24 65:35 menurut nilai rataan dari tiap DTA. Secara umum dapat dilihat bahwa kapasitas simpan air pada
suatu wilayah akan berpengaruh pada nilai CH
lebih
. Tabel 17. Hubungan beberapa parameter neraca air dengan luasan bangunan di wilayah kampus
IPB lahan terbangun
Parameter mmtahun CH
lebih
Limpasan Simpan air
0.00 1322.62
462.92 859.70
10.00 1432.80
551.63 881.17
20.00 1542.98
648.05 894.93
30.00 1653.15
752.19 900.97
40.00 1765.29
864.99 900.30
50.00 1887.08
990.72 896.36
60.00 2008.86
1124.96 883.90
70.00 2130.65
1267.73 862.91
80.00 2259.55
1423.51 836.03
90.00 2394.72
1592.49 802.23
100.00 2529.90
1770.93 758.97
Gambar 8. Kurva neraca air untuk berbagai luasan bangunan
4.4 Konservasi Air Tanah dan Perencanaan Tata Guna Lahan
Analisis neraca air untuk wilayah kampus IPB Dramaga memberikan gambaran perubahan nilai CH
lebih
, limpasan, dan pengisian air tanah. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui luasan ideal dalam komposisi hutan dan komposisi bangunan. Pada komposisi hutan diperoleh nilai aman
pada komposisi minimal 30 luas hutan dan maksimal 40 untuk komposisi luas pemukiman. Berdasarkan perhitungan neraca air untuk DTA 7, DTA 9a dan DTA 9c memiliki persentase
lahan terbangun lebih dari 40 sehingga untuk kedepannya pada lahan tersebut luasan hutan harus dipertahankan dan tidak diizinkan untuk didirikan bangunan. Untuk DTA 3 luas hutan sebesar 30
sudah mencukupi dan perlu dipertahankan bahkan dapat ditingkatkan. Komposisi perbandingan simpanan air tanah dan limpasan yang dianggap ideal untuk Kampus IPB Dramaga adalah 65:35.
Penambahan luasan lahan hutan yang disarankan untuk tiap DTA dapat dilihat pada Tabel 18 dengan
25 asumsi penambahan STo berbanding lurus, namun untuk DTA 9a dan 9c penambahan luas vegetasi
tetap tidak mampu menaikan persentase perbandingan simpanan air dan limpasan pada 65:35 karena pada wilayah tersebut sudah tidak dimungkinkan lagi untuk dilakukan penambahan vegetasi.
Tabel 18. Perubahan luasan lahan hutan DTA
Kondisi awal ha Kondisi 65:35 ha
Penambahan yang disarankan ha
4 13.32
13.74 0.42
7 11.57
12.74 0.90
9a 7.86
8.02 0.16
9b 5.86
6.04 0.18
9c 22.29
23.01 0.72
12 7.79
8.03 0.24
Pengolahan limpasan dan pengisian air tanah di wilayah Kampus IPB Dramaga memiliki memiliki potensi untuk dimanfaatkan. Limpasan dan pengisian air tanah dapat dimanfaatkan untuk
kebutuhan penduduk dengan cara yang berbeda. Menurut Arsyad 2010, ada tiga cara pendekatan dalam konservasi tanah, yaitu 1 menutup tanah dengan tanaman atau sisa-sisa tumbuhan dan
tumbuhan agar terlindung dari daya perusak butir-butir hujan yang jatuh, 2 memperbaiki dan menjaga keadaan tanah agar resisten terhadap daya penghancur agregat oleh tumbukan butir-butir
hujan dan pengangkutan oleh aliran permukaan dan 3 mengatur aliran permukaan agar mengalir dengan kecepatan yang tidak merusak dan memperbesar jumlah air yang terinfiltrasi. Oleh karena itu
metode konservasi yang dapat dilakukan untuk wilayah Kampus IPB Dramaga adalah pembuatan lubang biopori, reservoir, dan penambahan jumlah vegetasi.
Lubang biopori merupakan teknologi yang mudah dan murah. Lubang biopori merupakan lubang sedalam 1 m dengan diameter 10 cm. Lubang biopori dapat menambah luasan resapan air ke
dalam tanah yang semula 78.5 cm
2
setelah menjadi lubang biopori dengan kedalaman 100 cm, luas bidang resapannya menjadi 3218 cm
2
Brata, et al 2007. Pada penelitian ini dilakukan observasi langsung ke wilayah kajian untuk mendapatkan pola
aliran air. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan wilayah Kampus IPB Dramaga dapat dibagi dalam 14 DTA. Pembagian wilayah DTA berdasarkan input dan output aliran air. Untuk konservasi
pengolahan pengisian air tanah dan perencanaan tata guna lahan perlu memperhitungkan pola aliran ini. Pola aliran air untuk wilayah kampus IPB Dramaga dapat dilihat pada Gambar 9.
Dalam penelitian ini dilakukan penggambaran untuk 5 penggambaran melintang. Gambar melintang 1, gambar melintang 2, dan gambar melintang 3 diambil karena berada di wilayah yang
padat aktifitas akademik yaitu pada DTA 9. Gambar melintang 4 diambil karena terdapat wilayah yang memiliki potensi untuk dijadikan reservoir yaitu pada DTA 4. Terdapat beberapa saluran
drainase air yang mengarah ke DTA ini, sedangkan gambar melintang 5 diambil karena pada wilayah tersebut berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk yaitu pada DTA 6. Penggambaran
melintang dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas terhadap wilayah kajian, sehingga dapat dilakukan konservasi yang tepat. Pengolahan limpasan dan kapasitas simpan air diarahkan pada
teknologi yang murah dan tepat guna. Pada gambar melintang 1, gambar melintang 2 dan gambar melintang 3 merupakan wilayah dengan aktifitas mahasiswa yang relatif padat. Aliran air pada
wilayah ini mengalir kearah Danau Situ Leutik. Lahan bangunan di wilayah ini relatif luas dibandingkan dengan lahan lain di wilayah Kampus IPB.
26 Gambar 9. Pola aliran air
Gambar 10. Penampang melintang 1 Penggambaran penampang melintang untuk gambar melintang 1, gambar melintang 2 dan
gambar melintang 3 dapat dilihat pada Gambar 10, Gambar 11 dan Gambar 12. Pada DTA 9 sering terjadi genangan air pada saat turun hujan yaitu pada jalan Kamper, sehingga upaya yang dapat
dilakukan adalah memperbesar lubang drainase pada bagian jalan Kamper Gambar 9. Hal ini dikarenakan pada DTA 9 memiliki bangunan yang relatif luas, sehingga diperlukan upaya untuk
mengurangi limpasan. Lubang drainase pada bangunan sadap tersebut perlu diperbesar Gambar 13. Keterangan:
: Arah aliran indikatif : Arah trase aliran
: Lokasi lubang drainase yang pelu diperbesar
DTA 9 DTA 4
DTA 6
Kolam FPIK
Gedung perkuliahan
100 200
190 180
Jarak m Vegetasi
27 Gambar 11. Penampang melintang 2
Gambar 12. Penampang melintang 3
Gambar 13. Lubang drainase Lahan pada DTA 4 merupakan wilayah cekungan antara RS Hewan dengan perumahan
dosen. Terdapat beberapa saluran drainase yang bermuara ke lahan ini. Pada DTA 4 terdapat wilayah berpotensi dibagun reservoir yang dapat berfungsi untuk menampung limpasan. Hal ini dikarenakan
banyak saluran drainase yang bermuara ke wilayah ini. Selain itu terdapat sumber mata air yang selalu mengalir dan dimanfaatkan untuk lahan pertanian dan kolam ikan, tetapi sebagian besar mata air
mengalir dalam saluran dan langsung terbuang ke sungai.
Gambar 14. Penampang melintang 4 Vegetasi
Vegetasi Perumahan
dosen Jarak m
100 200
350 172
182
Dibangun reservoir
190 180
100 200
350
Danau Situ Leutik
Rektorat vegetasi
vegetasi Jarak m
Fema, Fateta Fahutan
Jarak m Arboretum
100 200
400 750
190 180
28 Oleh karena itu, mata air ini sangat berpotensi untuk dijadikan sumber air untuk reservoir,
bahkan menurut keterangan warga daerah ini dahulu merupakan waduk yang memiliki tubuh bendung. Namun kemungkinan tersebut perlu adanya kajian lebih lanjut. Gambar penampang
melintang DTA 4 dapat dilihat pada Gambar 14. Lahan pada DTA 6 merupakan wilayah diantara Kampus IPB Dramaga dan Sungai Ciapus.
Pada elevasi lahan tertinggi merupakan gedung common classroom dan beberapa gedung dalam proses pembangunan, sedangkan pada elevasi lahan terendah merupakan Sungai Ciapus. Wilayah ini
memiliki kemiringan lahan sebesar 10. Gambar penampang melintang 5 dapat dilihat pada Gambar 15.
Menurut Arsyad 2010, teras tangga dibuat dengan cara mengali ranah pada lereng dan meratakan tanah dibagian bawah sehingga terjadi suatu deretan tangga atau bangku. Teras tangga
dapat dibuat untuk tanah berlereng 2-30, sehingga konservasi menggunakan vegetasi juga perlu dilakukkan. Hal ini guna menahan longsor dan upaya dalam meningkatkan simpanan air tanah dan
mengurangi limpasan.
Gambar 15. Penampang melintang 5
Gambar 16. Kondisi wilayah DTA 6 saat penelitian Berdasarkan perhitungan USLE nilai erosi untuk wilayah DTA 6 adalah 56.317 tonhatahun.
Laju erosi yang masih dapat dipertahankan apabila nilai A≥T. Menurut Hudson 1971 dalam Arsyad
Sungai Ciapus
Common classroom
Jarak m
100 200
400 425 155
165 175
185 195
Pemukiman Cangkurawok
Daerah jagaan yang perlu ditanami vegetasi
29 2010 nilai T untuk tanah lempung 13-15 tonhatahun, sehingga berdasarkan nilai ini erosi pada
wilayah DTA 6 perlu dilakukan konservasi. Konservasi yang dapat dilakukan adalah pembuatan teras dengan penanaman vegetasi. Tanaman untuk vegetasi permanen dapat menggunakan tanaman hutan
dengan semak-semak dan serasah atau kebun tanaman tahunan dengan vegetasi penutupan lahan yang baik.
Menurut Constantinesco 1976 dalam Arsyad 2010, pada lereng dengan kecuraman 10 dapat dibuat teras dengan lebar 10 m dengan jumlah teras 10 per 100 m. Namun pada kondisi eksisting
saat ini wilayah di DTA 6 sedang dibangun gedung perkuliahan, sehingga dibangun teras dengan batu bronjong. Struktur batu bronjong ini dianggap paling aman dan mampu untuk menahan lonsor, karena
pada elevasi terendah merupakan pemukiman penduduk. Sebelum adanya pembangunan terdapat mata air yang digunakan warga sekitar. Namun
karena adanya pembangunan ini mata air tersebut sudah tidak dapat digunakan, sehingga perlu dilaukan konservasi berupa penanaman vegetasi didaerah jagaan teras guna menyimpan air dan
menahan erosi tanah.
30
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Status daya dukung lingkungan wilayah Kampus IPB Dramaga tergolong kedalam overshoot
telah terlampaui dengan nilai water footprint sebesar 7,9 x 10
6
m
3
kaptahun dan perbandingan kebutuhan dan ketersediaan air sebesar 0.9. Wilayah ini termasuk kedalam zona agroklimat A1
klasifikasi Oldeman dan memiliki potensi CH
lebih
rata-rata sebesar 1604.2 mmtahun. 2.
Kapasitas simpan air yang relatif paling besar adalah pada DTA 11 94 wilayahnya berupa hutan sebesar 235.78 mmtahun, sedangkan kapasitas simpan air yang relatif paling kecil adalah
DTA 9 42 wilayahnya berupa hutan sebesar 109.51 mmtahun. 3.
Tata guna lahan di wilayah Kampus IPB Dramaga yang dianggap ideal adalah yang menghasilkan rasio simpanan air dan limpasan sebesar 65:35, sehingga perlu penambahan vegetasi dibeberapa
wilayah yaitu pada DTA 4 0.42 ha, DTA 7 0.90 ha, DTA 9a 0.16 ha, DTA 9b 0.18 ha, DTA 9c 0.72 ha, dan DTA 12 0.24 ha.
5.2 Saran
1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk segmen 4 guna mengetahui kemungkinan potensi untuk
pembuatan reservoir, tipe bangunan, ataupun perhitungan struktur, serta kemungkinan wilayah genangan.
2. Model kurva neraca air yang telah dihasilkan dalam penelitian ini dapat dikaji lebih lanjut untuk
menentukan kondisi penutupan lahan yang ideal. 3.
DTA 6 disarankan penanaman vegetasi pada daerah jagaan teras yang sedang dibangun. 4.
Perlu adanya upaya untuk pengelolaan limpasan yaitu melalui kegiatan penghijauan, pemeliharaan dan penerapan teknik konservasi tanah secara vegetatif serta teknis sipil, pada lahan
kritis dan tidak produktif.