Bagi Pedagang Secara Praktis a. Bagi Universitas Islam Negeri Jakarta
dari berbagai jenis barang sudah tidak asing lagi bagi kita yang dikenal sebagai masyarakat konsumtif khususnya. Mall, plaza, supermarket,
minimarket, itc, pasar tradisionl, pasar kaget, pasar pagi, dan banyak nama pasar lainnya sudah sejak lama kita kenal dan ketahui.
Pasar juga dapat dikatakan “suatu institusi yang pada umumnya tidak berwujud secara fisik yang mempertemukan penjual dan pembeli
suatu komoditas barang atau jasa. Interaksi yang terjadi antara penjual dan pembeli akan menentukan tingkat harga suatu komoditas barang
dan jasa dan jumlah komoditas yang diperjual belikan”.
6
Interaksi antar penjual dan pembeli yang dimaksud adalah interaksi dalam konteks permintaan dan penawaran. Semakin tinggi permintaan
akan suatu komoditas barang dan jasa maka akan semakin tinggi harga komoditas tersebut yang memungkinkan juga semakin tingginya
penawaran, dan sebaliknya. Jadi, dengan kata lain permintaan dan penawaran berperan penting dalam penentuan tingkat harga suatu
komoditas barang dan jasa. Stanton
mengemukakan pengertian pasar yang lebih luas. “Pasar dikatakannya merupakan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk
puas, uang untuk berbelanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Jadi, dalam pengertian tersebut terdapat faktor-faktor yang menunjang
terjadinya pasar, yakni : keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian”
7
Berdasarkan pernyataan Stanton di atas, pasar adalah tempat di mana orang-orang melakukan kegiatan untuk mendapatkan suatu hal
barangjasa yang mereka inginkan dan dilakukan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas uang yang dimiliki tersebut untuk
dibelanjakannya. Pasar adalah “tempat bertemunya pihak penjual dan pihak pembeli
untuk melaksanakan transaksi di mana proses jual beli terbentuk, yang
6
Sugiarto, Ekonomi Mikro edisi baru, Jakarta : PT Gramedia Utama, 2007, hal.35
7
M. Fuad, Pengantar Bisnis, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2006, hal.120
mana menurut kelas mutu pelayanan dapat digolongkan menjadi pasar tradisional dan pasar modern, dan menurut sifat pendistribusiannya dapat
digolongkan menjadi pasar eceran dan pasar perkulakangrosir”.
8
Dapat dipahami dari pernyataan di atas bahwa pasar diklasifikasikan menjadi pasar tradisionl yang identik dengan kotor dan bau, pasar
modern yang identik dengan bersih dan nyaman, pasar eceran yang identik dengan barang satuanpenjualan dalam kuantitas sedikit, dan
pasar grosir yang identik dengan boronganpenjualan dalam kuantitas besar.
Pengertian-pengertian tentang pasar tersebut menunjukan adanya 3 unsur utama yang perlu dikaji pada pengertian pasar, yaitu:
1 Orang dengan segala kebutuhan dan keinginannya atau sering disebut sebagai konsumen. 2 Daya beli. Daya beli merupakan
faktor yang dapat mengubah keinginan menjadi permintaan. Penyediaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak
akan menjadi suatu permintaan apabila masyarakat tidak memiliki daya beli yang memadai. 3 Perilaku dalam pembelian. Perilaku
berkaitan dengan pola masyarakat di dalam pasar, seperti pola pengeluaran uang, perubahan selera jenis barang atau jasa, waktu
mewujudkan dan membeli, fluktuasi harga atau nilai.
9
Pasar tidak tiba-tiba saja muncul atau terbentuk, tetapi sebelum itu sudah lebih dulu ada unsur-unsur yang membentuknya seperti konsumen,
daya beli, dan perilaku dalam pembelian. Jika tidak ada konsumen maka tidak akan terbentuk pasar, karena kembali pada pengertian umum
bahwa pasar adalah tempat bertemunya penjual produsen dan pembeli konsumen. Begitu pula dengan daya beli, ada konsumen tetapi
konsumen terbsebut tidak memiliki kemampuan untuk membeli suatu barangjasa maka tidak akan terjadi proses jual beli yang menjadi dasar
terbentuknya pasar. Sama hal nya dengan perilaku dalam pembelian, pola pengeluaran uang dan selera konsumen menjadi salah satu faktor
bagi konsumen untuk melakukan transaksi atau tidak. Semua unsur tersebut akan saling terkait satu sama lain di dalam pasar.
8
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 23MPPKep11998 tentang Lembaga-lembaga Usaha Perdagangan
9
M. Mursid, Manajemen Pemasaran, Jakarta : Penerbit Bumi Aksara, 1997, hal. 34