Potensi Limbah Bambu TIN

limbah kayu dari kategori batang tinggal dan 43 m 3 21 dari kategori pohon mati tegak. Total potensi limbah kayu di kedua lokasi tersebut sebesar 99. Pengolahan kayu jati Tectona grandis di Pulau Jawa menjadi produk kayu gergajian, kayu konstruksi, mebel dan olahan lainnya oleh sebagian industri cukup banyak menyisakan limbah. Penggunaan limbah kayu jati sampai saat ini masih terbatas untuk bahan bakar sehingga perlu dicari kemungkinan penggunaan lainnya. Peningkatan nilai ekonomis pemanfaatan limbah kayu jati dapat dilakukan dengan mengolahnya menjadi arang aktif. Industri arang aktif sangat diperlukan karena dapat mengabsorbsi bau, warna, gas dan logam. Pada umumnya arang aktif digunakan sebagai bahan penyerap dan penjernih. Disamping itu kebutuhan Indonesia akan arang aktif untuk bidang industri masih relatif tinggi disebabkan semakin meluasnya pemakaian arang aktif pada sektor industri. Pada tahun 2000, impor arang aktif sebesar 2.770.573 kg berasal dari negara Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, Cina, Singapura, Philipina, Sri Lanka, Malaysia, Australia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, Denmark, dan Italia Anonim 2001b. Salah satu alternatif yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor arang aktif dan meningkatkan produksi arang aktif di Indonesia dengan memproses limbah pengolahan kayu menjadi arang aktif yang dapat memberikan nilai tambah lebih tinggi Hendra 1992. Kayu pinus terdapat lebih dari 20 jenis dengan nama spesies yang berbeda. Pertumbuhan kayu pinus terdapat di Asia Tenggara meliputi Kamboja, Vietnam, Malaysia, Philipina, Myanmar dan Laos. Di Indonesia, pohon pinus terdapat di Pulau Sumatera antara Gunung Kerinci dan Gunung Talang. Pohon pinus bisa mencapai ketinggian 25-45 m dengan diameter hingga 3 meter. Kayu pinus ini berwarna coklat kemerahan dan densitas 565-750 kgm 3 . Menurut Komarayati et al. 2004, limbah kayu pinus yang berupa serasah dan kulit kayu pinus tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal. Serasah pinus dibiarkan di dasar hutan dan kulit kayu pinus hanya digunakan sebagai bahan bakar.

2.2. Potensi Limbah Bambu

Indonesia memiliki 125 spesies bambu, 39 spesies diantaranya sudah terindentifikasi dan 11 species tergolong komersial Supriadi 2001. Penggunaan bambu di Indonesia dapat digolongkan pada pengguna tradisional, yaitu petani, masyarakat pedesaan, pengerajin pada upacara keagamaankebudayaan. Pada industri digunakan di industri kertas, supit chop-stick, penyangga bunga flower stick, papan semen bambu askaboard dan pengalengan bambu. Pada masa mendatang tidak tertutup kemungkinan berdiri industri bambu lapis ply bamboo. lantai bambu flooring. papan partikel bambu bamboo particle board dan arang aktif Supriadi 2001. Pemanfaatan bambu menjadi bahan baku pulp dan kertas di Indonesia telah diterapkan pada industri kertas di Daerah Gowa dan Banyuwangi. Namun karena kendala bahan baku, maka industri kertas tersebut lebih banyak menggunakan bahan baku lain Krisdianto et al. 2000. Bambu lapis dapat digunakan sebagai bahan bangunan, antara lain untuk plafon, daun pintu dan dinding penyekat Anonim 2001a. Sifat tumbuh bambu yang cepat memberi peluang untuk menggeser penggunaan bahan baku industri arang aktif yang menggunakan kayu. Selain itu banyaknya jenis bambu akan lebih memudahkan pemilihan jenis bambu yang sesuai dengan bahan baku untuk industri tersebut. Diperkirakan terdapat 1200 jenis bambu di dunia dan 10 diantaranya diketahui tumbuh di Indonesia. Jenis bambu yang sering ditanam di Pulau Jawa adalah bambu andong, bambu betung, bambu tali dan bambu ater. Bambu dapat tumbuh mulai dari dataran rendah sampai ke daerah pengunungan pada ketinggian 900 m dpl. Umur tumbuh bambu berkisar sekitar 5 -12 tahun, akan tetapi penebangan bambu pada umumnya pada umur sekitar 3 tahun. Produksi bambu yang dikelola dengan baik menghasilkan bambu sebanyak 9000 kg per hathn. Jumlah produksi bambu ini jauh lebih cepat dan lebih banyak apabila dibandingkan dengan produksi kayu dari hutan alam atau hutan tanaman industri. Sebagai gambaran produksi kayu bakau dan karet setelah umur pohon 30 tahun berjumlah rata-rata 10.27 m 3 atau 8.300 kg dari areal tanah 1 ha Nurhayati 1990.

2.2.1. Komponen Kimia Bambu

Sifat komponen kimia jenis bambu dan kayu sebagaimana disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa kadar selulosa, lignin dan hemiselulosa berada dalam kisaran komponen kimia kelompok kayu berdaun jarum dan kayu berdaun lebar. Komponen kimia ini merupakan komponen yang berperan pada proses pembuatan asap cair berkadar rendah. Tabel 2 Komponen kimia lima jenis bambu dan kayu Jenis Bambu dan Kayu Lignin Selulosa Pentosan Abu Tali Gigantochloa apus 25.8 54.7 19.1 2.9 Ulet Gigantochloa.Sp 26.8 54.9 - 2.0 AndongGigantochloa pseudoarundinaceae 28.0 53.8 - 3.2 Betung Dendrocalamus asper 25.6 55.4 - 3.8 Ampel Bambusa vulgaris 28.2 50.8 - 4.3 Kayu daun jarum x 26-39 38-40 7-14 0.89-1 Kayu daun lebar x 23-30 40-45 19-26 1-6 x Sumber : Syahri 1988 Seperti halnya kayu, berat jenis bambu menunjukkan variasi mulai dari rendah, sedang sampai tinggi. Diameter bambu bervariasi antara 4-13 cm, sedangkan tebal bambu berkisar antara 1-3 cm Tabel 3. Berdasarkan diameter dan tebal diantara jenis-jenis bambu yang tumbuh di Pulau Jawa berprospek baik digunakan untuk pembuatan asap cair adalah bambu tali, andong dan betung. Tabel 3 Sifat fisik empat jenis bambu Jenis Bambu Berat Jenis gml Diameter cm Tebal cm Andong Gigantochloa pseudoarundinaceae 0.42 -0.51 10 -13 1.5-3.6 Ater Gigantochloa atter 0.61 -0.74 4 -6 1 -2 Betung Dendrocalamus asper 0.67 -0.72 5.5 -12 1.5 – 2 Tali Gigantochloa apus 0.37 -0.45 5 -7 1 -1.5 Sumber : Nurhayati 2000a

2.3. Mekanisme Proses Pirolisis