6 hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungannya Fujaya 2004. Sjafei
et al. 2009 in Rizal 2009 menyatakan bahwa pada umumnya proses reproduksi pada ikan dibagi kedalam tiga periode yaitu periode pre-spawning, periode
spawning dan periode post-spawning. Pada periode pre-spawning, berlangsung penyiapan gonad untuk menghasilkan telur dan sperma, peningkatan kematangan
gonad dan penyiapan telur dan sperma yang akan dikeluarkan. Periode pre- spawning merupakan bagian dari proses reproduksi yang paling panjang
dibandingkan dengan proses lainnya. Periode spawning pada ikan adalah proses pengeluaran telur dan spermatozoa dan pembuahan telur oleh sperma. Pada
umumnya periode spawning berlangsung dalam waktu singkat, sedangkan pada periode post-spawning terjadi perkembangan telur yang telah dibuahi, penetasan
telur dan perkembangan dari telur menjadi embrio, larva sampai menjadi anak. Dalam periode post-spawning diperlukan faktor-faktor yang mendukung
keberlangsungan hidupnya antara lain, kondisi perairan yang baik dan makanan yang cukup. Dalam reproduksi, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
gonad ada 2 yaitu faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal antara lain suhu, makanan, periode cahaya dan musim sedangkan faktor internal antara lain
kelainan bentuk anatomi, kelainan fungsi endokrin-hormon dan penyakit.
2.2.1. Faktor kondisi
Menurut Lagler
1961 in Effendie 1979 faktor kondisi merupakan suatu
keadaan yang menyatakan kemontokan ikan atau disebut juga dengan ponderal indeks. Penentuan faktor kondisi memiliki berbagai tujuan, misalnya faktor
kondisi atau yang dilambangkan dengan Kt, apabila dalam suatu perairan terjadi perubahan yang mendadak dari kondisi ikan itu, sehingga situasi demikian dapat
segera dideteksi dan memungkinkan untuk cepat diselidiki. Apabila kondisinya kurang baik dapat diindikasikan bahwa populasi terlalu padat, atau sebaliknya jika
kondisi baik hal tersebut memungkinkan terjadi pengurangan populasi atau tersedia makanan yang mendadak Effendie 1979.
7 Peningkatan faktor kondisi dapat berhubungan dengan perubahan makanan
yang berasal dari ikan pemakan plankton berubah menjadi ikan karnivor. Selain itu nilai faktor kondisi yang tinggi juga dapat disebabkan oleh Effendie 2002.
Menurut Couprof dan Benson in Adisti 2010 faktor kondisi dapat menggambarkan kecocokan terhadap lingkungan dan musim menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi faktor kondisi. Dari hasil penelitian didapat nilai K ikan tembang jantan berbeda dengan ikan tembang betina. Hal ini diduga faktor
kondisi dipengaruhi oleh jenis kelamin dan musim. Dari hasil studi Baginda 2006 menyatakan bahwa ikan tembang S. maderensis diperairan Ujung
Pangkah, Jawa Timur memiliki nilai K berisar antara 1-3 yang menunjukan kondisinya relatif kurus. Hal ini dikarenakan pertumbuhan panjang cenderung
tidak diikuti pertumbuhan berat.
2.2.2. Rasio kelamin
Rasio kelamin merupakan perbandingan antara jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina dalam suatu populasi, kondisi rasio kelamin yang ideal yaitu
rasio 1:1. Rasio kelamin penting diketahui karena berpengaruh terhadap kestabilan populasi ikan. Rasio kelamin dapat menduga keseimbangan populasi
dengan asumsi bahwa perbandingan ikan jantan dan betina dalam suatu populasi yang seimbang adalah 1:1 Purwanto et al. 1986 in Susilawati 2000.
Perbandingan 1:1 ini sering menyimpang, antara lain disebabkan oleh perbedaan tingkah laku ikan jantan dan ikan betina, perbedaan laju mortalitas dan laju
pertumbuhannya. Pada ikan yang melakukan ruaya untuk melakukan pemijahan, terjadi perubahan nisbah jantan dan betina secara teratur yaitu pada awal
pemijahan didominasi oleh ikan jantan kemudian seimbang saat terjadi pemijahan dan didominasi ikan betina sampai pemijahan selesai Nikolsky 1969 in Nasution
2003. Pada umumnya ikan tembang memiliki perbandingan 1:1, yaitu seimbang. Perbedaan jumlah ikan jantan dan ikan betina disebabkan oleh aktifitas ikan
didalam perairan, kemampuan beradaptasi dan faktor genetiknya Ismail 2006.
8 Perbandingan kelamin dapat berubah menjelang dan selama proses
pemijahan apabila dilihat dari segi laju pemijahan Nikolsky 1963 in Adisti 2010. Perbandingan jenis kelamin dapat digunakan untuk menduga keberhasilan
pemijahan, yaitu dengam melihat imbangan jumlah ikan jantan dan ikan betina di suatu perairan, juga berpengaruh terhadap produksi, rekuitmen dan konservasi
sumberdaya ikan tersebut. Rasio jenis kelamin terlihat seimbang pada penelitian Sardinella aurita di
Mediterania, begitu juga pada penelitian S. aurita di daerah Venezuela. Namun pada perairan Tunisia dan Senegal jumlah betina lebih mendominasi. Di daerah
perairan Libia juga menunjukkan perbedaan rasio yang juga menunjukkan perbedaan secara seksual pada pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi Tsikliras
dan Antonopoulou 2006.
2.2.3. Fekunditas