V. ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN KAYU BULAT UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN INDUSTRI
KAYU LAPIS, KAYU GERGAJI DAN PULP DI INDONESIA
Pasar input kayu bulat terdiri dari pasar kayu bulat yang berasal dari hutan alam, pasar kayu bulat yang berasal dari HTI perkakas dan pasar kayu bulat yang
berasal dari HTI pulp. Sedangkan pasar output pasar produk primer kayu terdiri dari pasar produk kayu lapis, pasar produk kayu gergaji dan pasar produk pulp.
Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan software pengolahan data RATS Regression Analysis for time series dengan bahasa program sebagaimana
disajikan pada Lampiran 2, maka diperoleh nilai dugaan parameter dari persamaan pasar input dan pasar output, sebagaimana disajikan pada Tabel 5. Hasil
perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 3. Tabel 5. Nilai Dugaan Parameter Pasar Input dan Pasar Output Kayu
Dari hasil pengolahan data, semua tanda penduga parameter untuk pasar input dan pasar output sebagian besar adalah sesuai teori ekonomi. Namun ada
juga yang tidak sesuai teori ekonomi. Nilai penduga yang tandanya tidak sesuai dengan teori ekonomi tidak bisa digunakan, sehingga digunakan data baru,
PT1 PT2
PT3 I1
I2 I3
PQ1 PQ2 PQ3 PL PE QKL QKG QP GDP
S KBHA QT1
0.04 4.13
1.02
D KBHA QD1 - 0.11
1.95 2.31 S KBHTI PKK QT2
1.02 4.13
2.96
D KBHTI PKK QT2 - 0.11
2.69 0.61 S KBHTI PULP QT3
0.70 4.13
3.06
D KBHTI PULP QT3 -0.06
1.17
S Kayu Lapis QKL -0.002
1.28 -0.06 -0.17
D Kayu Lapis Q1
-0.18 0.23
S Kayu Gergaji QKG -0.18 0.05
-0.19 -0.11
D Kayu Gergaji Q2 -0.08
1.01
S PULP QP
-0.41 0.49 -2.46 -1.19
D PULP Q3
-0.29 2.82
Persamaan Variabel
menggunakan data pustaka. Beberapa nilai penduga parameter yang diperoleh, yang digaris bawahi
bersifat sangat nyata, dengan nilai kesalahan α sebesar 5.
5.1. Pasar Input Kayu Bulat 1. Pasar Input Kayu Bulat Hutan Alam
Dari pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan penawaran kayu bulat hutan alam, yaitu: a1=0.04, a2=4.13, a3=1.02.
Parameter a2 dan a3 yang diperoleh dari hasil pengolahan data, ternyata tidak dapat digunakan karena tandanya tidak cocok dengan teori ekonomi. Nilaii
parameter dugaan a2 kemudian menggunakan data pustaka, yang diperoleh dari hasil penelitian Simangunsong 2001, dan data parameter dugaan a3 diperoleh
dari pustaka, hasil penelitian Manurung 1995. Kayu bulat yang berasal dari hutan alam merupakan sumber bahan baku
utama bagu industri kayu lapis dan kayu gergaji. Jumlah produksi kayu bulat yang berasal dari hutan alam QT1 akan sangat ditentukan oleh harga kayu bulat
PT1, stok kayu bulat I1 dan kemampuan perusahaandaya beli GDP. Semakin tinggi harga kayu bulat hutan alam, dan semakin banyak stok kayu bulat
di hutan alam serta semakin tinggi daya beli, maka perusahaan akan meningkatkan penawarannya.
Dengan nilai penduga parameter LnPT1=0.04, maka akan bersifat inelastis, dimana jika harga kayu bulat naik sebesar 1 persen maka produksi kayu bulat
hutan alam akan meningkat sebesar 0.04 persen. Dengan nilai dugaan parameter LnI1=4.1, maka akan bersifat elastis, dimana jika stok kayu bulat dari
inventarisasi kayu bulat dari hutan alam meningkat 1 persen maka produksi kayu
bulat hutan alam akan meningkat sebesar 4.1 persen. Dengan nilai dugaan LnGDP=1 Simangunsong, 2001, jika daya beli atau kemampuan keuangan
perusahaan meningkat sebesar 1 persen maka produksi kayu bulat yang berasal dari hutan alam akan meningkat secara proporsional, dengan jumlah yang sama
sebesar 1 persen. Berdasarkan hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter
persamaan permintaan kayu bulat hutan alam, yaitu: b1=1.95, b2=2.31, b3=- 0.11. Nilai dugaan parameter b1 sangat nyata. Dari hasil pengolahan data, nilai
dugaan parameter b3 ternyata tandanya tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga tidak dapat digunakan. Untuk data yang tidak bisa digunakan maka
digunakan data pustaka dari hasil penelitian Simangunsong pada tahun 2001. Permintaan kayu bulat hutan alam QD1 ditentukan oleh jumlah produksi
kayu lapis QKL, jumlah produksi kayu gergaji QKG dan harga kayu bulat PT1. Semakin tinggi produksi kayu lapis dan kayu gergaji serta semakin rendah
harga kayu bulat maka akan meningkatkan permintaan kayu bulat. Dengan nilai penduga parameter LnQKL=1.95, maka akan bersifat elastis,
dimana jika jumlah produksi kayu lapis meningkat 1 persen maka permintaan terhadap bahan baku kayu bulat yang berasal dari hutan alam akan meningkat
sebesar 1.95 persen. Dengan nilai penduga parameter LnQKG=2.31, maka bersifat elastis, dimana jika jumlah produksi kayu gergaji meningkat 1 persen
maka permintaan terhadap bahan baku kayu bulat yang berasal dari hutan alam akan meningkat 2.31 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPT1=-0.11
Simangunsong, 2001, maka akan bersifat inelastis, dimana jika terjadi kenaikan