Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

17 Gambar 2 Diagram alir pembuatan kamaboko. 3.3.2 Penelitian tahap kedua Penelitian tahap kedua dilakukan untuk mempelajari pengaruh perendaman dengan air dingin terhadap pengurangan kadar lemak pada surimi patin, serta pengaruhnya terhadap warna dan kekuatan gel surimi patin yang dihasilkan. Ikan patin yang telah dibuat filet dengan ukuran sekitar 200-240 g direndam dalam air dingin dengan rasio daging dan air dingin 1:3 bv pada suhu 10 °C dan tetap dijaga suhunya selama 0, 10, 20 dan 30 menit. Setelah proses perendaman, filet daging kemudian dipisahkan lemak yang menempel pada daging dan dilumatkan. Daging lumat yang dihasilkan lalu dilakukan pencucian air dingin sebanyak satu kali dengan rasio yang sama dan dilakukan pengadukan selama 10 menit pada suhu 10 °C. Kemudian daging disaring dengan kain blacu dan dilakukan dewatering pada akhir pencucian. Surimi yang dihasilkan dilakukan pengujian yang meliputi karakteristik fisik derajat putih dan kimia pH, kadar air, kadar lemak dan kadar protein. Pengujian kekuatan gel dilakukan dengan terlebih dahulu membuat kamaboko dari surimi seperti pada tahap pertama. Surimi terbaik digunakan untuk pembuatan pempek pada formulasi pempek. Diagram alir penelitian tahap ini disajikan pada Gambar 3. Surimi Pencampuran dengan 2,5 NaCl food processor selama 1 menit Pencetakan tabung Ф 25-35 mm Perebusan 40 °C selama 40 menit dan 90 °C selama 20 menit Kamaboko Pengujian kekuatan gel, derajat putih dan skoring mutu kamaboko 18 Gambar 3 Diagram alir pembuatan surimi pada penelitian tahap kedua. 3.3.3 Penelitian tahap ketiga Formulasi pempek mengacu pada resep umum masyarakat Palembang yaitu perbandingan daging, tapioka dan air yaitu 2:2:1 Winarno et al. 2000 dengan Pencucian dengan air dingin rasio 1:3, suhu 10 o C, selama10 menit Pemerasan Surimi Pengujian rendemen, derajat putih , pH, kadar air, lemak, protein dan sensori surimi Pelumatan daging dengan grinder Daging lumat Ikan Patin Penimbangan Pencucian Pembuatan filet daging patin Perendaman dengan air dingin selama 0, 10, 20 dan 30 menit rasio 1:3, suhu 10 o C Filet daging Triming penghilangan lemak 19 modifikasi dan jumlah garam berdasarkan Rosdiana 2002 dengan modifikasi. Surimi yang dipakai adalah surimi terbaik dari tahap sebelumnya. Pengujian terhadap pempek meliputi karakteristik fisik derajat putih dan kekuatan gel, kimia pH, kadar air, kadar lemak, dan kadar protein dan sensori uji pembedaan terhadap penampakan, warna, aroma, tekstur, dan rasa. Formulasi pada penelitian ini disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2 Formulasi pempek pada penelitian tahap ketiga Bahan Jumlah bahan gram Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3 Formulasi 4 Surimi patin 400 400 400 400 Tapioka 100 200 300 400 Air 125 150 175 200 Garam 20 24 28 32 Pembuatan pempek dilakukan dengan pencampuran daging, air dan garam hingga rata lalu ditambahkan tapioka sampai homogen. Adonan lalu dicetak menjadi bentuk silinder panjang 6 cm dan diameter 2,5 cm dan direbus pada suhu 100 °C selama 20 menit Winarno et al. 2000. Pempek lalu diangkat, ditiriskan, dan didinginkan sampai suhu kamar. D iagram alir tahap ini disajikan pada Gambar 4. Gambar 4 Diagram alir pembuatan pempek. Surimi Pengadonan Penambahan tapioka Pencampuran Air dan garam Pencetakan lenjer Ф: 25 mm, p: 6 cm Perebusan suhu 100 °C, 20 menit Pempek Pengujian derajat putih , kekuatan gel, pH, air, lemak, protein dan uji pembeda 20 Pengujian yang dilakukan terhadap pempek meliputi karakteristik fisik derajat putih dan kekuatan gel, kimia pH, kadar air, lemak dan protein dan sensori uji pembeda pasangan terhadap penampakan, warna, aroma, tekstur dan rasa. Uji pembeda menggunakan pempek gabus komersial sebagai pembanding.

3.4 Prosedur Analisis

Surimi dan pempek patin dianalisis karakteristik kimia, fisik dan sensorinya. Analisis kimia meliputi pH, kadar air, kadar lemak, dan kadar protein. Analisis sifat fisik meliputi rendemen, derajat putih, dan kekuatan gel. Analisis sensori meliputi uji sensori surimi, uji skoring mutu kamaboko, dan uji pembeda pasangan pempek patin dengan pembanding pempek gabus. 3.4.1 Analisis kimia a. Pengukuran pH Negbenegor et al. 1999 Sebanyak 10 gram sampel dihaluskan selama 2 menit dan ditambahkan 50 ml air destilata. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH-meter, yang sebelumnya dikalibrasi dengan larutan standar buffer pH 7,0 dan 4,0. b. Kadar air AOAC 1999 Prinsip penentuan kadar air yaitu menghilangkan air melalui pemanasan. Prosedur kerjanya adalah sampel dihaluskan agar homogen. Cawan porselen dikeringkan dalam oven pada suhu 100 °C selama 30 menit, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang beratnya A. Sebanyak 5 gram sampel halus dimasukkan ke dalam cawan yang telah kering dan dilakukan penimbangan berat wadah yang berisi sampel B. Sampel dikeringkan pada suhu 100 °C hingga mendapat berat konstan. Wadah berikut sampelnya kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang C. Kadar air dihitung menggunakan rumus: 100 x A - B C - B bb air Kadar = c. Kadar protein AOAC 1999 Prinsip penentuan kadar protein terdiri dari tiga tahap yaitu destruksi untuk membentuk amonium sulfat, destilasi pengikatan amonia dalam larutan asam, dan titrasi menentukan jumlah amonia yang terdestilasi. 21 Tahap destruksi: Sebanyak 1 gram sampel dimasukkan ke dalam tabung Kjeldahl yang berisi 7 gram K 2 SO 4 sebagai katalis dan 5 butir batu didih. Tabung dimasukkan ke alat destruksi, lalu ditambahkan 15 ml H 2 SO 4 p dan 3 ml H 2 O 2 . Tabung ditutup dan dipanaskan dengan suhu 450 °C hingga larutan jernih. Tahap destilasi: Tabung dikeluarkan dari alat destruksi dan ditambahkan 50 ml akuades lalu dipasang pada alat destilasi. Sebanyak 25 ml larutan H 3 BO 4 4 dipipet dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml. Lalu ditambahkan 2 tetes metil merah dan 50 ml NaOH 40 yang mengandung Na 2 S 2 O 3 2,5. Erlenmeyer lalu dipasang pada alat destilasi dan dipanaskan. Tahap titrasi: Bila larutan dalam erlenmeyer telah berwarna kuning muda kemudian erlenmeyer dititrasi dengan HCl 0,1N hingga larutan berwarna merah jambu. 100 x sampel mg 14,007 x HCl N x blanko ml - HCl ml N = Kadar protein bb = N x 6,25 d. Kadar lemak AOAC 1999 Penentuan kadar lemak menggunakan alat Soxhlet, prinsip kerjanya memisahkan lemak atau minyak dengan pelarut organik. Prosedurnya adalah sampel sebanyak 2 gram ditimbang dan dimasukkan dalam selubung ekstraksi. Selubung yang berisi sampel dimasukkan dalam Soxhlet. Soxhlet dan kondensor dipanaskan pada labu lemak yang beratnya telah diketahui dan ekstraksi lemak dilakukan dengan pelarut kloroform dengan suhu 70-80 °C selama 6 jam atau sampai ekstraksi selesai. Setelah selesai, residu dikeringkan dalam oven pada suhu 100 °C selama 60 menit atau sampai berat tetap dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang. 100 x contoh berat labu berat - k terekstra yang lemak labu berat bb lemak Kadar + = 3.4.2 Analisis fisik a. Rendemen Prayitno 2003 Pengamatan rendemen dilakukan dengan membandingkan berat surimi yang diperoleh dengan berat ikan utuh dan dikalikan dengan seratus persen. 22 100 x utuh ikan berat surimi berat Rendemen = b. Derajat putih Lanier et al. 1991 Warna surimi diukur dengan menggunakan Colorimeter model JP7100F Juki Corporation, Tokyo, Jepang. Nilai L lightness, a rednessgreenness and b yellownessblueness diukur dan dihitung derajat putihnya berdasarkan rumus sebagai berikut: Derajat putih = 100 – [100 – L 2 + a 2 + b 2 ] ½ c. Kekuatan gel Julavittayanukul et al. 2006 Pengukuran kekuatan gel dilakukan dengan menggunakan Texture Analyzer model TA-XT2 Stable Micro System, Surrey, Inggris. Sebanyak 5 sampel disiapkan dalam bentuk silinder dengan panjang 2,5 cm. Kekuatan gel diukur menggunakan menggunakan probe berbentuk bola diameter 5 mm; kecepatan deformasi 60 mmmenit dengan satuan g.cm. 3.4.3 Analisis sensori Analisis sensori merupakan analisis yang melibatkan pengujian sensori atau pengukuran sifat organoleptik Soekarto dan Hubeis 1991 dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk menilai mutu produk BSN 2006a. Pada uji sensoris dibutuhkan minimal 6 orang panelis terlatih yang akan melakukan penilaian terhadap sifat-sifat produk pada lembar penilaian BSN 2006a. a. Uji sensori surimi BSN 2006b Uji sensori surimi patin dilakukan dengan mengacu pada uji sensori surimi beku SNI 01-2693-2006 BSN 2006b. Karakteristik yang dinilai meliputi kenampakan dan uji fisik yang terdiri dari uji lipat dan uji gigit. Uji fisik dilakukan dengan sampel surimi yang telah dibuat. Penilaian dilakukan oleh 8 orang panelis terlatih berdasarkan lembar penilaian seperti yang disediakan seperti pada Lampiran 1. 23 b. Uji skor mutu kamaboko Candra 2010 Uji skor mutu kamaboko dilakukan terhadap sampel kamaboko yang disiapkan seperti pada uji lipat dan uji gigit. Karakteristik yang dinilai meliputi penampakan, warna, aroma, tekstur, dan rasa. Penilaian dilakukan oleh 8 orang panelis terlatih berdasarkan lembar penilaian yang disediakan seperti pada Lampiran 2. c. Uji pembeda Soekarto dan Hubeis 1991 Sampel pempek patin dibedakan dari kontrol pempek gabus komersial dengan uji pembeda pasangan. Karakteristik yang dinilai meliputi penampakan , warna, aroma, tekstur, dan rasa. Penilaian dilakukan oleh 10 orang panelis terlatih berdasarkan lembar penilaian yang disediakan seperti pada Lampiran 3.

3.5 Rancangan Percobaan dan Analisis Data

Rancangan percobaan pada penelitian tahap pertama adalah rancangan acak kelompok faktorial untuk menganalisis pengaruh taraf konsentrasi 0, 0,3, 0,5 dan 0,7 dan frekuensi pencucian 0, 1, 2, 3 dan 4 kali pada kelompok bahan pencuci NaHCO 3 dan Na 2 HPO 4 terhadap mutu surimi patin. Model untuk rancangannya adalah sebagai berikut Steel dan Torrie 1993: Y ijkl = μ + ρ i + α j + β k + αβ jk + ε ijkl Keterangan: Y ijkl = nilai pengamatan dari kelompok bahan pencuci ke-i yang mendapat faktor konsentrasi ke-j dan frekuensi pencucian ke-k pada ulangan ke-l μ = rataan umum ρ i = pengaruh kelompok bahan pencuci ke-i α j = pengaruh faktor konsentrasi ke-j β k = pengaruh faktor frekuensi pencucian ke-k αβ jk = pengaruh interaksi faktor konsentrasi ke-j dan frekuensi pencucian ke-k ε ijkl = pengaruh galat percobaan pada kelompok bahan pencuci ke-i yang mendapat perlakuan konsentrasi ke-j dan frekuensi pencucian ke-k pada ulangan ke-l Analisis ragam ANOVA dilakukan untuk mendapatkan konsentrasi dan frekuensi pencucian yang menghasilkan mutu surimi terbaik pada tiap kelompok bahan pencuci NaHCO 3 dan Na 2 HPO 4 . Uji lanjut dilakukan dengan uji Tukey. 24 Data organoleptik surimi dianalisis dengan uji statistika nonparametrik Kruskal-Wallis Steel dan Torrie 1993. Model matematika uji Kruskal-Wallis adalah sebagai berikut: t - t T dengan N - N T - 1 Pembagi Pembagi H H 1 N 3 - n R x 1 N N 12 H 3 3 i 2 i = = = + + = ∑ ∑ Keterangan: N = jumlah data n = banyaknya pengamatan dalam perlakuan ke-i Ri 2 = jumlah ranking dalam perlakuan ke-i T = banyaknya pengamatan seri dalam kelompok H’ = H terkoreksi H = simpangan baku t = banyaknya pengamatan yang seri Uji lanjut perbandingan berganda Multiple camparison dilakukan untuk hasil analisis yang menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 6 1 2 + − n k p Z Rj Ri α Keterangan: Ri = rata-rata ranking perlakuan ke-i Rj = rata-rata nilai ranking perlakuan ke-j k = banyaknya ulangan n = jumlah total data Penelitian tahap kedua menggunakan rancangan acak lengkap untuk menganalisis pengaruh lama perendaman filet terhadap mutu surimi yang dihasilkan. Model untuk rancangannya adalah sebagai berikut Steel dan Torrie 1993: Y ij = μ + α i + ε ij Keterangan: Y ij = nilai pengamatan dari faktor lama perendaman ke-i pada ulangan ke-j μ = rataan umum α i = pengaruh lama perendaman ke-i ε ij = pengaruh galat percobaan pada perlakuan lama perendaman rasio ke-i pada ulangan ke-j