Konsep User fee Systems

Kebijakan pemerintah pusat tentang otonomi secara langsung mengaharuskan pemerintah untuk mengatur urusan rumah tangga daerah itu sendiri. Pemerintah daerah dituntut untuk lebih bijaksana dalam mengambil suatu keputusan yang menyangkut dengan hak-hak rakyatnya, dalam arti lain pemerintah daerah harus adil melakukan pemungatan pajak daerah dan retribusi daerah kepada seluruh warga masyarakat. Sebagai daerah otonomi, daerah dituntut untuk dapat mengembangkan dan mengoptimalkan semua potensi daerah, yang digali dari dalam wilayah daerah yang bersumber dari PAD. Beberapa komponen pendapatan asli daerah PAD adalah: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan PAD lain yang sah Kusuma dan Wirawati 2013. Paliawaludin 2004 menjelaskan, pembangunan di wilayah pesisir diperlukan yakni suatu kebutuhan terhadap penataan ruang yang sesuai dengan kondisi sumberdaya alam dan pemanfaatan yang tidak melebihi kapasitas daya dukung lingkungannnya. Pendekatan pemanfaatan ruang untuk penyusunan penataan ruang kawasan pesisir juga tidak dapat dipisahkan dari konsep perencanaan tata ruang untuk keseluruhan wilayah. Pendekatannya melalui keterpaduan, baik bertolak dari aspek lingkungan serta wujud biogeofisik ruang wilayah maupun dari segi kehidupan bangsa administrasi pemerintah, sosial, ekonomi politik, pertahanan dan keamanan. Sebagai bentuk upaya pembangunan wilayah pesisir dalam hal penataan ruang pesisir, dibutuhkan penilaian terhadap jasa lingkungan melalui jasa kultural. Menurut Edwards 2009, valuasi lingkungan penting terhadap pendataan sumber daya berharga untuk perlindungan dan mengidentifikasi yaitu nilai manfaat seperti pada taman nasional yang pengunjung peroleh, misalnya melalui retribusi, izin dan sumbangan. Kegunaan non pasar tehnik valusai sebagai alat untuk kebijakan pengelolaan sumberdaya alam saat ini dianggap umum di beberapa negara. Banyak instansi mapun lembaga yang menggunakan valuasi lingkungan untuk keberlanjutan pembiayaan guna mendukung keputusan dalam penerapan biaya pengguna seperti pada taman nasional dan daerah perlindungan laut. Salah satu bentuk pendekatan terpadu dalam perencanaan ruang pesisir dan laut adalah melalui konsep biaya pengguna. Biaya pengguna dapat berupa pajak, retribusi maupun beberapa peraturan resmi yang ditetapkan oleh suatu daerah dalam rangka membangun dalam bentuk finansial. Biaya pengguna dibayarkan kepada pemilik fasilitas atau operator oleh pengguna fasilitas sebagai kondisi yang diperlukan untuk menggunakan fasilitas tersebut. Manfaat lain yang diperoleh melalui biaya pengguna adalah perubahan perilaku pengunjung menjadi lebih baik. Seperti yang dijelaskan oleh Chung et al. 2011, biaya pengguna umumnya dapat mengubah perilaku pengunjung dengan mengendalikan jumlah pengunjung, mengalihkan kegiatan rekreasi tertentu ke daerah spesifik lainnya serta mendorong pengunjung untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan individu selama kegiatan tersebut. 11

2.6 Penataan Ruang Wilayah Pesisir

Perencanaan tata ruang pesisir dan laut adalah sebuah cara praktis untuk membuat dan menentukan lebih dari sekedar pemikiran organisasi rasional atas penggunaan ruang laut dan interaksi antara pengguna. Suatu upaya menciptakan keseimbangan permintaan selama pembangunan dengan tetap melakukan perlindungan di ekosistem pesisir dan laut serta untuk mencapai tujuan sosial dan ekonomi dalam hal perencanaan dan permulaan. Perencanaan tata ruang pesisir dan laut adalah sebuah proses analisa publik dan alokasi ruang dan waktu dari aktivitas manusia di wilayah pesisir dan laut untuk mencapai kesuksesan di bidang ekologi ekonomi dan sosial yang biasanya secara spesifik melalui sebuah proses politik UNESCO 2009. Menurut Douvere 2008, perencanaan tata ruang dimaksudkan sebagai alat penting untuk mengelola penggunaan lahan di berbagai belahan dunia. Perencanaan penggunaan lahan muncul dalam menanggapi spesifikasi masalah sosial dan ekonomi dan masalah lingkungan di kemudian yang dipicu oleh revolusi industri pada akhir abad ke-19. Kebutuhan dan keuntungan dari perencanaan tata ruang yang tepat menjadi cepat dan jelas akibat adanya kemajuan industri seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk yang berbanding lurus dengan kebutuhhan terhadap ruang. UU Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dijelaskan bahwa penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupaten harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Nasional dan RTRW Provinsi, Pedoman dan Petunjuk Pelaksanaan bidang Penataan Ruang, dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah. Selain itu penyusunan rencana tata ruang wilayah kabupatenkota harus memperhatikan: a perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupatenkota; b upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupatenkota; c keselarasan aspirasi pembangunan kabupatenkota; d daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; e Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah; f Rencana Tata Ruang Wilayah kabupatenkota yang berbatasan; dan g Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis kabupatenkota. Pengembangan sosial dan ekonomi adalah arah dimana daratan menjadi ekspansi ruang kota. Sampai batas tertentu, ekspansi ruang kota akan terus menerus menggunakan sumberdaya yang sesuai untuk pembangunan perkotaan. Perencanaan kota telah menjadi alat yang paling berpengaruh dalam membentuk pengembangan tata ruang perkotaan Lin et al. 2013. Selanjutnya Douvere 2008 menjelaskan Perencanaan tata ruang pesisir dan laut bertujuan untuk menyediakan mekanisme strategis dan pendekatan berbasis rencana terpadu untuk pengelolaan laut yang memungkinkan untuk melihat gambaran ” yang lebih besar dan untuk mengelola menggunakan potensi konflik, efek kumulatif dari aktivitas manusia, dan perlindungan laut. Perencanaan tata ruang pesisir dan laut menyediakan kesempatan tidak hanya untuk mengelola dan memahami lingkungan laut, tetapi juga memungkinkan perencanaan jangka panjang dalam cara proses-proses menjadi lebih transparan, perencanaan dan alokasi untuk kedua pengembang atau pemertintah dan manajer lingkungan. Penerapan kebijakan tata ruang pesisir dan laut diperlukan untuk mengawasi sampai sejauh mana peraturan tersebut diterapkan dilapangan serta mengetahui bagaimana pembangunan yang berjalan. Pembangunan tersebut dapat 12 dipastikan membutuhkan penggunaan ruang. Dahuri et al. 2008 menjelaskan perencanaan ruang kawasan pesisir diharapkan dapat mendorong peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan. Tata ruang yang dimaksud mencakup penetapan peruntukan lahan yang terbagi menjadi empat mintakat yaitu: i zona preservasi, ii zona konservasi, iii zona penyangga, iv zona budidaya zona pemanfaatan Pembangunan di wilayah pesisir dan laut tersebut akan terjadi terus menerus, akan tetapi dalam prosesnya melibatkan berbagai sektor. Pelaksanaan pembangunan tersebut akan masuk dalam lingkup penggunaan biaya atas pemakaian lahan baik yang berada di darat maupun di laut. Sistem perundangan di Cina pada Januari 2002, selain penerapan perundangan serta menerapkan beberapa prinsip yang membantu perundangan tersebut berjalan. Salah satu prinsipnya yaitu melakukan penerapan sistem biaya pengguna. Sebuah wilayah pesisir dan laut yang masuk ke dalam kategori teluk bay memerlukan sebuah rencana pengelolaan sehingga sebuah kajian komprehensif terhadap dinamika kegiatan ekonomi maupun dampak lingkungan termasuk dalam konteks ini lingkungan sosial menjadi sebuah kebutuhan Adrianto 2006.