Berat Jenis Kayu Pendugaan Potensi Karbon Di Atas Permukaan Tanah Pada Tegakan Hutan Hujan Tropis Bekas Tebangan (LOA) 1983 (Studi Kasus IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur).

disimpan sehingga kadar air yang diketahui dari hasil pengukuran dalam berat contoh kondisi kering udara tidak lebih besar dari pangkal batang yaitu 18,38 karena selama pengambilan contoh sampai pengujian, secara alami teruapkan. Kadar air bagian ujung batang bebas cabang adalah 19,72 lebih rendah dari pada bagian batang setelah cabang pertama dan cabang yaitu 20,95 dan 21,63. Hal ini dimungkinkan karena faktor kayu juvenil kayu muda lebih banyak terdapat pada bagian batang setelah cabang pertama dan pada cabang kandungan selulosanya tinggi hampir sama dengan kayu juvenil Tsoumis, 1991. Dalam Haygreen dan Bowyer 1986, kadar air bagian kulit sebanding dengan kadar air kayu. Hasil pengukuran menunjukan kadar air kulit kayu relatif sama terutama dengan bagian batang setalah cabang pertama yaitu 20,95.

5.2 Berat Jenis Kayu

Sifat fisis dan mekanis kayu sangat berhubungan dengan kerapatan dan berat jenis kayu, dimana berat jenis kayu berbanding lurus dengan kekuatan kayu. Kerapatan kayu dapat menggambarkan berat material per volume dan dapat digunakan untuk mengetahui biomasa. Berat jenis dinyatakan sebagai berat kering kayu dibagi volume kayu dalam keadaan kering udara dibandingkan kerapatan air. Tabel 5 dibawah ini merupakan hasil pengukuran berat jenis pada berbagai bagian pohon pada tingkat vegetasi tiang dan pohon. Tabel 5. Berat Jenis Kayu Berbagai Bagian Pohon Yang Diteliti. Jenis Bagian Pohon Berkayu Rata-rata Pangkal Ujung Bscp Cabang Keruing 0,705 0,387 0,431 0,377 0,475 Bangkirai 0,682 0,654 0,688 0,657 0,670 Resak 0,748 0,609 0,694 0,700 0,688 Meranti Merah 0,489 0,496 0,438 0,464 0,472 Meranti Kuning 0,482 0,486 0,447 0,611 0,506 Nyatoh 0,577 0,525 0,457 0,526 0,521 Mersawa 0,530 0,645 0,478 0,653 0,576 Benuang 0,238 0,269 0,326 0,483 0,329 Ubar 0,887 0,842 0,781 0,773 0,821 Kumpang 0,468 0,297 0,398 0,414 0,394 Medang 0,672 0,547 0,610 0,578 0,602 Sawang 0,697 0,669 0,669 0,629 0,666 Ulin 1,034 0,933 0,894 1,009 0,968 Rata-rata 0,632 0,566 0,562 0,606 Keterangan : Bscp Batang setelah cabang pertama Berat jenis rata-rata bagian pangkal batang 0,632 merupakan bagian yang memiliki berat jenis tertinggi setelah cabang kayu 0,606, ujung batang 0,566 dan batang setelah cabang pertama 0,562. Selain faktor jenis pohon dipengaruhi juga oleh pertumbuhan kayu dimana bagian pangkal pohon, kayu dewasa lebih dominan dari pada kayu juvenil. Dalam Haygreen dan Bowyer 1986 berat jenis bagian cabang lebih besar dari pada bagian pohon lainnya hal ini berkaitan dengan pertumbuhannya yang lambat berbanding lurus terhadap berat jenis. Berdasarkan jenis pohon berat jenis tertinggi adalah Ulin Eusideroxylon zwageri 0,968 dan terendah adalah Benuang Octomeles sumatrana 0,329 kedua berat jenis tersebut sepadan dengan Martawidjaja et al. 1989, Ulin 0,88 - 1,19 dan Benuang 0,16-0,48. Kecepatan pertumbuhan dan anatomi kayu sangat berpengaruh pada kondisi ini. Dalam Mandang dan Pandit 2002 anatomi Benuang Octomeles sumatrana memliliki pori dan jari-jari dengan frekuensi sangat jarang sampai agak jarang sedangkan Ulin Eusideroxylon zwageri pori dipenuhi dengan tilosis dengan jari-jari sempit sampai agak lebar dan terdapat sel minyak berwarna kemerahan. Secara berturut-turut jenis pohon Keruing Dipterocarpus sp. dan Resak Vatica rassack memiliki berat jenis 0,475 dan 0,688 sepadan dengan hasil penelitian Mandang dan Pandit 2002 untuk jenis Keruing Dipterocarpus sp. memiliki berat jenis 0,51-0,99 dan Resak 0,49-0,99. Sedangkan jenis Nyatoh Palaquium sp. dengan berat jenis 0,521 sepadan dengan Martawidjaja et al. 1981, yaitu 0,48 - 0,76. Berat jenis kayu Bangkirai Diperocarpus leavis 0,670, Meranti Merah Shorea sp. 0,472, Meranti Kuning Shorea pinanga 0,506, Medang Litsea firma Hook.f. 0,602, dan Mersawa 0,576. Hasil tersebut sepadan dengan hasil penelitian Mandang dan Pandit 2002 dan Martawidjaja et al. 1989, dimana hasil pengukuran termasuk dalam kisaran pada masing-masing literatur yaitu secara berturut-turut untuk jenis Bangkirai Diperocarpus leavis 0,60-1,16; Meranti Merah Shorea sp. 0,31-0,86; Meranti Kuning Shorea pinanga 0,37- 0,86 dan 0,40 - 0,81; Medang Litsea firma. 0,40-086 dan 0,59-0,97; dan Mersawa Anisoptera marginata 0,49-0,85 dan 0,49 - 0,71. Penelusuran pustaka yang telah dilakukan tidak menemukan informasi berat jenis kayu Ubar Dillenia pulchella, Kumpang Diospyros sp,, dan Sawang ?. Hasil pengukuran berat jenis penelitian ini menunjukan berat jenis kayu Ubar Dillenia pulchella 0,821, Kumpang Diospyros sp, 0,394, dan Sawang ? 0,666. Kayu sering mengandung banyak bahan-bahan ekstraktif dan infiltrasi meliputi terpen, resin, polifenol seperti tanin, gula, minyak, senyawa anorganik silikat, karbonat, dan fosfat. Bahan ekstraktif yang dikandung mempengaruhi kerapatan dan berat jenis. Selain itu kerapatan kayu dipengaruhi faktor spesies, laju pertumbuhan, umur pohon setelah menghasilkan kayu, dan letak kayu Haygreen dan Bowyer, 1986.

5.3 Berat Jenis Kulit Pohon