IV. GAMBARAN UMUM
4.1. Produksi Kayu Bulat
Produksi kayu bulat Indonesia saat ini jumlahnya terus menurun. Pada tahun 2009 produksi kayu bulat dari hutan alam hanya mencapai rata-rata sekitar 5 juta
m
3
per tahun. Produksi kayu bulat dari hutan alam pernah mencapai lebih dari 20 juta m
3
sebelum tahun 1998 dan lebih dari 10 juta m
3
pada periode tahun 1997- 2000. Pada masa lalu, satu perusahaan Hak Pengusahaan Hutan HPH bisa
memiliki luas wilayah kelola ratusan ribu Ha, namun pada saat ini ada perusahaan yang yang hanya memiliki luas 10 000 Ha sampai 20 000 Ha saja.
Sumber: Departemen Kehutanan, 2006a dan Departemen Kehutanan, 2007; Kementerian Kehutanan, 2011
Gambar 4. Produksi Kayu Bulat HPH
Produksi kayu bulat sebagian besar berasal dari hutan produksi yang dikelola oleh perusahaan melalui sistem Hak Pengusaha Hutan HPH dan Hak
Tahun
Pengusaha Hutan Tanaman Industri HPHTI. Selain berasal dari HPH dan HPHTI, kayu bulat juga berasal dari hasil land clearing konversi hutan, produksi
perum perhutani dan hutan rakyat. Saat ini produksi kayu bulat yang bersumber dari HTI menunjukan peningkatan dibanding kayu bulat dari sumber lainnya.
Kayu bulat yang berasal dari HTI umumnya digunakan sebagai bahan baku untuk kebutuhan industri pengolahan pulp. Perkembangan produksi kayu bulat yang
berasal dari selain HPH dapat dilihat pada Gambar 5.
Sumber: Departemen Kehutanan, 2006a dan Departemen Kehutanan, 2007; Kementerian Kehutanan, 2011
Gambar 5. Produksi Kayu Bulat Non HPH Pada tahun 2005 produksi kayu bulat yang berasal dari hutan alam, hutan
tanaman industri, izin sah lainnya, dan yang berasal dari areal konversi berjumlah 24.19 juta m
3
, dimana produksi dari HPH memberikan kontribusi sebesar 5.69 juta m
3
, HTI sebesar 12.82 juta m
3
, Perum Perhutani 0.76 juta m
3
, dan yang berasal dari konversiIPK sebesar 3.61 juta m
3
, serta dari Izin Sah Lainnya sebesar 1.31 juta m
3
. Produksi kayu bulat yang berasal daru HTI mulai menunjukan kenaikan setelah tahun 2003. Untuk kegiatan IPK juga masih cukup besar
Juta m3
Tahun
menghasilkan produk kayu pada tahun 2009 dan tahun 2010. Berdasarkan data FAO, produksi rata-rata kayu bulat Indonesia dalam rentang tahun 1975 sampai
tahun 2009 berjumlah 34 juta m
3
FAO, 2011. Sebagai penyedia kayu bulat untuk kebutuhan industri pengolahan berbasis
kayu, kualitas hutan menjadi faktor kunci penentu penyediaan kayu bulat. Luas penutupan hutan forest cover Indonesia mencapai sekitar 133.6 juta Ha atau
sebesar 71 persen luas daratan Indonesia, dimana 60.9 juta Ha merupakan hutan alam produksi, terdiri dari hutan alam produksi primer sebesar 14.8 juta Ha 24.3
persen, hutan alam produksi sekunder 21.6 juta Ha 35.5 persen dan hutan tanaman seluas 2.4 juta Ha 3.9 persen, dan wilayah bukan-hutan seluas 18.4 juta
Ha 30.2 persen. Sampai Juni 2005, jumlah perusahaan pemilik izin HPHIUPHHK sebanyak
281 unit, mengelola hutan 27.1 juta Ha yang kemudian mengalami peningkatan menjadi 303 unit dengan luas wilayah kelola 28.1 juta Ha pada Agustus 2006.
Namun dari jumlah itu, yang aktif hanya sekitar 149 unit dengan luas 14.6 juta Ha. Adapun jumlah HPH IUPHHK yang tidak aktif beroperasi sejumlah 154 unit
dengan luas 17.3 juta ha. Produksi kayu bulat yang dihasilkan pada tahun 2006 berasal dari 16 provinsi, dimana produksi terbesar dihasilkan oleh Provinsi
Kalimantan Timur, sebesar 3.9 juta m
3
, dengan komposisi dari HPH sebesar 1.9 juta m
3
, IPK sebesar 1.4 juta m3, HTI sebesar 535 305 m3. Daerah Penghasil terbesar kayu bulat dari HTI yaitu Provinsi Riau sebesar 6.7 juta m
3
. Jumlah HPHIUPHHK dari waktu ke waktu terus mengalami penurunan,
dimana pada tahun 2008 jumlah HPH yang aktif beroperasi sebanyak 308 unit, mengelola areal seluas 26.1 Ha, kemudian pada tahun 2009 menurun jumlahnya