2.4 Pengukuran Biomasa dan Karbon
Dalam Stewart et al. 1992 disebutkan, pengukuran biomasa di atas permukaan tanah dapat dilakukan dengan metode destruktif dan non-destruktif.
Pengukuran biomasa metode destruktif adalah pendugaan biomasa dengan melakukan penebangan pada suatu plot ukur sedangkan metode non-destruktif
yaitu pendugaan biomasa menggunakan persamaan yang dihasilkan dengan membuat persamaan dari parameter terukur dimensi pohon dengan biomasa yang
diketahui dari pendugaan metode destruktif. Parameter yang digunakan dalam pendugaan metode non-destruktif dapat berupa diameter setinggi dada 130 cm
dbh atau tinggi pohon. Menurut Chapman 1976 dalam Indrawan 1999, secara garis besar ada
dua metode pendugaan biomassa di atas permukaan tanah yaitu metode pemanenan dan netode pendugaan tidak langsung. Allometry adalah suatu model
pendugaan biomassa pohon dengan metode pendugaan tidak langsung, berdasarkan parameter yang dapat diukur yaitu diameter dan tinggi pohon.
Adapun bentuk hubungan fungsional dari Allometry sederhana adalah sebagai berikut :
Y = a D
b
, atau dalam bentuk logaritmik : Log Y = Log a + b Log D,
dimana : Y = biomasa pohon KgPohon
D = diameter setinggi dada 130 cm a, dan b adalah konstanta.
2.5 Kadar Zat Terbang dan Kadar Abu
Kadar zat terbang adalah persen kandungan zat-zat yang mudah menguap yang hilang pada pemanasan 950°C yang terkandung pada arang terhadap berat
kering bahan bebas air. Secara kimia zat terbang terbagi menjadi tiga sub golongan, yaitu senyawa alifatik, terpena dan senyawa fenolik. Zat-zat yang
menguap ini akan menutupi pori-pori kayu dari arang Haygreen Bowyer 1982. Zat mudah terbang adalah persentase gas yang dihasilkan dari pemanasan
arang yang ditetapkan pada temperatur dan selang waktu standar yaitu pada 950±20°C selama 2 menit ASTM 1990b.
Kadar abu didefinisikan sebagai berat sisa yang tinggal, dinyatakan sebagai persen terhadap berat bahan bebas air, setelah pembakaran pada suhu
tinggi dengan tersedianya oksigen yang melimpah Haygreen dan Bowyer, 1986. Abu merupakan senyawa organik yang terdapat dalam kayu yang tetap
tinggal meskipun telah mengalami pembakaran pada suhu tinggi. Dalam abu senyawa yang tidak terbakar mengandung unsur kalsium, kalium, magnesium,
mangan, dan silikon Haygreen dan Bowyer, 1986. Demikian pula menurut Tsoumis 1991, mineral dalam abu kayu terdiri dari unsur kimia kalsium Ca,
potassium K dan magnesium Mg. Dalam abu persen kandungan mineral terhadap berat kayu kering oven masing-masing dapat lebih rendah dari 0,2 atau
bahkan lebih dari 1.
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat