Konsep Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah

16 5. Tahapan ”Adopsi” Pada tahapan ini, petani atau individu telah memutuskan bahwa ide baru yang ia pelajari adalah cukup baik untuk diterapkan dilahannya dalam skala yang agak luas. Tahapan ”adopsi” ini merupakan yang paling menentukan dalam proses kelanjutan pengambilan keputusan lebih lanjut.

2.6 Konsep Pertanian Berkelanjutan dengan Input Luar Rendah

Bertambahnya jumlah penduduk mengakibatkan lahan yang digunakan untuk areal pertanian menjadi terbatas dan kegiatan pertanian dilakukan dengan cara intensifikasi yang mengakibatkan penggunaan input luar berupa bahan kimia yang tinggi. Input luar buatan seperti pupuk kimia, irigasi, benih hibrida, dan pestisida dapat memainkan peranan penting untuk menyeimbangkan sistem pertanian itu, meningkatkan produktivitas lahan dan tenaga kerja, serta meningkatkan keseluruhan hasil pertanian. Selain itu, sistem pertanian yang tidak menggunakan input luar tidak akan mungkin memiliki konsep terbuka dan berorientasi pasar untuk menyediakan kebutuhan penduduk nonpetani. Akan tetapi, tanpa disadari hal-hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap berkelanjutan kegiatan pertanian Reijntjes, et al., 1999. Gaskell et al. 2002 berpendapat bahwa dalam upaya mencapai pertanian yang berkelanjutan diupayakan agar input berupa bahan kimia produksi pabrik pupuk dan pestisida dikurangi bahkan jika mungkin ditiadakan. Reijntjes et al. 1999 menyatakan bahwa pertanian berkelanjutan berupa pengurangan input luar memiliki tiga kriteria yang terdiri dari kriteria secara ekologi, ekonomi, dan sosial. Kriteria secara ekologi adalah menyeimbangkan pemanfaatan hara dan bahan organik, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber air, meningkatkan 17 keragaman hayati, memperkecil pengaruh buruk terhadap lingkungan, dan meminimalkan penggunaan input luar. Kriteria ekonomi meliputi sistem pencaharian petani yang berkelanjutan, adanya daya saing, penggunaan faktor produksi yang efisien, dan kecilnya nilai input luar yang digunakan. Kemudian kriteria sosial meliputi memungkinkan untuk diadopsi secara luas terutama oleh petani kecil, mengurangi ketergantungan terhadap pihak luar seperti pabrik pembuat pupuk dan pestisida kimia buatan, meningkatkan ketahanan pangan baik pada level keluarga maupun nasional, dan mengurangi jumlah pengangguran khususnya pada daerah di sekitar lahan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Persepsi Masyarakat Terhadap Pupuk Organik dan Keberadaan Hutan di Desa Tongkoh, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo

0 38 67

Motivasi Petani Dalam Menerapkan Usahatani Organik Pada Padi Sawah ( Kasus di Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat.

1 15 117

Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi dan kesehatan lansia pria di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 4 248

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi dan Status Kesehatan Wanita Lansia di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor

0 19 169

Analisis perbandingan efisiensi usahatani padi organic dengan anorganik (Kasus: Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor)

1 17 177

Analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani padi berdasarkan status petani: studi kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor

1 7 236

Dampak perubahan iklim terhadap pendapatan dan faktor-faktor penentu adaptasi petani terhadap perubahan iklim: studi kasus di desa Purwasari, kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor1

0 11 188

Analisis Efektivitas Subsidi Pupuk dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi (Studi Kasus Desa Hambaro, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor)

1 2 95

Analisis Pendapatan Usahatani Padi dengan Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Potong (Studi Kasus: Desa Sukajadi, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor)

0 25 95

Analisis Corak Pengembangan Usaha Tani Ubi Jalar Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Studi Kasus Desa Cikarawang dan Desa Purwasari Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor)

0 18 50