5.9 .
Mekanisme Pemberdayaan Kelompok
Penguatan modal kelompok merupakan salah satu bentuk fasilitas dalam mengatasi keterbatasan modal. Prinsip dasar mekanisme pemberdayaan kelompok
di Kabupaten Pelalawan adalah : 1. Fasilitas penguatan modal kepada kelompok merupakan stimulan dalam
pendukung usaha kelompok, sedangkan motor penggerak utama pengembangan usaha kelompok adalah kemauan dan kemampuan kelompok
itu sendiri. 2. Fasilitas penguatan modal merupakan dana pinjaman yang wajib dipupuk dan
digulirkan atau dikelola melalui Lembaga Keuangan Mikro pedesaan. 3. Besarnya fasilitas penguatan modal disesuaikan dengan tahapan kebutuhan
pengembangan usaha kelompok, yang dituangkan dalam proposal atau rencana usaha kelompok.
4. Dana penguatan modal usaha kelompok dipergunakan untuk kegiatan usaha agribisnis on farm, off-farm dan non farm.
5. Pengembangan usaha kelompok diarahkan untuk menumbuhkan dan memperbesar skala usaha, meningkatkan efisiensi usaha dan meningkatkan
jaringan usahanya. 6. Pengembangan kelembagaan kelompok diarahkan pada kelembagaan koperasi
agribisnis dengan manajemen yang profesional dan mandiri. 7. Pengembangan manajemen usaha kelompok diarahkan pada peningkatan
kemampuan pengurus kelompok dalam mengelola usaha dan menumbuhkan partisipasi aktif para anggotanya sehingga tercapainya kemandirian kelompok.
8. Dalam rangka pengembangan kelembagaan, manajemen dan usaha kelompok difasilitasi dengan kegiatan pembinaan, pelatihan dan pendampingan,
pengembangan IPTEK. 9. Untuk optimalisasi kinerja kelompok dan pengendalian dilakukan kegiatan
monitoring, evaluasi dan pelaporan.
5.10. Pemanfaatan Dana Penguatan Modal Kelompok
67
Dana penguatan modal diberikan dalam bentuk tunai dan ditransfer langsung ke rekening kelompok. Penentuan besar kecilnya dana yang
dialokasikan kepada kelompok didasarkan oleh usulan proposal yang diajukan oleh kelompok. Pemanfaatan dana dikelola langsung oleh kelompok dan
penentuan penggunaannya didasarkan pada keputusan bersama seluruh anggota kelompok.
Kegiatan kelompok yang didukung pembiayaannya melalui dana penguatan modal usaha di Kabupaten Pelalawan antara lain :
1. Pengadaan sarana produksi, seperti benihbibit, rehabilitasi kebun, kegiatan pasca panen dan pengolahan hasil dan lainnya sesuai kebutuhan penerapan
teknologi. 2. Pengadaan atau optimalisasi pemanfaatan alat dan mesin pertanian, kegiatan
pra-produksi, produksi, panen, pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil serta pengembangan unit pelayanan jasa alat dan mesin pertanian, termasuk
biaya untuk perbaikan perawatan sarana irigasi, pompa air, dan lainnya. 3. Kegiatan pengembangan kelembagaan seperti memperbesar jangkauan pasar,
membuka bidang usaha penunjang agribisnis, membangun jaringan kerja dengan mitra usaha, dan lainnya.
68
BAB VI STRATEGI DAN PROGRAM PENINGKATAN PERAN PMUK
DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK TANI SAYUR DI KABUPATEN PELALAWAN
Responden untuk analisis SWOT ditentukan secara sengaja purposive. Responden berjumlah tiga orang terdiri dari Kepala Dinas Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kabupaten Pelalawan, satu orang pelaksana program tingkat Kabupaten yaitu Kepala Sub Dinas Bina Produksi Hortikultura Dinas Tanaman
Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pelalawan dan Kepala Seksi Sayuran Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Pelalawan.
6.1. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Identifikasi faktor internal adalah mengidentifikasi faktor dalam yang mempengaruhi keberhasilan program PMUK melalui pola BPLM, baik
pengaruhnya positif mendukung maupun berpengaruh negatif menghambat. Faktor internal yang mendukung disebut faktor kekuatan Strength dan faktor
internal yang menghambat disebut dengan faktor kelemahan Weakness. Faktor eksternal adalah faktor luar yang mempengaruhi pencapaian
program PMUK melalui pola BPLM, baik yang berpengaruh positif mendukung mapun yang berpengaruh negatif menghambat. Faktor yang mendukung disebut
faktor peluang Opportunities dan faktor eksternal yang menghambat disebut faktor ancaman Threat.
Setelah dilakukan penelitian ke lapangan terhadap progam PMUK melalui pola BPLM di Propinsi Riau adalah sebagai berikut.
Tabel 15. Faktor Internal dan Ekternal Program PMUK
Faktor Internal Kekuatan Strength S
Kelemahan Weakness W 1. Adanya dana PMUK
1. Jumlah Petugas terbatas 2. Adanya kelembagaan penyuluhan
tingkat kabupaten dan tingkat 2. Sarana mobilitas petugas terbatas
3. Masih kurangnya kemampuan petugas
69
kecamatan dalam
3. Adanya Pedum, Juklak dan Juknis PMUK
Alih teknologi Faktor Eksternal
Peluang Opportunities O Ancaman Threat T
1. Adanya program K2I. 1. Status petani masih penggarap
2. Pemasaran hasil cukup baik. 2. Luas lahan garapan yang sempit
3. Adanya kelompok tani yang bergerak pada komoditi sayuran
3. Infrastruktur wilayah kurang baik 4. Terjadinya alih fungsi lahan.
4. Ketersediaan lahan cukup 5. Koordinasi lintas sektoral masih lemah.
A. Kekuatan Strength
Faktor kekuatan Strength yang mempengaruhi program PMUK melalui pola BPLM dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Adanya dana PMUK Program PMUK melalui pola BPLM yang dirancang oleh Departemen
Pertanian telah diimplementasikan dengan dukungan APBN yang berupa bantuan modal bagi usaha tani kecil dan berupa uang tunai langsung ke rekening
kelompok tani. Di samping bantuan langsung kelompok tani APBN juga memfasilitasi kegiatan pembinaan untuk alih teknologi.
2. Adanya kelembagaan penyuluhan tingkat kabupaten dan kecamatan Program PMUK melalui pola BPLM secara operasional dilaksanakan
oleh Dinas KabupatenKota melalui program penyuluhan dan di tingkat kecamatan dilaksanakan oleh Kantor Dinas Pertanian KecamatanBalai
Penyuluhan Pertanian sehingga dalam penyelenggaraan program PMUK dalam aspek birokrasi pemerintahan tidak akan mendapatkan kendala yang berarti.
3. Adanya Pedum, Juklak dan Juknis program PMUK. Untuk persamaan persepsi baik petugas Propinsi, Kabupaten dan
Kecamatan serta mempermudah dalam mengimplementasikan Program PMUK, Direktorat Jenderal Hortikultura menerbitkan Pedoman Umum untuk pelaksanaan
program PMUK dan dijabarkan oleh Dinas Tanaman Pangan Propinsi dalam bentuk Petunjuk Pelaksanaan Juklak dan Dinas Pertanian Kabupaten menyusun
Petunjuk Teknis Juknis yang akan dipedomani oleh petugas Penyuluh Pertanian Lapang PPL dalam membina petani atau kelompok tani.
70
B. Kelemahan Weakness
Faktor kelemahan yang menghambat pencapaian sasaran program PMUK antara lain sebagai berikut :
1. Jumlah Petugas terbatas Berpedoman pada Struktur Organisasi Dinas Pertanian Kabupaten
Pelalawan yang membidangi Produksi Hortikultura berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 satu orang Kepala Sub Dinas Produksi Hortikultura, 1 satu orang
Kepala Seksi Benih Hortikultura dan 1 satu orang Kepala seksi Sayuran, yang mana ketiga petugas ini merangkap sebagai staf dalam mengerjakan administrasi
dan pembinaan ke lapangan. 2. Sarana Mobilitas petugas belum memadai.
Untuk melakukan monitoring, pembinaan program PMUK, petugas kabupaten belum mendapatkan kendaraan yang memadai sehingga pembinaan ke
kelompok tidak tepat waktu disamping itu jarak antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya sangat berjauhan.
3. Masih rendah kemapuan petugas dalam alih teknologi. Terlihat kualitas dan kuantitas produksi sayuran yang dihasilkan oleh
petani penerima Program belum maksimal dikarenakan rendahnya pengetahuan petugas tentang teknik budidaya sayur-sayuran
C. Peluang Opportunities
Faktor peluang adalah faktor eksternal yang dapat diperkirakan mendukung keberhasilan program, faktor pendukung tersebut antara lain :
1. Adanya program K2I Propinsi Riau. Program K2I adalah singkatan dari program penanggulangan kemiskinan
dan kebodohan serta peningkatan infrastruktur yang merupakan kebijakan utama dalam pembangunan di Propinsi Riau sejak tahun 2004 sampai dengan 2009.
Program PMUK sangat selaras dengan program K2I, sehingga untuk mendukung program PMUK dapat disinkronisasi dengan program K2I guna mendapatkan
dukungan dari APBD Propinsi Riau. 2. Pemasaran hasil cukup baik
71
Hasil produksi petani yang berupa sayuran untuk memasarkannya tidak menemui kendala yang berarti karena permintaan yang cukup tinggi di
masyarakat. Pada umumnya petani telah mempunyai hubungan yang baik dengan para pedagang pengumpul di desa atau petani menjual langsung ke pasar terdekat.
3. Adanya kelompok tani yang bergerak pada komoditi sayuran. Kelompok tani sayuran sudah ada sebelum adanya program PMUK akan
tetapi teknik budidayanya masih konfensional belum menerapkan budidaya yang baik dan benar.
4. Ketersediaan lahan cukup Ketersediaan lahan untuk pengembangan hortikultura di Kabupaten
Pelalawan cukup luas ini terlihat dari luas lahan kering yang dapat dimanfaatkan ada seluas 20.520 ha.
D. Faktor ancaman Threat
Faktor ancaman adalah faktor eksternal yang diperkirakan akan menghambat pencapaian atau keberhasilan program. Faktor ancaman tersebut
adalah : 1. Status petani masih penggarap.
Pada umumnya status lahan usaha tani peserta program adalah pinjaman pinjaman dari lahan milik desa atau milik pribadi yang sementara waktu belum
akan dimanfaatkan oleh si pemilik. Dengan status lahan seperti ini maka jaminan keberlanjutan pelaksanaan program akan menjadi terhambat. Kondisi di lapangan
memperlihatkan kecenderungan bahwa setelah dipakai oleh petani selama 2 sampai dengan 3 tahun lahan pinjaman tersebut telah dalam kondisi baik, maka si
pemilik akan memintanya kembali dengan berbagai alasan. Status lahan pinjaman.
2. Luas lahan garapan yang sempit. Luas garapan petani sayuran di Propinsi Riau peserta program PMUK
melalui pola BPLM umumnya adalah pada lahan sempit dengan luas lahan garapan untuk usaha taninya antara 0,30 – 0,40 ha per keluarga petani. Dengan
lahan yang sempit ini akan sulit dilakukan peningkatan kapasitas dan efisiensi produksi.
72
3. Infrastruktur wilayah kurang baik. Seperti diketahui bahwa infrastruktur wilayah yang baik akan sangat
mendukung aktifitas dan perkembangan usaha ekonomi masyarakat. Pada saat ini kondisi infrastruktur wilayah seperti jalan desa, jembatan dan transportasi pada
lokasi sentra pengembangan usaha tani program PMUK malalui pola BPLM sangat minim sehingga menghambat petani dalam melaksanakan usaha taninya
dan pemasaran hasil. 4. Terjadinya alih fungsi lahan.
Terjadinya alih fungsi lahan pangan dan hortikultura menjadi lahan perkebunan dan peruntukan lainnya menjadi ancaman yang paling nyata bagi
keberadaan usaha tani pangan di Propinsi Riau. Pada kondisi saat sebagian besar lahan pangan dan hortikultura telah beralih fungsi menjadi lahan perkebunan,
terutama lahan perkebunan kelapa sawit yang memang saat ini lebih menjanjikan secara ekonomi.
5. Koordinasi lintas sektoral masih lemah. Persoalan klasik dalam implentasi program pembangunan di wilayah
adalah lemahnya koordnasi antara pihak-pihak terkait dalam melaksanakan program. Lemahnya koordinasi antara instansi pelaksana program pada satu
wilayah akan menyebabkan program akan tumpang tindih, dan akibatnya terjadi persaingan terhadap pemanfaatan lahan dan peserta binaan. Hal ini juga
mengakibatkan banyak program pemberdayaan masyarakat di pedesaan menjadi kurang fokus.
6.2.Analisis Matriks IFE
73
Dari hasil pembobotan dan penentuan rating maka dapat diperoleh nilai dari IFE Tabel 16.
Tabel 16. Matriks IFE No.
Faktor strategis internal Bobot
Rating Bobot skor
A Kekuatan
0.14 1
Adanya dana PMUK 4
0.560 Adanya kelembagaan penyuluhan tingkat kabupaten dan
tingkat kecamatan 2
0.19 3
0.570 3
Adanya Pedum, Juklak dan Juknis PMUK 0.16
4 0.640
1.770
B Kelemahan
1 Jumlah Petugas terbatas
0.17 2
0.340 2
Sarana mobilitas petugas terbatas 0.17
1 0.170
Masih kurangnya kemampuan petugas dalam alih teknologi
3 0.17
2 0.340
0.85
Jumlah 2.620
Hasil akhir analisis matriks IFE untuk elemen kekuatan dan kelemahan untuk elemen kekuatan diperoleh dari nilai indeks akumulatif skor sebesar 1,770,
sedangkan nilai akhir bobot skor untuk kelemahan sebesar 0,85. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan pandangan yang cukup tinggi pada
faktor kekuatan dan respon yang relatif kecil untuk faktor kelemahan. Sedangkan untuk total nilai bobot skor faktor strategis internal sebesar 2,620. Melihat hasil
tersebut, menunjukkan bahwa pengembangan program PMUK di Kabupaten Pelalawan di atas rata-rata dalam kekuatan internal secara keseluruhannya, nilai
bobot skor untuk elemen kekuatan lebih besar dari nilai bobot skor elemen kelemahan, maka dapat kita katakan bahwa dalam pengembangan program
PMUK di Kabupaten Pelalawan mampu memanfaatkan kekuatan yang dimiliki dan mengatasi kelemahan yang ada.
74
6.3. Analisis Matriks EFE