Pasar Output Produk Kayu Primer 1. Pasar Ouput Kayu Lapis

3. Pasar Output Kayu Gergaji

Dari pengolahan data yang dilakukan, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan penawaran kayu gergaji, yaitu: i2=0.05, i3=-0.18, i4=-0.11. Nilai dugaan i5 dari pengolahan data ternyata tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga menggunakan data pustaka dari hasil penelitian Simangunsong 2001 yaitu sebesar -0.11. Dari hasil pengolahan data, nilai dugaan parameter i1 ternyata tidak sesuai tandanya dengan teori perhitungan, sehingga tidak digunakan. Hal ini diduga bahwa berdasarkan situasi di lapangan, dimana tidak ada upaya untuk memperbaharui peralatan mesin pada industri kayu gergaji, maka diasumsikan tidak ada perubahan teknologi yang terjadi pada industri kayu gergaji di Indonesia. Industri kayu gergaji jumlahnya banyak, dibandingkan dengan industri kayu lapis ataupun industri pulp sehingga membutuhkan bahan baku yang cukup besar. Jumlah produksi kayu gergaji QKG ditentukan oleh harga produk kayu gergaji PQ2, upah tenaga kerja PL, harga kayu bulat PT1 dan harga bahan bakar PE. Semakin tinggi harga produk kayu gergaji maka akan semakin meningkat produksi kayu gergaji, dan semakin rendah upah tenaga kerja, harga kayu bulat dan harga bahan bakar maka akan semakin tinggi produksi kayu gergaji. Dengan nilai penduga parameter LnPQ2=0.05, maka bersifat inelastis, dimana jika harga produk kayu gergaji meningkat sebesar 1 persen maka produksi kayu gergaji akan meningkat ssebesar 0.05 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPL=-0.18, maka bersifat inelastis, dimana jika upah tenaga kerja meningkat sebesar 1 persen maka produksi kayu gergaji akan turun sebesar 0.18 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPT1=-0.11, maka bersifat inelastis, dimana jika harga kayu bulat meningkat sebesar 1 persen maka produksi kayu gergaji akan turun sebesar 0.11 persen. Dengan nilai penduga dari parameter LnPE=-0.11, jika harga bahan bakar naik sebesar 1 persen maka produksi kayu gergaji akan turun sebesar 0.11 persen. Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan permintaan produk kayu gergaji yaitu: j1=-0.08 dan j2=1.01. Permintaan kayu gergaji QKG ditentukan oleh daya beli konsumen GDP dan harga kayu gergaji PQ2. Semakin tinggi daya beli dan semakin rendah harga kayu gergaji akan meningkatkan jumlah permintaan gergaji. Dengan nilai penduga parameter LnGDP=1.01, jika daya beli meningkat 1 persen, maka permintaan kayu gergaji meningkat secara proporsional sebesar 1 persen. Nilai penduga parameter LnPQ2=-0.08, maka bersifat inelastis, dimana jika harga produk kayu gergaji naik sebesar 1 persen maka permintaan kayu gergaji akan turun sebesar 0.08 persen.

3. Pasar Output Pulp

Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter persamaan penawaran pulp, yaitu: k1= 0.02, k2=0.49, k3=-2.46. k4=-0.41 dan nilai k5=-1.19. Nilai parameter dugaan k2, k3 dan k4 sangat nyata. Nilai dugaan k5 dari perhitungan tandanya tidak sesuai dengan teori ekonomi sehingga menggunakan data pustaka yang diperoleh dari penelitian Simangunsong 2001. Jumlah produksi pulp QP yang dihasilkan ditentukan oleh harga pulp PQ3, upah tenaga kerja PL, harga kayu bulat PT3 dan harga bahan bakar PE. Semakin tinggi harga produk pulp, maka semakin banyak produksi pulp, dan semakin rendah upah tenaga kerja, harga bahan baku kayu bulat dan harga bahan bakar yang digunakan maka semakin tinggi produksi pulp. Dengan nilai penduga parameter LnPQ3=0.49, maka bersifat inelastis, dimana jika harga pulp meningkat sebesar 1 persen maka produksi pulp akan meningkat sebesar 0.49 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPL=-2.46, maka bersifat elastis, dimana jika upah tenaga kerja naik 1 persen maka produksi pulp turun sebesar 2.46 persen. Dengan nilai penduga parameter LnPT1=-0.41, maka bersifat inelastis, dimana jika harga kayu bulat naik 1 persen maka produksi pulp akan turun sebesar 0.41 persen. Dengan nilai penduga parameter PE=-1.19 Simangunsong, 2001, maka bersifat elastis, dimana jika harga bahan bakar meningkat sebesar 1 persen maka produksi pulp akan turun sebear 1.19 persen. Dari hasil pengolahan data, maka diperoleh nilai dugaan parameter untuk persamaan permintaan produk pulp, yaitu: l1=2.82 dan l2=-0.29. Permintaan produk pulp akan ditentukan oleh daya beli konsumen GDP dan harga produk pulp PQ3. Semakin tinggi daya beli konsumen dan semakin rendah harga produk pulp maka akan semakin tinggi permintaan terhadap produk pulp. Nilai dugaan parameter LnGDP=2.82. maka bersifat elastis, dimana jika daya beli konsumen meningkat sebesar 1 persen maka permintaan terhadap produk pulp akan meningkat sebesar 2.82 persen. Nilai dugaan parameter LnPQ3=-0.29, maka bersifat inelastis, dimana jika harga pulp meningkat sebesar 1 persen maka permintaan pulp turun sebesar 0.29 persen. Tanda parameter hasil penelitian yang diharapkan untuk model persamaan penawaran dan permintaan pasar input dan pasar output yaitu sebagaimana disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan hasil penelitian terhadap elastisitas permintaan di beberapa negara dibandingkan hasil penelitian ini, maka nilai tengah elastisitas harga permintaan kayu lapis dari beberapa hasil penelitian di dunia adalah sebesar -0.21, lebih kecil dibandingkan hasil penelitian ini sebesar - 0.18 dan nilai tengah elastisitas permintaan kayu gergaji beberapa penelitian di dunia adalah sebesar -0.35, lebih kecil dibanding hasil penelitian ini, sebesar - 0.08. Keduanya bersifat inelastis. Nilai tengah elastisitas GDP di beberapa negara untuk kayu lapis sebesar 0.94, lebih besar dari hasil penelitian ini sebesar 0.23, keduanya bersifat inelastis. Elastisitas GDP di beberapa negara untuk kayu gergaji 0.79, bersifat inelastis dibandingkan hasil penelitian ini, bersifat unit elastis, 1. Pada umumnya harga bahan baku kayu bulat bersifat inelastis, inventarisai stok bersifat elastis, harga industri primer hasil hutan bersifat inelastis. Selain itu, GDP bersifat elastis, dan biaya upah, bahan bakar bersifat inelastis. Untuk menghasilkan produk kayu lapis, kayu gergaji dan pulp, maka membutuhkan bahan baku utama kayu bulat yang belum bisa digantikan substitusi oleh barang lain sehingga bersifat inelastis dibandingkan produk lain yang memiliki substitusi. Nilai penduga elastisitas ini akan digunakan untuk melakukan kajian skenario kebijakan pemerintah terhadap industri berbasis kayu.

VI. DAMPAK KEBIJAKAN PROVISI SUMBERDAYA HUTAN DAN

DANA REBOISASI TERHADAP KESEJAHTERAAN Pada bagian ini akan dibahas penerapan elastisitas untuk simulasi kebijakan PSDH dan DR dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan. 6.1.Dampak Kebijakan PSDH dan DR terhadap Produksi dan Harga Selain perubahan harga yang terjadi, juga dapat diketahui tingkat produksi dan harga penerapan skenario kebijakan PSDH dan DR. Produksi rata-rata kayu bulat yang dihasilkan dari hutan alam, HTI perkakas dan HTI pulp. Produksi kayu lapis, kayu gergaji dan pulp dihasilkan oleh industri primer kayu. Pengaruh penerapan skenario kebijakan PSDH dan DR terhadap produksi kayu bulat dan kayu olahan dapat dilihat pada Tabel 6. Adapun pengaruh penerapan skenario kebijakan PSDH dan DR terhadap harga kayu bulat dan kayu olahan dapat dilihat pada Tabel 7. Skenario kebijakan 1 akan menurunkan produksi kayu bulat dari hutan alam, kayu dari bulat HTI perkakas dan kayu bulat dari HTI pulp, berturut-turut sebesar 27 917 068 m 3 , 5 004 536 m 3 dan 3 121 423 m 3 dengan tingkat harga berturut turut sebesar Rp 2 165 728 per m 3 , Rp 319 289 per m 3 dan Rp 542 130 per m 3 . Produksi kayu gergaji dan pulp juga mengalami penurunan, sementara harga kayu lapis relatif stabil. Adapun harga kayu lapis, kayu gergaji dan pulp akibat kebijakan ini juga mengalami penurunan. Skenario kebijakan 2 akan menurunkan produksi kayu bulat dari hutan alam, kayu bulat dari HTI perkakas dan kayu bulat dari HTI pulp. Tingkat harga untuk skenario 2 lebih tinggi dibadingkan skenario 1, namun lebih rendah dibandingkan harga keseimbangan akibat penerapan PSDH dan DR yang berlaku pada saat ini, kecuali untuk kayu bulat pulp memiliki tingkat harga yang relatif sama dengan harga saat ini. Adapun tingkat produksi kayu gergaji dan pulp pada skenario 2 lebih besar dibandingkan dengan produksi bila diterapkan skenario 1, kecuali produksi kayu lapis relatif sama dengan skenario 1. Tingkat harga produk kayu lapis akibat penerapan kebijakan skenario 2 sedikit lebih besar dari pada tingkat harga karena penerapan skenario 1, dan sedikit lebih kecil dibandingkan tingkat harga yang berlaku di lapangan, kecuali harga pulp, relatif sama. Skenario kebijakan 3 menyebabkan produksi dan harga kayu bulat hutan alam, kayu bulat HTI perkakas dan kayu bulat HTI pulp relatif lebih kecil dibandingkan skenario 2 dan penerapan PSDH dan DR saat ini. Produksi kayu lapis relatif akibat skenario kebijakan 3 relatif sama dengan produksi kayu lapis akibat skenario sebelumnya. Penerapan skenario 6 akan menghasilkan tambahan produksi kayu gergaji lebih tinggi dibandingkan skenario-skenario sebelumnya, namun produksi kayu lapis relatif sama. Produksi pulp meningkat dengan skenario 4 atau 6, yaitu akibat penerapan kebijakan PSDH masing-masing sebesar 20 persen, Penerapan skenario kebijakan DR tidak mempengaruhi bahan baku industri pulp, karena kebijakan DR tidak berlaku untuk HTI pulp tapi lebih kepada hutan alam. Harga kayu lapis, kayu gergaji dan pulp akan meningkat pada skenario 6 dibandingkan skenario- skenario sebelumnya. Harga kayu bulat hutan alam dan kayu bulat HTI perkakas lebih besar dibandingkan harga pada skenario-skenario sebelumnya, kecuali harga kayu bulat HTI pulp relatif sama pada skenario kebijakan 4 dan 6. Tabel 6. Dampak Kebijakan PSDH dan DR terhadap Produksi Kayu Bulat dan Kayu Olahan Skenario Produksi Kayu bulat hutan alam m3 Kayu bulat HTI perkakas m3 Kayu Bulat HTI pulp m3 Kayu lapis m3 Kayu gergaji m3 Pulp ton Penerapan PSDH dan DR Aktual 27 919 687 5 005 272 3 122 552 6 386 600 5 803 867 4 161 533 1.PSDH=0, DR=Aktual 27 917 068 5.004 536 3 121 423 6 386 601 5 803 021 4 160 121 2.PSDH=Aktual, DR= 0 27 917 390 5 004 832 3 122 552 6 386 601 5 803 151 4 161 533 3. PSDH= 0, DR= 0 27 914 866 5 004 119 3 121 423 6 386 601 5 802 341 4 160 121 4. PSDH=20, DR=Aktual 27 923 065 5 006 044 3 123 717 6 386 599 5 804 919 4 163 058 5. PSDH=Aktual, DR=20 27 923 304 5 006 340 3 122 552 6 386 599 5 805 042 4 161 533 6. PSDH=20, DR=20 27 926 804 5 007 148 3 123 718 6 386 598 5 806 129 4 163 059 7. PSDH=25, DR=Aktual 27 924 610 5 006 435 3 124 309 6 386 599 5 805 412 4 163 816 8. PSDH=Aktual, DR=25 27 924 818 5 006 730 3 122 552 6 386 599 5 805 524 4 161 533 9. PSDH=25, DR=25 27 929 752 5 007 929 3 124 310 6 386 597 5 807 097 4 163 818 71