Rancangan Percobaan dan Analisis Data

27 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Surimi Patin Pengaruh Pencucian

Daging lumat dan surimi merupakan bahan baku yang sering digunakan pada industri perikanan. Sifat fungsional daging lumat dan surimi merupakan karaktersitik awal yang harus diketahui agar dapat menghasilkan produk pangan yang bermutu baik dan disukai konsumen. 4.1.1 Karakteristik kimia Karakteristik kimia surimi sangat mempengaruhi mutu produk pangan yang dihasilkannya. Sifat fungsional daging dipengaruhi oleh kandungan air, protein, lemak, protein larut garam dan pH Damodaran 1985. a Nilai pH Nilai pH merupakan parameter yang penting dalam analisis surimi. Hal ini terkait dengan sifat fungsional dari surimi. Mutu daging ikan segar dapat diindikasikan dengan nilai pH yang mendekati netral antara 6,8-7,2. Nilai pH surimi yang diperoleh berkisar antara 6,76 sampai dengan 8,79 pada pencucian dengan NaHCO 3 . Pencucian dengan Na 2 HPO 4 menghasilkan surimi dengan pH antara 6,76 sampai dengan 8,25. Nilai pH tertinggi diperoleh pada pencucian satu kali dengan konsentrasi bahan pencuci 0,7. Hal ini sangat dimungkinkan karena pH larutan dengan konsentrasi bahan pencuci tertinggi tersebut mencapai 10. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa pencucian satu kali dengan menggunakan bahan pencuci alkali 3, 5 dan 7 menghasilkan surimi dengan pH8,0. Ini terjadi karena daging lumat tidak mengalami pembilasan. Berbeda dengan pencucian 2, 3 dan 4 kali yang nilainya lebih rendah dari pencucian satu kali untuk setiap perlakuan konsentrasi bahan pencuci. Hasil pengukuran nilai pH surimi pada penelitian ini disajikan dalam Gambar 5. Jenis pencuci tidak berpengaruh terhadap nilai pH surimi patin p0,050. Faktor konsentrasi pencuci dan frekuensi pencucian berpengaruh nyata terhadap surimi patin yang dihasilkan p0,05 Lampiran 4b. Setiap taraf pencucian memberikan hasil yang berbeda terhadap nilai pH, sedangkan taraf konsentrasi 28 5 dan 7 tidak berpengaruh nyata pada nilai pH surimi Lampiran 4c dan 4d. Pengukuran pH larutan NaHCO 3 Na dan Na 2 HPO 4 pada konsentrasi 5 dan 7 menghasilkan nilai pH yang tidak berbeda yaitu 10. A B Gambar 5 Histogram nilai pH surimi, A: dengan NaHCO 3 , B: dengan Na 2 HPO 4 , : daging lumat, : pencucian 1 kali, : pencucian 2 kali, : pencucian 3 kali dan : pencucian 4 kali. Liu et al. 2010 melaporkan pembentukan gel pada daging ikan silver carp Hypophthalmichthys molitrix terjadi pada pH 5,5-7,5, sedangkan pada pH 8-9 tidak terbentuk gelasi. Peningkatan nilai pH menyebabkan penurunan tingkat gelasi dan kekuatan gel. Titik isoelektrik protein berkisar pada pH 5,5. Kemampuan daging dalam membentuk gel menjadi optimum pada pH tersebut. Pembentukan gel masih baik pada pH dengan kisaran 6,0-6,4 Foegeding et al. 1996. Hasil penelitian Suryanti 2009 menunjukkan pembuatan surimi dari patin siam Pangasius hypopthalmus menghasilkan pH surimi 7,57, sedangkan daging lumat patin siam dengan pencucian satu kali dalam air dingin dan tanpa pencucian menghasilkan pH surimi 7,25 dan 7,19. 6. 76 6. 76 6. 76 6. 76 6. 79 8. 33 8. 69 8. 79 6. 95 7. 60 8. 03 8. 60 6. 98 7. 20 7. 29 7. 46 6. 81 7. 07 6. 94 7. 16 2 4 6 8 10 3 5 7 Nilai pH Konsentrasi NaHCO 3 6. 76 6. 76 6. 76 6. 76 6. 79 8. 09 8. 21 8. 25 6. 95 7. 96 7. 88 7. 88 6. 98 7. 36 7. 70 7. 49 6. 81 7. 33 7. 55 7. 30 2 4 6 8 10 3 5 7 Nilai pH Konsentrasi Na 2 HPO 4 29 b Kadar air Kadar air merupakan data penting yang harus selalu dicantumkan dalam bahan pangan dan produk pangan karena sangat mempengaruhi mutu dari bahan dan produk pangannya. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi frekuensi pencucian pada daging lumat patin menghasilkan surimi dengan kadar air yang cenderung meningkat Gambar 6. A B Gambar 6 Histogram kadar air surimi, A: dengan NaHCO 3 , B: dengan Na 2 HPO 4 , : daging lumat, : pencucian 1 kali, : pencucian 2 kali, : pencucian 3 kali dan : pencucian 4 kali. Hasil analisis ragam kadar air bb menunjukkan bahwa jenis pencuci, konsentrasi pencuci dan frekuensi pencucian menghasilkan perbedaan yang nyata pada surimi Lampiran 5a. Konsentrasi bahan pencuci yang memberikan pengaruh yang berbeda adalah antara 0 dengan 3 dan 5, sedang yang lainnya tidak berbeda Lampiran 5b dan 5c. Kadar air daging lumat dan surimi dengan satu dan dua kali pencucian tidak memberikan pengaruh yang berbeda, begitu pun antara surimi dengan tiga dan empat kali pencucian memberikan hasil yang tidak berbeda. 79. 99 79. 99 79. 99 80. 29 78. 68 78. 77 80. 01 80. 46 79. 10 79. 27 79. 36 81. 46 81. 40 80. 68 81. 19 79. 07 82. 79 81. 16 81. 87 78. 88 10 20 30 40 50 60 70 80 90 3 5 7 Kadar air bb Konsentrasi NaHCO 3 79. 99 79. 99 79. 99 79. 99 77. 11 80. 03 80. 98 80. 25 79. 10 82. 79 83. 43 81. 10 82. 18 83. 08 83. 16 82. 31 82. 04 83. 83 83. 11 83. 19 10 20 30 40 50 60 70 80 90 3 5 7 Kadar air bb Konsentrasi Na 2 HPO 4 30 Pencucian daging ikan berpengaruh terhadap kadar air. Kadar air tertinggi diperoleh pada surimi dengan frekuensi pencucian 4 kali. Chen et al. 1997 melaporkan bahwa pencucian berkali-kali dengan waktu yang lama akan meningkatkan hidrasi daging lumat dan degradasi protein miofibril, yang membuat proses dehidrasi berikutnya menjadi lebih sulit. Penelitian yang dilakukan oleh Pratiwiningsih 2004 menunjukkan kadar air daging marlin sebelum diolah menjadi surimi sebesar 74 dan setelah diolah menjadi surimi kadar airnya sebesar 77,07. Suryanti 2009 melaporkan kadar air daging lumat, daging lumat dengan satu kali pencucian dalam air dingin dan surimi patin siam secara berurutan 77,87, 81,21 dan 83,05. c Kadar protein Protein merupakan makromolekul yang paling banyak terdapat dalam jaringan daging ikan. Hasil pengamatan penelitian ditunjukkan pada Gambar 7. A B Gambar 7 Histogram kadar protein surimi, A: dengan NaHCO 3 , B: dengan Na 2 HPO 4 , : daging lumat, : pencucian 1 kali, : pencucian 2 kali, : pencucian 3 kali dan : pencucian 4 kali. Hasil analisis ragam kadar protein bk menunjukkan bahwa hanya faktor frekuensi pencucian yang memberikan pengaruh yang berbeda nyata p0,05 68. 35 66. 69 66. 69 66. 12 84. 35 76. 59 78. 83 79. 01 71. 46 77. 36 73. 47 76. 36 79. 75 76. 45 76. 18 83. 71 83. 07 72. 58 84. 91 66. 12 20 40 60 80 100 3 5 7 Kadar protein bk Konsentrasi NaHCO 3 66. 69 66. 69 66. 69 66. 69 78. 55 77. 49 76. 40 71. 64 71. 46 88. 79 84. 53 80. 95 83. 24 87. 06 81. 04 72. 92 79. 58 85. 06 80. 89 72. 33 20 40 60 80 100 3 5 7 Kadar protein bk Konsentrasi Na 2 HPO 4 31 Lampiran 6a. Perlakuan yang berbeda diberikan antara daging lumat dengan surimi yang dicuci. Perlakuan frekuensi pencucian satu, dua, tiga dan empat tidak menghasilkan perbedaan kadar protein Lampiran 6b. Penelitian yang dilakukan Suryanti 2009 menghasilkan kadar protein daging lumat, daging lumat dengan pencucian satu kali dalam air dingin dan surimi yang besarnya masing-masing 83,81, 87,25 dan 81,65 bk. Penelitian Siddaiah et al. 2001 menunjukkan kadar protein daging lumat ikan silver carp Hypophthalmichthys molitrix sebesar 87,65 bk, sedangkan Weber et al. 2008 melaporkan kadar protein silver catfish Rhamdia quelen sebesar 75,98 bk. d Kadar lemak Kadar lemak dalam daging ikan sangat mempengaruhi mutu surimi yang dihasilkan. Proses pencucian yang dilakukan terhadap daging lumat dapat mengurangi kadar lemak surimi yang dihasilkan. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan seperti disajikan pada Gambar 8. A B Gambar 8 Histogram kadar lemak surimi, A: dengan NaHCO 3 , B: dengan Na 2 HPO 4 , : daging lumat, : pencucian 1 kali, : pencucian 2 kali, : pencucian 3 kali dan : pencucian 4 kali. 27. 37 27. 37 27. 37 26. 69 6. 66 7. 35 6. 85 5. 41 5. 34 5. 73 5. 83 6. 17 5. 54 4. 43 4. 64 3. 81 3. 53 3. 86 6. 93 3. 22 5 10 15 20 25 30 3 5 7 Kadar lemak bk Konsentrasi NaHCO 3 27. 37 26. 07 27. 37 27. 37 6. 20 12. 67 11. 85 14. 48 5. 34 5. 56 12. 05 12. 47 5. 78 6. 95 12. 01 7. 93 3.38 7.58 6.65 7.34 5 10 15 20 25 30 3 5 7 Kadar lemak bk Konsentrasi Na 2 HPO 4