buruk 0.63
0.65 0.66
2 Tanaman dalam baris, baik
0.47 0.56
0.62 3
Padian, buruk 0.38
0.38 0.38
4 Padian, baik
0.18 0.21
0.22 5
Padang rumput potong, pergiliran tanaman, baik
0.29 0.36
0.39 6
Padang rumput potong, penggembalaan tetap, baik
0.02 0.17
0.23 7
Hutan dewasa, baik 0.02
0.10 0.15
Sumber : Schwab, et al, 1981
2.3 Daya Dukung Lingkungan