Pasar Input Kayu Bulat 1. Pasar Input Kayu Bulat Hutan Alam

harga kayu bulat hutan alam 1 persen maka permintaan terhadap kayu bulat yang berasal dari hutan alam akan turun sebesar 0.11 persen 3. Pasar Input Kayu Bulat HTI Perkakas Dari pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan penawaran kayu bulat HTI perkakas, yaitu: c1=1.02, c2=4.13, c3=2.96. Nilai parameter dugaan c1 dan c3 sangat nyata. Parameter dugaan c2 dari hasil perhitungan tandanya tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga akan menggunakan data pustaka hasil penelitian Simangunsong 2001. Kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas merupakan sumber bahan baku yang akan digunakan untuk memproduksi kayu lapis dan kayu gergaji. Jumlah produksi kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas QT2 akan tergantung harga kayu PT2, luas HTI I2 dan kemampuan perusahaan GDP. Dari sisi penawaran, produksi kayu bulat dari HTI perkakas, yang dihasilkan oleh perusahaan akan meningkat apabila harga kayu bulat, luas HTI perkakas dan kemampuan finansial perusahaan juga meningkat. Dengan nilai penduga parameter LnPT2=1.02, jika harga kayu bulat naik sebesar 1 persen maka produksi kayu bulat akan naik secara proporsional, sebesar 1 persen. Dengan nilai penduga parameter LnGDP=2.96, maka akan bersifat elastis, dimana jika daya beli perusahaan meningkat sebesar 1 persen maka produksi kayu bulat HTI perkakas akan naik hampir 2.96 persen. Dengan nilai penduga parameter LnI2=4.13 Simangunsong, 2000, maka bersifat elastis, dimana apabila stok kayu bulat di HTI perkakas meningkat 1 persen maka produksi kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas akan meningkat 4 persen. Dari pengolahan data kemudian diperoleh nilai dugaan parameter persamaan permintaan kayu bulat HTI perkakas, yaitu: d1=2.69, d2=0.61, d3=-0.11. Nilai parameter dugaan d2 dan d3 yang didapat dari pengolahan data hasilnya tidak sesuai dengan teori ekonomi, sehingga tidak digunakan. Nilai parameter dugaan d2 dan d3 kemudian menggunakan parameter dugaan yang dipearoleh dari hasil penelitian Simangunsong 2001 Permintaan kayu bulat HTI perkakas QT2 akan dipengaruhi oleh jumlah produksi kayu lapis QKL, jumlah produksi kayu gergaji QKG dan harga kayu bulat PT2. Semakin tinggi jumlah produksi kayu lapis, semakin tinggi produksi kayu gergaji serta semakin rendah harga kayu bulat maka akan meningkatkan permintaan kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas. Dengan nilai penduga parameter LnQKL=2.69, maka akan bersifat elastis, dimana jika produksi kayu lapis meningkat 1 persen maka permintaan kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas akan meningkat 2.69 persen. Dengan nilai penduga parameter LnQKG=0.61 Simangunson, 2001, maka bersifat inelastis, dimana jika produksi kayu gergaji meningkat 1 persen maka permintaan terhadap kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas akan meningkat 0.61 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPT=-0.11, maka bersifat inelastis, dimana jika harga kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas meningkat 1 persen maka permintaan kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas akan turun sebesar 0,11 persen. Pasar Input Kayu Bulat HTI Pulp Dari hasil pengolahan data, maka diporoleh nilai dugaan parameter persamaan penawaran kayu bulat yang berasal dari HTI pulp, yaitu: e1=0.70, e2=4.13, e3=3.06. Nilai parameter dugaan hasil pengolahan e1 dan e3 sangat nyata. Nilai parameter dugaan e2 yang diperoleh dari hasil pengolahan tandanya tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga mengunakan data pustaka hasil penelitian Simangunsong 2001. Kayu bulat yang berasal dari HTI pulp, karena jenis pohonnya memiliki sifat fisika dan kimia yang baik, merupakan bahan baku utama yang digunakan untuk memproduksi pulp. Jumlah produksi kayu bulat yang berasal dari HTI pulp QT3 akan tergatung kepada harga kayu bulat pulp PT3, luas HTI pulp dan kemampuan keuangan perusahaan GDP. Produksi kayu bulat yang dihasilkan oleh HTI pulp akan meningkat apabila harga kayu bulat, luas HTI pulp dan daya beli atau kemampuan perusahaan meningkat. Dengan nilai penduga parameter LnPT3=0.70, maka akan bersifat inelastis, dimana jika harga kayu bulat yang berasal dari HTI pulp meningkat 1 persen maka produksi kayu bulat yang berasal dari HTI pulp akan meningkat sebesar 0.70 persen. Dengan nilai penduga parameter LnGDP 3.06, maka akan bersifat elastis, dimana jika kondisi keuangan perusahaan meningkat 1 persen maka produksi kayu bulat yang berasal dari HTI pulp akan meningkat sebesar 3,06 persen. Dengan nilai penduga parameter LnI3=4.13 Manurung, 1995, maka bersifat elastis, dimana jika luas HTI pulp meningkat 1 persen maka produksi kayu bulat yang berasal dari HTI pulp akan meningkat sebesar 4.13 persen. Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan permintaan kayu bulat HTI pulp, yaitu: f1=1.17 dan f2=-0.06. Nilai paramaeter dugaan f1 hasilnya sangat nyata. Jumlah permintaan kayu bulat yang berasal dari HTI pulp QT3 akan ditentukan oleh jumlah produksi pulp QP dan harga kayu bulat yang berasal dari HTI pulp PT3. Semakin tinggi produksi pulp dan semakin rendah harga kayu bulat yang berasal dari HTI pulp maka akan meningkatkan permintaan kayu bulat yang berasal dari HTI pulp. Dengan nilai penduga parameter LnQP=1.17, maka bersifat elastis, dimana jika produksi pulp meningkat 1 persen maka produksi kayu bulat yang berassal dari HTI pulp akan meningkat 1.17 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPT3=-0.06, jika harga kayu bulat yang berasal dari HTI pulp meningkat 1 persen maka produksi kayu bulat yang berasal dari HTI pulp akan mengalami penurunan sebesar 0.06 persen.

5.2. Pasar Output Produk Kayu Primer 1. Pasar Ouput Kayu Lapis

Hasil pengolahan data nilai dugaan parameter persamaan penawaran kayu lapis, yaitu: g2=1.28, g3=-0.06, g4=-0.002, dan g5=-0.17. Nilai dugaan g2 dari perhitungan tandanya tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga menggunakan data pustaka, dari penelitian Manurung 1995. Nilai dugaan g1 berdasarkan perhitungan ternyata hasilnya tidak sesuai tandanya dengan teori ekonomi, sehingga tidak digunakan. Memperhatikan situasi penerapan teknologi di lapangan, dimana tidak ada upaya untuk memperbaharui mesin pada industri kayu lapis, maka diasumsikan tidak ada perubahan teknologi yang digunakan untuk industri kayu lapis di Indonesia. Jumlah produksi kayu lapis QKL ditentukan oleh harga kayu lapis PQ1, upah tenaga kerja PL, harga kayu bulat PT1 dan harga bahan bakar PE. Semakin tinggi harga kayu lapis, maka semakin meningkat produksi kayu lapis. Semakin rendah upah tenaga kerja, harga kayu bulat, dan harga bahan bakar maka semakin tinggi produksi kayu lapis. Dengan nilai dugaan parameter LnPQ1=0.002 Manurung, 1995, maka bersifat inelastis, dimana kenaikan harga kayu lapis sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi kayu lapis sebesar 0.002 persen. Dengan nilai dugaan parameter LnPL=-0.06, maka bersifat inelastis, dimana kenaikan upah tenaga kerja 1 persen akan menurunkan jumlah produksi kayu lapis sebesar 0.06 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPT1=-0.002, maka bersifat inelastis, dimana kenaikan harga kayu bulat 1 persen menurunkan produksi kayu lapis sebesar 0.002 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPE=-1.17, maka akan bersifat elastis, dimana kenaikan harga bahan bakar 1 persen menurunkan produksi kayu lapis sebesar 1.17 persen. Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan permintaan kayu lapis, yaitu: h1=0.23 dan h2=-0.18. Nilai parameter dugaan dari hasil perhitungan, h2, adalah sangat nyata. Permintaan kayu lapis QKL ditentukan oleh daya beli GDP dan harga kayu lapis PQ1. Semakin tinggi daya beli konsumen dan semakin rendah harga kayu lapis maka akan meningkatkan jumlah permintaan terhadap kayu lapis. Dengan nilai penduga parameter LnGDP=0.23, maka akan bersifat inelastis, dimana jika daya beli konsumen naik sebesar 1 persen maka permintaan terhadap produk kayu lapis akan meningkat sebesar 0.23 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPQ1=-0.18, maka akan bersifat inelastis, dimana jika harga kayu lapis meningkat sebesar 1 persen, maka permintaan terhadap produk kayu lapis akan turun sebesar 0.18 persen.

3. Pasar Output Kayu Gergaji

Dari pengolahan data yang dilakukan, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan penawaran kayu gergaji, yaitu: i2=0.05, i3=-0.18, i4=-0.11. Nilai dugaan i5 dari pengolahan data ternyata tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga menggunakan data pustaka dari hasil penelitian Simangunsong 2001 yaitu sebesar -0.11. Dari hasil pengolahan data, nilai dugaan parameter i1 ternyata tidak sesuai tandanya dengan teori perhitungan, sehingga tidak digunakan. Hal ini diduga bahwa berdasarkan situasi di lapangan, dimana tidak ada upaya untuk memperbaharui peralatan mesin pada industri kayu gergaji, maka diasumsikan tidak ada perubahan teknologi yang terjadi pada industri kayu gergaji di Indonesia. Industri kayu gergaji jumlahnya banyak, dibandingkan dengan industri kayu lapis ataupun industri pulp sehingga membutuhkan bahan baku yang cukup besar. Jumlah produksi kayu gergaji QKG ditentukan oleh harga produk kayu gergaji PQ2, upah tenaga kerja PL, harga kayu bulat PT1 dan harga bahan bakar PE. Semakin tinggi harga produk kayu gergaji maka akan semakin meningkat produksi kayu gergaji, dan semakin rendah upah tenaga kerja, harga kayu bulat dan harga bahan bakar maka akan semakin tinggi produksi kayu gergaji. Dengan nilai penduga parameter LnPQ2=0.05, maka bersifat inelastis, dimana jika harga produk kayu gergaji meningkat sebesar 1 persen maka produksi kayu gergaji akan meningkat ssebesar 0.05 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPL=-0.18, maka bersifat inelastis, dimana jika upah tenaga kerja meningkat sebesar 1 persen maka produksi kayu gergaji akan turun sebesar 0.18