Pasar a Deskripsi Teoritik
sehari-hari seperti bahan-bahan makanan, berupa ikan, buah, sayuran dan yang lain-lain.
11
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan pasar tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri
dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Biasanya kebanyakan
menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-mayuran, telur, daging, ikan, kue-kue, pakaian,
jasa, barang elektronik dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Barang lokal adalah barang yang biasa dijual di pasar tradisional dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang
dijual di
pasar tradisional
dapat terjadi
tanpa adanya
penyortiranpenyeleksian yang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada
barang yang dicari tidak ada di satu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari
produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain sistem pembayaran
ke distributor atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan potongan harga
discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami
kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya
11
Gilang Permadi, Pedagang Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini, Jakarta, 2011, hal.10
saing. Pasar tradisional merupakan “sektor perekonomian yang
sangat penting bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya pada pasar
tradisional tidaklah sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya
pengangguran di Indonesia. Pasar tradisional biasanya terhubung dengan toko-toko kecil di dusun-dusun sebagai
tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga terhubung dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral
kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya.
Pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi masyarakat.”
12
Pasar tradisional bukan hanya sekedar tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi juga sebagai penggerak perekonomian
masyarakat. Tidak sedikit masyarakat kecil yang kurang akan pendidikan dan sulit memperoleh pekerjaan, akhirnya memilih pasar
tradisional sebagai alternatif untuk menjadi pedagang disana guna bersaing untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Pasar tradisional juga dapat dikatakan sebagai sumber, sumber di mana berbagai komoditas yang mayoritas adalah barang sehari-hari
dapat diperoleh dalam skala besar untuk selanjutnya didistribusikan lewat toko-toko kecil sebelum pada akhirnya sampai ke tangan
masyarakat selaku konsumen. Dalam lingkup “pasar tradisional sebagai pasar pemerintah,
terdapat 3 pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas sehari-hari yaitu : penjual, pembeli, dan pegawai atau pejabat dinas pasar.
Selain 3 pelaku utama tersebut terdapat pelaku yang lain yaitu buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman dan copet”.
13
Pelaku-pelaku atau yang bisa juga dikatakan sebagai warga pasar ialah orang-orang yang terlibat langsung di dalam lingkup
pasar tradisional. Penjual, pembeli, pejabat dinas yang bertugas
12
Eis Al Masitoh, Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul, Jurnal PMI Vol. X. No.2, 2013, hal. 4
13
Yeni Masni, Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Makassar, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin
Makassar, 2014
mengelola pasar, buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman, copet, mereka semua yang akan bertanggungjawab atas
berjalannya kegiatan di pasar tradisional. Tanpa adanya
pelaku-pelaku tersebut, sepertinya pasar tradisional tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.
Adapun ciri pasar tradisional yaitu : a.
Dalam pasar tradisional tidak berlaku fungsi-fungsi manajemen : planning, organizing, actuating, controlling.
b. Tidak ada konsep marketing, yaitu : bahwa pembeli adalah
raja, terdapat pelayanan penjualan; penentuan harga berdasarkan perhitungan harga pokok ditambah keuntungan
tertentu, produk berkualitas, tempat penjualan yang nyaman bagi pembeli, dll.
Sedangkan penjual pasar tradisional biasanya mempunyai ciri : a.
Tempat jualannya kumuh, sempit, tidak nyaman, gelap, kotor
b. Penampilan penjualnya tidak menarik
c. Cara menempatkan barang dagangan tanpa konsep
marketing. Adapun pembeli pasar tradisional mempunyai ciri :
a. Rela berdesak-desakan ditempat yang kumuh dan tidak
nyaman b.
Tidak peduli dengan lalulalang pembeli lainnya c.
Pembeli pasar tradisional biasanya menguasai dan mengenal pasar tersebut utamanya adalah masalah harga,
karena bila tidak tahu, harga komoditas bisa dua atau tiga kali lipat.
14
Ciri-ciri adalah suatu hal yang dapat membedakan antar satu dengan yang lainnya. Di dalam pasar tradisional banyak terdapat ciri
khusus yang menggambarkan pasar tersebut, secara umum ciri pasar tradisional adalah tidak adanya sistemmanajemen dalam proses
penjualan, tempat berjualan identik dengan bau, kumuh, dan kotor, juga adanya sistem tawar-menawar harga untuk setiap barang yang
diperjualbelikan. Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang mayoritas pasarnya dikelola oleh pemerintah dan lebih terarah
14
Ibid.
untuk masyarakat lapisan bawah dengan ciri khusus tidak adanya sistemmanajemen dalam proses penjualan, kondisi pasar yang bau,
kumuh, dan kotor, juga dengan adanya sistem tawar-menawar yang telah melekat pada kegiatan di pasar tradisional.
3 Pasar Modern
Pasar modern adalah “pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket,
departement store, dan shopping center di mana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, mengutamakan pelayanan dan
kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal kuat, dilengkapi label harga yang pasti”.
15
Sesuai dengan namanya, pasar modern benar-benar terkemas secara modern. Berbanding terbalik dengan pasar tradisional, pasar
modern dilaksanakan dengan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan konsumen dalam berbelanja, bernuansa mewah, dan
juga dengan sistem harga tetaptidak ada proses tawar-menawar. Menurut Herman Ma
lano “pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar Tradisional, namun pasar jenis ini penjual
dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantrum dalam barang
barcode, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri swalayan atau dilayani oleh pramuniaga.
Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual
adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan supermarket, dan
minimarket.
16
Pernyataan Herman Malano diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modern tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional. Hanya
saja pada pasar modern cara bertransaksi antar pembeli dengan penjual terjadi secara tidak langsung, pembeli melihat harga pada
label harga dan mengambil barang sendiri yang kemudian
15
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420MPPKep101997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan
16
Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011, hal.76
dibayarkannya ke kasir. Kegiatan transaksi pun dilakukan di dalam sebuah bangunan yang nyaman dan bersih. Barang-barang yang
dijual, tidak hanya bahan makanan tetapi juga barang-barang yang sifatnya tahan lama seperti : peralatan rumah tangga, perlengkapan
otomotif, alat tulis, dan lain sebagainya. Pasar modern adalah “tempat penjualan barang-barang
kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari, di mana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan
konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir”.
17
Konsumen pasar modern dituntut untuk menjadi mandiri dalam proses belanjanya, disini kosumen mengambil sendiri barang-barang
belanjaan yang ingin dibeli, dengan fasilitas penataan barang yang teratur dan terkelompok berdasarkan jenisnya sayuran, daging dan
ikan, makanan kemasan, minuman, dll, barang-barang terpilih dengan kualitas yang baik, harga jelas yang tertera di barcode setiap
barang, serta datang sendiri ke bagian kasir untuk melakukan pembayaran, tidak akan membuat konsumen keberatan untuk
melayani dirinya sendiri dalam proses belanja karena sudah didukung dengan manajemen yang membuat semuanya menjadi
mudah dan menyenangkan. Herman Malano mengungkapkan “pasar modern adalah
pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan
mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar
modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping center, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada,
toko serba ada dan sebagainya Sinaga, 2008.
18
Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang tersusun secara modern baik dari sisi dalam maupun sisi luar, hal
17
Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, Jakarta : Media Data, 2009, hal. 91-92
18
Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011, hal.77
tersebut dapat dibuktikan dengan pengelolaannya yang dilakukan dengan menggunakan manajemen modern. Hal tersebutlah yang
mendukung pasar-pasar modern memiliki kualitas pelayanan dan mutu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tradisional.
Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang beragam, selain barang lokal, barang impor pun tersedia. Barang
yang di jual memiliki kualitas yang relatif terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi
persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar modern memiliki persediaan barang di gudang yang terukur. Dari
segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya
pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, adanya
keranjang belanja serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara profesional. Sedangkan dari segi rantai distribusi
pada pasar
modern adalah
produsen, distributor,
pengecerkonsumen. Adapun yang membedakan pasar modern dengan pasar
tradisional adalah dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut : 1 Tidak bisa tawar menawar harga. 2 Harga sudah
tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode. 3 Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki
kualitas yang baik. 4 Berada dalam bangunan atau ruangan dan pelayanannya dilakukan sendiri swalayan. 5 Layanan
yang baik dan biasanya memuaskan. 6 Tempatnya bersih dan nyaman, ruangan ber-AC. 7 Tata tempat yang rapih agar
konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan dibelinya. 8 Pembayarannya dilakukan
dengan membawa barang ke kasir dan tentunya tidak ada tawar-menawar lagi
19
Nuansa modern sungguh sangat melekat pada pasar modern jika dilihat dari ciri-cirinya tersebut, berbanding terbalik jika kita
19
http:www.pengertianku.net201504pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html diakses pada tanggal 27 Februari 2016
bandingkan dengan pasar tradisional. Dengan didukung bangunan yang bagus, AC, pelayanan dan kualitas barang yang baik serta ciri
lainnya secara tidak langsung sudah memberikan gambaran jelas kepada semua bahwa itu adalah pasar modern.
Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era 1970-an, saat ini terdapat tiga jenis pasar modern yaitu minimarket,
supermarket, hypermarket. Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis barang yang diperdagangkan.
Berikut ini karakteristik dari ketiga pasar modern tersebut :
Tabel 2.1 Karakteristik Pasar Modern di Indonesia
20
Minimarket telah ada sejak 1990-an namun masih terkonsentrasi di kota-kota besar dengan ditandai kehadiran peritel asing dan lokal
seperti Freshmart, Indomaret, Circle K. Minimarket terus berkembang dengan hadirnya format minimarket plus dengan nama
20
Asep ST Sujana, Manajamen Minimarket, Jakarta : Raih Asa Sukses, 2013, hal. 40-43
Uraian Minimarket
Supermarket Hypermarket
Barang yang diperdagangkan
Berbagai macam kebutuhan rumah
tangga termasuk kebutuhan
sehari-hari Berbagai macam
kebutuhan rumah tangga termasuk
kebutuhan sehari-hari
Berbagai macam kebutuhan rumah
tangga termasuk kebutuhan
sehari-hari
Jumlah item Kurang dari 5.000
item 5.000 sampai
25.000 item Lebih dari 25.000
item Jenis produk
- Makanan kemasan
- barang-barang higienis pokok
- Makanan kemasan
- Barang-barang rumah tangga
- Makanan kemasan
- Barang-barang rumah tangga
- Elektronik
Model penjualan
Dilakukan secara eceran, langsung
pada konsumen akhir dengan cara
swalayan Dilakukan secara
eceran, langsung pada konsumen
dengan cara swalayan
Dilakukan secara eceran, langsung
pada konsumen dengan cara
swalayan
Luas lahan usaha
Maksimal 400 m
2
4.000 - 5.000 m
2
Lebih dari 5.000 m
2
Alfa Midi. Persaingan yang ketat mendorong munculnya Minimarket di kota yang lebih kecil dalam rangka untuk mencari
pelanggan baru dan terjadinya perang harga, dan berkembangnya Minimarket hingga ke kota kecil serta adanya strategi pemotongan
harga memungkinkan konsumen kelas menengah bawah untuk mengakses Minimarket.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya
berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping center yang pengelolaannya dilaksanakan melalui manajemen dan sarana
prasarana bernuansa modern yang identik dengan pelayanan swalayan konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan
dan membayar ke kasir juga identik dengan sasaran konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas.