Pasar a Deskripsi Teoritik

sehari-hari seperti bahan-bahan makanan, berupa ikan, buah, sayuran dan yang lain-lain. 11 Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikatakan pasar tradisional sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Biasanya kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-mayuran, telur, daging, ikan, kue-kue, pakaian, jasa, barang elektronik dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak di temukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Barang lokal adalah barang yang biasa dijual di pasar tradisional dan ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, barang yang dijual di pasar tradisional dapat terjadi tanpa adanya penyortiranpenyeleksian yang ketat. Dari segi kuantitas, jumlah barang yang disediakan tidak terlalu banyak sehingga apabila ada barang yang dicari tidak ada di satu kios tertentu, maka dapat dicari ke kios lain. Rantai distribusi pada pasar tradisional terdiri dari produsen, distributor, sub distributor, pengecer, konsumen. Kendala yang dihadapi pada pasar tradisional antara lain sistem pembayaran ke distributor atau sub distributor dilakukan dengan tunai, penjual tidak dapat melakukan promosi atau memberikan potongan harga discount komoditas. Mereka hanya bisa menurunkan harga barang yang kurang diminati konsumen. Selain itu, dapat mengalami kesulitan dalam memenuhi kontinyuitas barang, lemah dalam penguasaan teknologi dan manajemen sehingga melemahkan daya 11 Gilang Permadi, Pedagang Kaki Lima : riwayatmu dulu, nasibmu kini, Jakarta, 2011, hal.10 saing. Pasar tradisional merupakan “sektor perekonomian yang sangat penting bagi mayoritas penduduk di Indonesia. Masyarakat miskin yang bergantung kehidupannya pada pasar tradisional tidaklah sedikit. Menjadi pedagang di pasar tradisional merupakan alternatif pekerjaan di tengah banyaknya pengangguran di Indonesia. Pasar tradisional biasanya terhubung dengan toko-toko kecil di dusun-dusun sebagai tempat kulakan. Pasar tradisional di pedesaan juga terhubung dengan pasar tradisional di perkotaan yang biasa menjadi sentral kulakan bagi pedagang pasar-pasar pedesaan di sekitarnya. Pasar tradisional merupakan penggerak ekonomi masyarakat.” 12 Pasar tradisional bukan hanya sekedar tempat bertemunya penjual dan pembeli, tetapi juga sebagai penggerak perekonomian masyarakat. Tidak sedikit masyarakat kecil yang kurang akan pendidikan dan sulit memperoleh pekerjaan, akhirnya memilih pasar tradisional sebagai alternatif untuk menjadi pedagang disana guna bersaing untuk mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Pasar tradisional juga dapat dikatakan sebagai sumber, sumber di mana berbagai komoditas yang mayoritas adalah barang sehari-hari dapat diperoleh dalam skala besar untuk selanjutnya didistribusikan lewat toko-toko kecil sebelum pada akhirnya sampai ke tangan masyarakat selaku konsumen. Dalam lingkup “pasar tradisional sebagai pasar pemerintah, terdapat 3 pelaku utama yang terlibat dalam aktivitas sehari-hari yaitu : penjual, pembeli, dan pegawai atau pejabat dinas pasar. Selain 3 pelaku utama tersebut terdapat pelaku yang lain yaitu buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman dan copet”. 13 Pelaku-pelaku atau yang bisa juga dikatakan sebagai warga pasar ialah orang-orang yang terlibat langsung di dalam lingkup pasar tradisional. Penjual, pembeli, pejabat dinas yang bertugas 12 Eis Al Masitoh, Upaya Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional : Studi Revitalisasi Pasar Piyungan Bantul, Jurnal PMI Vol. X. No.2, 2013, hal. 4 13 Yeni Masni, Analisis Preferensi Konsumen Dalam Berbelanja di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Kota Makassar, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin Makassar, 2014 mengelola pasar, buruh panggul, petugas parkir, petugas kebersihan, preman, copet, mereka semua yang akan bertanggungjawab atas berjalannya kegiatan di pasar tradisional. Tanpa adanya pelaku-pelaku tersebut, sepertinya pasar tradisional tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Adapun ciri pasar tradisional yaitu : a. Dalam pasar tradisional tidak berlaku fungsi-fungsi manajemen : planning, organizing, actuating, controlling. b. Tidak ada konsep marketing, yaitu : bahwa pembeli adalah raja, terdapat pelayanan penjualan; penentuan harga berdasarkan perhitungan harga pokok ditambah keuntungan tertentu, produk berkualitas, tempat penjualan yang nyaman bagi pembeli, dll. Sedangkan penjual pasar tradisional biasanya mempunyai ciri : a. Tempat jualannya kumuh, sempit, tidak nyaman, gelap, kotor b. Penampilan penjualnya tidak menarik c. Cara menempatkan barang dagangan tanpa konsep marketing. Adapun pembeli pasar tradisional mempunyai ciri : a. Rela berdesak-desakan ditempat yang kumuh dan tidak nyaman b. Tidak peduli dengan lalulalang pembeli lainnya c. Pembeli pasar tradisional biasanya menguasai dan mengenal pasar tersebut utamanya adalah masalah harga, karena bila tidak tahu, harga komoditas bisa dua atau tiga kali lipat. 14 Ciri-ciri adalah suatu hal yang dapat membedakan antar satu dengan yang lainnya. Di dalam pasar tradisional banyak terdapat ciri khusus yang menggambarkan pasar tersebut, secara umum ciri pasar tradisional adalah tidak adanya sistemmanajemen dalam proses penjualan, tempat berjualan identik dengan bau, kumuh, dan kotor, juga adanya sistem tawar-menawar harga untuk setiap barang yang diperjualbelikan. Dari beberapa pernyataan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pasar tradisional adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli yang mayoritas pasarnya dikelola oleh pemerintah dan lebih terarah 14 Ibid. untuk masyarakat lapisan bawah dengan ciri khusus tidak adanya sistemmanajemen dalam proses penjualan, kondisi pasar yang bau, kumuh, dan kotor, juga dengan adanya sistem tawar-menawar yang telah melekat pada kegiatan di pasar tradisional. 3 Pasar Modern Pasar modern adalah “pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping center di mana pengelolaannya dilaksanakan secara modern, mengutamakan pelayanan dan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada disatu tangan, bermodal kuat, dilengkapi label harga yang pasti”. 15 Sesuai dengan namanya, pasar modern benar-benar terkemas secara modern. Berbanding terbalik dengan pasar tradisional, pasar modern dilaksanakan dengan mengutamakan pelayanan dan kenyamanan konsumen dalam berbelanja, bernuansa mewah, dan juga dengan sistem harga tetaptidak ada proses tawar-menawar. Menurut Herman Ma lano “pasar modern tidak banyak berbeda dengan pasar Tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantrum dalam barang barcode, berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri swalayan atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah hypermart, pasar swalayan supermarket, dan minimarket. 16 Pernyataan Herman Malano diatas dapat disimpulkan bahwa pasar modern tidak jauh berbeda dengan pasar tradisional. Hanya saja pada pasar modern cara bertransaksi antar pembeli dengan penjual terjadi secara tidak langsung, pembeli melihat harga pada label harga dan mengambil barang sendiri yang kemudian 15 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 420MPPKep101997 tentang Pedoman dan Pembinaan Pasar dan Pertokoan 16 Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011, hal.76 dibayarkannya ke kasir. Kegiatan transaksi pun dilakukan di dalam sebuah bangunan yang nyaman dan bersih. Barang-barang yang dijual, tidak hanya bahan makanan tetapi juga barang-barang yang sifatnya tahan lama seperti : peralatan rumah tangga, perlengkapan otomotif, alat tulis, dan lain sebagainya. Pasar modern adalah “tempat penjualan barang-barang kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari, di mana penjualan dilakukan secara eceran dan dengan cara swalayan konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir”. 17 Konsumen pasar modern dituntut untuk menjadi mandiri dalam proses belanjanya, disini kosumen mengambil sendiri barang-barang belanjaan yang ingin dibeli, dengan fasilitas penataan barang yang teratur dan terkelompok berdasarkan jenisnya sayuran, daging dan ikan, makanan kemasan, minuman, dll, barang-barang terpilih dengan kualitas yang baik, harga jelas yang tertera di barcode setiap barang, serta datang sendiri ke bagian kasir untuk melakukan pembayaran, tidak akan membuat konsumen keberatan untuk melayani dirinya sendiri dalam proses belanja karena sudah didukung dengan manajemen yang membuat semuanya menjadi mudah dan menyenangkan. Herman Malano mengungkapkan “pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya terdapat diperkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas. Pasar modern antara lain mall, supermarket, departement store, shopping center, waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan sebagainya Sinaga, 2008. 18 Jadi dapat dikatakan bahwa pasar modern adalah pasar yang tersusun secara modern baik dari sisi dalam maupun sisi luar, hal 17 Peta Persaingan Bisnis Ritel di Indonesia, Jakarta : Media Data, 2009, hal. 91-92 18 Herman Malano, Selamatkan Pasar Tradisional, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2011, hal.77 tersebut dapat dibuktikan dengan pengelolaannya yang dilakukan dengan menggunakan manajemen modern. Hal tersebutlah yang mendukung pasar-pasar modern memiliki kualitas pelayanan dan mutu jauh lebih baik jika dibandingkan dengan pasar tradisional. Barang yang dijual di pasar modern memiliki variasi jenis yang beragam, selain barang lokal, barang impor pun tersedia. Barang yang di jual memiliki kualitas yang relatif terjamin karena melalui penyeleksian yang ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan di tolak. Dari segi kuantitas, pasar modern memiliki persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern memiliki label harga yang pasti. Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik dengan adanya pendingin udara yang sejuk, suasana nyaman dan bersih, display barang perkategori mudah dicapai dan relatif lengkap, adanya keranjang belanja serta ditunjang adanya kasir dan pramuniaga yang bekerja secara profesional. Sedangkan dari segi rantai distribusi pada pasar modern adalah produsen, distributor, pengecerkonsumen. Adapun yang membedakan pasar modern dengan pasar tradisional adalah dengan adanya ciri-ciri sebagai berikut : 1 Tidak bisa tawar menawar harga. 2 Harga sudah tertera di barang yang dijual dan umumnya diberi barcode. 3 Barang yang dijual beranekaragam dan biasanya memiliki kualitas yang baik. 4 Berada dalam bangunan atau ruangan dan pelayanannya dilakukan sendiri swalayan. 5 Layanan yang baik dan biasanya memuaskan. 6 Tempatnya bersih dan nyaman, ruangan ber-AC. 7 Tata tempat yang rapih agar konsumen atau pembeli dapat dengan mudah menemukan barang yang akan dibelinya. 8 Pembayarannya dilakukan dengan membawa barang ke kasir dan tentunya tidak ada tawar-menawar lagi 19 Nuansa modern sungguh sangat melekat pada pasar modern jika dilihat dari ciri-cirinya tersebut, berbanding terbalik jika kita 19 http:www.pengertianku.net201504pengertian-pasar-modern-dan-ciri-cirinya.html diakses pada tanggal 27 Februari 2016 bandingkan dengan pasar tradisional. Dengan didukung bangunan yang bagus, AC, pelayanan dan kualitas barang yang baik serta ciri lainnya secara tidak langsung sudah memberikan gambaran jelas kepada semua bahwa itu adalah pasar modern. Setelah diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada era 1970-an, saat ini terdapat tiga jenis pasar modern yaitu minimarket, supermarket, hypermarket. Perbedaan utama dari ketiganya terletak pada luas lahan usaha dan range jenis barang yang diperdagangkan. Berikut ini karakteristik dari ketiga pasar modern tersebut : Tabel 2.1 Karakteristik Pasar Modern di Indonesia 20 Minimarket telah ada sejak 1990-an namun masih terkonsentrasi di kota-kota besar dengan ditandai kehadiran peritel asing dan lokal seperti Freshmart, Indomaret, Circle K. Minimarket terus berkembang dengan hadirnya format minimarket plus dengan nama 20 Asep ST Sujana, Manajamen Minimarket, Jakarta : Raih Asa Sukses, 2013, hal. 40-43 Uraian Minimarket Supermarket Hypermarket Barang yang diperdagangkan Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari Berbagai macam kebutuhan rumah tangga termasuk kebutuhan sehari-hari Jumlah item Kurang dari 5.000 item 5.000 sampai 25.000 item Lebih dari 25.000 item Jenis produk - Makanan kemasan - barang-barang higienis pokok - Makanan kemasan - Barang-barang rumah tangga - Makanan kemasan - Barang-barang rumah tangga - Elektronik Model penjualan Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen akhir dengan cara swalayan Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen dengan cara swalayan Dilakukan secara eceran, langsung pada konsumen dengan cara swalayan Luas lahan usaha Maksimal 400 m 2 4.000 - 5.000 m 2 Lebih dari 5.000 m 2 Alfa Midi. Persaingan yang ketat mendorong munculnya Minimarket di kota yang lebih kecil dalam rangka untuk mencari pelanggan baru dan terjadinya perang harga, dan berkembangnya Minimarket hingga ke kota kecil serta adanya strategi pemotongan harga memungkinkan konsumen kelas menengah bawah untuk mengakses Minimarket. Jadi dapat disimpulkan bahwa, pasar modern adalah pasar yang dibangun oleh Pemerintah, Swasta, atau Koperasi yang bentuknya berupa mall, supermarket, departement store, dan shopping center yang pengelolaannya dilaksanakan melalui manajemen dan sarana prasarana bernuansa modern yang identik dengan pelayanan swalayan konsumen mengambil sendiri barang dari rak dagangan dan membayar ke kasir juga identik dengan sasaran konsumen yang pada umumnya anggota masyarakat kelas menengah keatas.

3. Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial ekonomi setiap orang berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Tingkat perkembangan manusia dalam hidupnya dapat dilihat dari pemenuhan kehidupannya sehari-hari. Hal ini dapat menunjukan tingkat hidup seseorang atau sekelompok orang, apakah segala macam kebutuhan hidup tersebut dapat dipenuhi secara keseluruhan atau hanya sebatas kebutuhan pokok saja. Menurut Sumardi “kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status.” 21 Kehidupan seseorang dalam masyarakat tentunya dapat diakui dengan adanya status, dimana status itulah yang menjelaskan seseorang sebagai apa dan siapa. Dan status tersebut ditentukan dengan adanya peran sikap, hak, 21 Basrowi dan Siti Juariyah, Analisis Kondisi Sosial Ekonomi dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Srigading Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur, Jurnal Ekonomi Pendidikan, Volume 7 Nomor 1, 2010, hal. 60-62 dan kewajiban yang dimiliki dan dijalankan oleh seseorang yang bersangkutan. Sementara W.S Winke menyatakan bahwa “pengertian status sosial ekonomi mempunyai makna suatu keadaan yang menunjukan pada kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimiliki, di mana keadaan ini bertaraf baik, cukup, dan kurang.” 22 Kemampuan finansial keluarga dan perlengkapan material yang dimaksud diatas seperti tingkat penghasilan, tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan juga harta benda yang dimiliki. Selanjutya Mubyarto berpendapat “tinjauan sosial ekonomi penduduk meliputi aspek sosial, aspek sosial budaya, dan aspek Desa yang berkaitan dengan kelembagaan dan aspek peluang kerja. Aspek ekonomi Desa dan peluang kerja barkaitan erat dengan masalah kesejahteraan masyarakat Desa. Kecukupan pangan dan keperluan ekonomi bagi masyarakat baru terjangkau bila pendapatan rumah tangga mereka cukup untuk menutupi keperluan rumah tangga dan pengembangan usaha- usahanya.” 23 Aspek-aspek dalam sosial ekonomi penduduk tersebut dapat dijadikan tolak ukur bagi seseorang untuk mengetahui apakah kondisi sosial ekonominya sudah baik, cukup, atau kurang dengan melihat dari kecukupan pangan dan pemenuhan keperluan ekonomi rumah tangganya. Selain penjelasan menurut beberapa ahli mengenai kondisi sosial ekonomi di atas, Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers mengemukakan ciri-ciri keadaan ekonomi sosial yaitu sebagai berikut : 1 Lebih berpendidikan. 2 Mempunyai status sosial yang ditandai dengan tingkat kehidupan, kesehatan, pekerjaan, dan pengenalan diri terhadap lingkungan. 3 Mempunyai tingkat mobilitas ke atas lebih besar. 4 Mempunyai ladang luas. 5 Lebih berorientasi pada ekonomi komersial produk. 6 Mempunyai sikap yang lebih berkenaan dengan kredit 7 Pekerjaan lebih spesifik. 24 Dilihat dari beberapa penjelasan dan ciri-ciri diatas, maka kondisi sosial ekonomi dapat diterjemahkan dalam beberapa indikator, yaitu : 22 Ibid 23 Ibid 24 Ibid 1 Tingkat penghasilan, merupakan perolehan barang atau uang yang diterima atau dihasilkan. 2 Pendidikan, ialah salah satu proses interaksi belajar mengajar dalam bentuk formal yang dikenal sebagai pelajaran. 3 Kesehatan, adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. 4 Interaksi sosial, yaitu sebuah proses yang terjadi akibat dari hukum pertukaran barang dan jasa. 25 Berdasarkan uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah keadaan individu atau kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang penghasilan, tingkat pendidikan, kesehatan, dan interaksi sosial. Sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitanya erat dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok.

4. Tinjauan Regulasi a Peraturan di Pemerintah Pusat

Upaya mengimplementasikan kebijakan dimulai dengan merevisi beberapa peraturan perundang-undangan yang dianggap sudah kadaluwarsa, diantaranya adalah Perpres No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern sebagai pengganti Perpres No. 118 tahun 2000 yang berisi non pembatasan ritail kepemilikan asing skala besar dan Permen Perdagangan No. 53MDAGPER122008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Beberapa hal penting yang diatur dalam Perpres No. 112 Tahun 2007 dan Permendag No. 53MDAGPER122008 tersebut yaitu : a. Batas luas lantai penjualan Toko Modern : 1 Minimarket 40 m2, 2 Supermarket 400 m2 sd 5.000 m2, 25 OK. Laksamana Lufti, Dampak Keberadaan Indomaret Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Pedagang Pasar Tradisional di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan, Journal of Economic Education, hal. 5 3 Hypermarket 5.000 m2 4 Departement store 400 m2, 5 Perkulakan 5.000 m2 b. Pengaturan lokasi : 1 Perkulakan, hanya boleh berlokasi pada akses sistem jaringan jalan arteri atau kolektor primer atau arteri sekunder. 2 Hypermarket dan Pusat Perbelanjaan, hanya boleh berlokasi pada akses sitem jaringan jalan ateri atau kolektor, dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lokal atau lingkungan perumahan di dalam kotaperkotaan. 3 Supermarket dan Departement Store, tidak boleh berlokasi pada sistem jaringan jalan lingkungan; dan tidak boleh berada pada kawasan pelayanan lingkungan perumahan di dalam kota. 4 Pasar Tradisional, boleh berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan. c. Perizinan : 1 Izin Usaha Pengelolaan Pasar Tradisional IUP2T untuk pasar tradisional, 2 Izin Usaha Tempat Perbelanjaan IUPP untuk pertokoan, mall, plaza, dan pusat perdagangan, 3 Izin Usaha Toko Modern IUTM untuk minimarket, supermarket, departement store, hypermarket dan perkulakan, 4 Kelengkapan Permintaan IUP2T, IUPP, dan IUTM : Studi kelayakan termasuk AMDAL serta Rencana Kemitraan dengan Usaha Kecil UK, 5 IUP2T, IUPP, dan IUTM diterbitkan oleh BupatiWalikota dan Gubernur untuk Pemprov DKI Jakarta. Pedoman tata cara perizinan ditetapkan oleh Menteri Perdagangan. d. Pembinaan dan Pengawasan Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama sesuai sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing melakukan pembinaan dan pengawasan Pasar Tradisional dan Toko Modern. e. Pemberdayaan 1 Pasar Tradisional Mengupayakan sumber-sumber alternatif pendanaan untuk pemberdayaan, meningkatkan potensi pedagang dan pengelola, memprioritaskan kesempatan memperoleh tempat usaha bagi pedagang tradisional yang telah ada sebelum dilakukan renovasi atau relokasi, serta mengevaluasi pengelolaan. 2 Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Memberdayakan Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern dalam membina Pasar Tradisional, serta mengawasi pelaksanaan kemitraan. Pada fakta dalam Putusan dan data ekonomi dari Saran yang dikeluarkan oleh Komisi Pengawasan Persaingan Usaha KPPU menunjukkan bahwa dalam industri retail terdapat 1 kondisi perilaku persaingan usaha tidak sehat, 2 ketidakseimbangan retail-pemasok dan, 3 terdesaknya pelaku usaha pasar lingkungan tradisional. Hukum positif memang telah mengatur permasalahan ini yaitu Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional Perpres dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 53 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional , Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern Permendag namun dalam analisis KPPU sebagaimana juga dalam terdapat Putusan akuisisi No. 09KPPU-L2009, kedua hukum positif ini sulit efektif karena : a Tidak memiliki sanksi yang keras dan tegas terhadap pelaku usaha yang melanggar kedua peraturan itu; b Tidak merumuskan siapa penegak hukum bagi pelanggar dua