Wisata Pesisir Kajian User Fee System Dalam Implementasi Kebijakan Tata Ruang Wilayah Pesisir Teluk Kendari

Hal ini pula melingkupi pada pengembangannya akomodasi, restoran, industri makanan dan rumah singgah atau perhotelan, termasuk pengembangan infrastruktur pendukung pesisir lainnya seperti bisnis retail, tambatan perahu maupun aktivitas leveransir. Hal-hal lain yang dimaksudkan dalam aktivitas wisata maupun rekreasi seperti wisata perahu, pesisir dan laut berbasis ekowisata, pelayaran, renang, memancing, serta penyelaman. Wisata di laut erat kaitannya dengan konsep wisata pesisir tetapi mengikuti wisata yang berada di laut dalam seperti wisata di kapal pesiar maupun wisata mengikuti kegiatan penangkapan ikan Hall 2001. Yulius 2009 menjelaskan bahwa wisata pantai merupakan bagian dari wisata pesisir yang memanfaatkan pantai sebagai objek wisata. Selanjutnya Dahuri et al. 2004 mendefinisikan pariwisata pantai sebagai kegiatan rekreasi yang dilakukan di sekitar pantai seperti berenang, berselancar, berjemur, menyelam, berdayung, snorkling, berjalan-jalan atau berlari-lari di sepanjang pantai, serta menikmati keindahan suasana pesisir dan bermeditasi. Pariwisata semacam ini sering diasosiasikan dengan tiga ‘S” yaitu Sun, Sea, Sand artinya jenis pariwisata yang menyediakan keindahan dan kenyamanan alami dari kombinasi cahaya matahari, laut dan pantai berpasir putih. Salah satu tipologi kegiatan pariwisata yang menjadi alternatif kegiatan wisata bahari saat ini adalah kegiatan ekowisata wisata alam yang mengandalkan keindahan alam. Ekowisata adalah bentuk wisata berbasis alam secara ekologi, sosial-budaya dan secara ekonomi berkelanjutan dimana menyediakan kesempatan dalam penilaian dan pembelajaran tentang lingkungan alami atau elemen spesifik lainnya Weaver 2001. Selanjutnya Muntasib et al. 2014 menjelaskan bahwa ekowisata mempunyai kepedulian terhadap peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya peningkatan dan pemberdayaan ekonomi sejalan dengan upaya pelestarian alam dan lingkungan. Seiring dengan perkembangan waktu, ekowisata menjadi sebuah kebutuhan dalam upaya pelestarian alam. Suatu usulan dalam “menggantikan wisata masal” melalui dua asumsi pertama bahwa wisata masal yang digantikan dimana ekowisata ini harus memiliki atau mempunyai pengaruh lingkungan yang lebih besar karena melibatkan banyak orang. Asumsi kedua adalah ekowisata harus memiliki tipe khusus untuk beraktivitas yang akan menarik kunjungan, dimana pengunjung akan membayar lebih atas apa yang mereka alami dengan jumlah pengunjung yang lebih sedikit dibandingkan wisata masal Moscardo et al. 2009. Adrianto 2006 menjelaskan bahwa pariwisata pesisir coastal tourism merupakan segala hal yang mencakup kegiatan wisata yang terjadi di wilayah pesisir dan perairannya. Aktivitas rekreasi didalamnya meliputi perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang memfokuskan pada lingkungan pesisir. Berikut kerangka pariwisata pesisir dan laut. 9 Gambar 2 Kerangka pariwisata pesisir dan laut Adrianto 2006 Zia 2006 menjelaskan bahwa perkembangan pariwisata telah mampu memberikan berbagai keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan pada berbagai wilayah pesisir. Kecenderungan wisatawan untuk menikmati wisata di wilayah pesisir telah mendorong pertumbuhan di wilayah tersebut, yang berdampak pada semakin banyaknya masyarakat terlibat dalam kegiatan pariwisata seperti peningkatan fasilitas dan aksesibilitas. Oleh karenanya upaya untuk mengetahui keuntungan ekonomi dari lingkungan ini sangatlah penting dalam penataan ruang pesisir dan laut. Jobstvogt et al. 2014 menyebutkan kebanyakan valuasi ekonomi dari jasa kultural ekosistem yang menjadi dasar penilaian pasar adalah berhubungan dengan penilaian rekreasi dan kepuasan. Sebagai contoh kepuasan dan penerimaan wisatawan termasuk pengguna lain terhadap biaya yang harus dikeluarkan untuk mengakses tempat tersebut, biaya peralatan, gas bahan bakar akomodasi dan biaya lainnya. Pada tahun 2002 Cina telah melakukan suatu bentuk upaya penataan ruang pesisir dan laut dalam hubungannya dengan meningkatkan pengelolaannya dari segi pembiayaan melalui sistem biaya pengguna user fee system UNESCO 2009.

2.5 Konsep User fee Systems

Bentuk biaya pengguna pada umumnya berupa penghasilan daerah dapat berupa pendapatan asli daerah yang secara khusus seperti pajak, retribusi dan lainnya. Sebagaimana dijelaskan Steckenreuter Wolf 2013, akses sumberdaya memiliki nilai untuk melindungi hal tersebut yang membutuhkan biaya. Pajak sebagai salah satu bentuk biaya pengguna memiliki pengaruh terkait bagaimana para pembuat kebijakan dapat menggunakannya sebagai instrumen untuk perlindungan lingkungan European Communities 2001. Sejak tahun 2002 Cina dengan aturan hukumnya telah mengatur pengelolaan penggunaan laut. Hal ini di diketahui dengan menggunakan tiga prinsip yakni a sistem otoritasasi dalam hak penggunaan laut, b sistem zonasi fungsional laut; dan c sebuah sistem biaya pengguna Li 2006 dalam UNESCO 2009. Selanjutnya oleh Douvere 2008 dijelaskan bahwa sebuah sistem biaya pengguna merupakan hak untuk penggunaan laut yang dilindungi di bawah sistem hukum negara atau pemerintah, yang mensyaratkan bahwa entitas atau individu yang menggunakan laut harus membayar biaya sesuai dengan peraturan negara. Sistem ini menetapkan bahwa laut merupakan aset milik negara, serta semua entitas dan individu yang berniat menggunakan laut untuk melaksanakan produksi dan kegiatan ekonomi lainnya, harus membayar dalam penggunaannya. Pariwisata Pesisir dan Kelautan Aktivitas berbasis perairan laut Aktivitas berbasis pantai - Pemandangan Pantai - Wisata pantai - Berjalan di terumbupasir - Menyelam - Berperahu, berlayar - Snorkling 10 Kebijakan pemerintah pusat tentang otonomi secara langsung mengaharuskan pemerintah untuk mengatur urusan rumah tangga daerah itu sendiri. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut dengan hak-hak rakyatnya, dalam arti lain pemerintah daerah harus adil melakukan pemungatan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh warga masyarakat. Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah, yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersumber dari PAD. Beberapa komponen pendapatan asli daerah PAD adalah: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan PAD lain yang sah Kusuma dan Wirawati 2013. Paliawaludin 2004 menjelaskan, pembangunan di wilayah pesisir diperlukan yakni suatu kebutuhan terhadap penataan ruang yang sesuai dengan kondisi sumberdaya alam dan pemanfaatan yang tidak melebihi kapasitas daya dukung lingkungannnya. Pendekatan pemanfaatan ruang untuk penyusunan penataan ruang kawasan pesisir juga tidak dapat dipisahkan dari konsep perencanaan tata ruang untuk keseluruhan wilayah. Pendekatannya melalui keterpaduan, baik bertolak dari aspek lingkungan serta wujud biogeofisik ruang wilayah maupun dari segi kehidupan bangsa administrasi pemerintah, sosial, ekonomi politik, pertahanan dan keamanan. Sebagai bentuk upaya pembangunan wilayah pesisir dalam hal penataan ruang pesisir, dibutuhkan penilaian terhadap jasa lingkungan melalui jasa kultural. Menurut Edwards 2009, valuasi lingkungan penting terhadap pendataan sumber daya berharga untuk perlindungan dan mengidentifikasi yaitu nilai manfaat seperti pada taman nasional yang pengunjung peroleh, misalnya melalui retribusi, izin dan sumbangan. Kegunaan non pasar tehnik valusai sebagai alat untuk kebijakan pengelolaan sumberdaya alam saat ini dianggap umum di beberapa negara. Banyak instansi mapun lembaga yang menggunakan valuasi lingkungan untuk keberlanjutan pembiayaan guna mendukung keputusan dalam penerapan biaya pengguna seperti pada taman nasional dan daerah perlindungan laut. Salah satu bentuk pendekatan terpadu dalam perencanaan ruang pesisir dan laut adalah melalui konsep biaya pengguna. Biaya pengguna dapat berupa pajak, retribusi maupun beberapa peraturan resmi yang ditetapkan oleh suatu daerah dalam rangka membangun dalam bentuk finansial. Biaya pengguna dibayarkan kepada pemilik fasilitas atau operator oleh pengguna fasilitas sebagai kondisi yang diperlukan untuk menggunakan fasilitas tersebut. Manfaat lain yang diperoleh melalui biaya pengguna adalah perubahan perilaku pengunjung menjadi lebih baik. Seperti yang dijelaskan oleh Chung et al. 2011, biaya pengguna umumnya dapat mengubah perilaku pengunjung dengan mengendalikan jumlah pengunjung, mengalihkan kegiatan rekreasi tertentu ke daerah spesifik lainnya serta mendorong pengunjung untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan individu selama kegiatan tersebut. 11