Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian
kepada bahan baku dari impor. Walaupun pemerintah secara intensif melakukan program hutan tanaman, tetapi kebutuhan produksi kayu bulat domestik masih
jauh dari mencukupi. Samad, et al. 2009 mengemukakan bahwa permintaan kayu bulat dunia
akan meningkat sejalan dengan peningkatan populasi dan peningkatan pembangunan ekonomi khsusunya di negara-negara berkembang. Dengan alasan
tersebut Malaysia kemudian melakukan komitmen pengellaan hutan lestari, diantaranya melaksanakan penebangan hutan dengan metoda “reduce impact
logging ”. Hal ini mengakibatkan berkurangnya penawaran kayu bulat untuk
industri hilir perkayuan. Malaysia Barat telah mengalami defisit kayu bulat sejak tahun 1995 berdampak kepada produk utama perkayuan, berpindah dari yang
tadinya surplus menjadi defisit kayu bulat. Dari hasil penelitian perilakuk pasar kayu bulat di Malaysia Barat berkaitan dengan kebijakan pengelolaan hutan
lestari, menunjukan bahwa pelaksanaan sepenuhnya full adoption kebijakan pengelolaan hutan lestari akan menyebabkan pengurangan penawaran kayu bulat,
yang berlanjut kepada peningkatan harga dalam jangka panjang, namun tidak berpengaruh kepada permintaan. Kemungkinan kebijakan ini akan mempengaruhi
skema pembangunan hutan tanaman untuk mendukung kelestarian kehutanan di Malaysia Barat.
Hasil kajian yang diakukan oleh Prahasto dan Nurfatriani 2001 menunjukkan bahwa produksi kayu bulat yang dihasilkan dari hutan alam dalam
rentang lima tahun terakhir sebelummya cenderung menurun sedangkan produksi dari hutan tanaman dari berbagai sumber belum menunjukkan kenaikan yang
berarti. Menurut Surhandari 2008, untuk mengurangi permintaan kayu bulat di
Indonesia, alternatif yang mungkin dapat dilakukan dengan pengurangan kapasitas industri pengolahan kayu, khususnya mengurangi jumlah industri yang dianggap
tidak efisien. Solusi lain yang dapat ditempuh adalah mempercepat pembangunan hutan tanaman industri HTI atau hutan tanaman sejenis seperti hutan tanaman
rakyat HTR. Selain untuk pemenuhan bahan baku industri kayu lapis dan kayu gergaji,
produksi kayu bulat Indonesia juga dibutuhkan untuk bahan baku industri pulp. Perkembangan industri pulp Indonesia selain memiliki peluang pengembangan
yang cukup baik, juga dihadapkan kepada beberapa kendala, diantaranya persoalan bahan baku, dimana 93 persen kertas dunia berasal dari bahan baku
kayu Situmorang, 2009. Upaya untuk melakukan konservasi di Finland akan meningkatkan harga
bahan baku kayu bulat yang juga akan meningkatkan biaya produksi industri perkayuan. Hal ini telah menyebabkan produksi kayu gergaji turun, tetapi tidak
akan mempengaruhi produksi kertas dan paperboard. Apabila konservasi meningkatkan impor kayu bulat maka pengaruh terhadap bahan baku terhadap
industri kehutanan menjadi sangat kecil Hänninen, et al., 2007 Penelitian dampak kebijakan konservasi di Norwegia yang dilakukan
menggunakan partial equilibrium model untuk sektor kehutanan terhadap harga kayu bulat dan hasil olahan, menunjukan bahwa harga kayu bulat akan meningkat
rata-rata dengan peningkatan upaya konservasi secara lokal. Dampak terhadap harga kayu bulat akan menjadi sangat terasa apabila mitra dagang Norwegia juga
melakukan kebijakan konservasi. Apabila pemilik hutan sukarela juga melakukan konservasi mengikuti kebijakan pemerintah di Norwegia, maka. produksi kayu