Tujuan dan Manfaat Cakupan Kajian Pemberdayaan Masyarakat

2. Bagaimana strategi peningkatan peran program PMUK dalam pemberdayaan kelompok petani sayur di Kabupaten Pelalawan sehingga dapat mempengaruhi pendapatan dan kesejahteraan petani?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan umum yang akan dicapai untuk memecahkan masalah-masalah yang dikemukakan diatas adalah merumuskan pola dan program yang tepat untuk keberhasilan program PMUK petani sayur di Kabupaten Pelalawan. Untuk memenuhi tujuan umum tersebut, maka tujuan spesifik dari kajian ini adalah 1. Mengevaluasi pelaksanaan program PMUK di Kabupaten Pelalawan 2. Memformulasi strategi peningkatan peran Program PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur di Kabupaten Pelalawan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani sayur. Manfaat dari kajian ini diharapkan sebagai masukan bagi pengambil kebijakan baik dari Pusat, Provinsi, KabupatenKota dan Kecamatan di Provinsi Riau, sehingga program PMUK terlaksanakan sebagaimana mestinya terutama di Kabupaten Pelalawan.

1.4. Cakupan Kajian

Cakupan penelitian ini ialah membahas pelaksanaan program PMUK di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau dan strategi peningkatan peran PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur di Kabupaten Pelalawan. Evaluasi pelaksanaan program PMUK dalam penelitian ini dilihat dari pendapatan, pengeluaran, dan asset petani responden. Petani responden yang diambil yaitu petani yang mengikuti program PMUK di Kabupaten Pelalawan. Untuk membandingkan pendapatan antara petani penerima PMUK dengan yang tidak menerima PMUK maka juga dilakukan wawancara terhadap petani yang usahataninya homogen dengan petani penerima PMUK namun tidak menerima PMUK. Sementara, untuk mendapatkan strategi peningkatan peran PMUK dalam pemberdayaan kelompok tani sayur, dilakukan analisis faktor internal dan faktor eksternal dengan responden 3 orang stakeholder. Setelah itu, dilakukan analisis SWOT untuk mendapatkan strategi peningkatan peran PMUK di Kabupaten Pelalawan. Selanjutnya penelitian ini menggunakan analisis QSPM untuk 22 memperoleh prioritas strategi yang kemudian disusun program dan rencana kegiatannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat Community Development adalah perwujudan dari capacity building masyarakat yang bernuansa pada pemberdayaan sumber daya manusia. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kelembagaan pembangunan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat pedesaan seiring dengan pembangunan sistem ekonomi rakyat, sarana dan prasarana serta pengembangan Tiga-P; Pendampingan yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat, Penyuluhan dapat merespon dan memantau ubahan- ubahan yang terjadi di masyarakat serta pelayanan yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketepatan distribusi asset sumberdaya fisik dan non fisik yang diperlukan masyarakat Vitalaya, 2000. Uraian tersebut diatas dapat memberikan suatu acuan yang lebih efisien dan efektif di dalam pengembangan kelembagaan pembangunan, yang pada gilirannya petani akan lebih merespon semua hal-hal yang berkaitan dengan penyuluhan. Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk memfasilitasi masyarakat agar mampu: 1 menganalisis situasi perikehidupan dan masalah- masalahnya; 2 mencari pemecahan masalah berdasarkan kemampuan dan keterbatasan yang mereka miliki; 3 mengembangkan usahanya dengan segala kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki sendiri; 4 mengembangkan sistem untuk mengakses sumberdaya yang diperlukan. Pada intinya masyarakat adalah pengambil keputusan pada setiap kegiatan yang akan mereka lakukan dan menjadi bagian dalam keseluruhan proses pembangunan nasional Indonesia. Sementara fungsi Pemerintah dan lembaga lainnya hanya sebatas memfasilitasi kebutuhan yang tumbuh di lapangan sebagai perwujudan dari perannya sebagai abdi masyarakat Saharia, 2003. 23 Pemberdayaan masyarakat memiliki dua makna pokok dalam kegiatannya yaitu: 1 meningkatkan kemampuan masyarakat to give ability or enable melalui program pelaksanaan berbagai kebijakan dan program pembangunan yaitu mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, agar kondisi kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan, 2 memberikan kewenangan secara proporsional kepada masyarakat untuk mengambil keputusan dalam upaya membangun diri dan lingkungan secara mandiri Sihombing, 2004. Rencana program pengembangan masyarakat biasanya dibuat di tingkat pusat atas dan dilaksanakan oleh instansi propinsi dan kabupaten. Masyarakat sering kali diikutkan tanpa diberikan pilihan dan kesempatan untuk memberi masukan. Hal ini biasanya disebabkan adanya anggapan bahwa untuk mencapai efisiensi dalam pembangunan bagi masyarakat tidak mempunyai kemampuan untuk menganalisis kondisi dan merumuskan persoalan serta kebutuhan- kebutuhannya Sandra, 2002. Program yang dilakukan dengan pendekatan dari atas ke bawah sering tidak berhasil dan kurang memberi manfaat kepada masyarakat, karena masyarakat kurang terlibat sehingga mereka merasa kurang bertanggung jawab terhadap program dan keberhasilannya. Bantuan yang diberikan menciptakan ketergantungan yang pada gilirannya akan lebih menyusahkan masyarakat daripada menolongnya. Bantuan tersebut kadang tidak sesuai kebutuhan dan prioritas masyarakat Saharia, 2003. Sebaliknya ada pola pendekatan yang dikembangkan dengan menempatkan masyarakat sebagai pihak utama atau pusat pengembangan. Pendekatan tersebut lebih bersifat memberdayakan masyarakat. Pemerintah Indonesia telah menguji coba pendekatan ini, namun belum diterapkan secara luas. Salah satu model yang dikembangkan adalah pemberdayaan masyarakat. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang terpinggirkan, misalnya masyarakat sekitar hutan yang terabaikan. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan bagi orang lain untuk mengikuti kegiatan-kegiatan pemberdayaan. Pemberdayaan masyarakat meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menganalisa kondisi dan potensi serta masalah-masalah yang perlu diatasi. 24 Masyarakat berperan serta dalam proses pengambilan keputusan nilai dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan sampai penilaian kegiatan yang dikembangkan oleh dan untuk mereka. Partisipasi masyarakat ini merupakan inti proses pemberdayaan masyarakat Sihombing, 2004. Selain itu, proses pemberdayaan sangat bermanfaat untuk dinas dan instansi lain dalam peningkatan pelayanan yang lebih tanggap bagi kebutuhan pelanggan yang telah diidentifikasi oleh masyarakat sendiri. Proses pemberdayaan masyarakat akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menyampaikan kebutuhan kepada instansi-instansi pemberi layanan. Dengan demikian instansi dapat menyesuaikan dan memperbaiki pelayanannya. Saharia 2003, menyatakan bahwa dalam menyikapi perubahan paradigma pembangunan terutama di wilayah pedesaan, ada beberapa langkah yang harus dipertimbangkan yakni: 1 menghubungi tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh petani; 2 menjelaskan latar belakang dan tujuan dari program yang akan diterapkan; 3 menumbuhkan motivasi pada diri tokok-tokoh masyarakat dan tokoh petani agar mendiskusikan bersama-sama alasan dan tujuan dari pelaksanaan program tersebut. Sesuai dengan pendapat Saharia 2003 tadi, didukung juga oleh Vitalaya 2000 menjelaskan bahwa ada beberapa metode pendekatan yang telah dikembangkan untuk memposisikan masyarakat yang ada di pedesaan dalam hal ini masyarakat tani, bukan hanya sebagai objek atau penonton tetapi harus secara aktif ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati pembangunan. Metode yang dimaksud diantaranya adalah: 1 pendekatan secara partisipatif dan dialogis, dilakukan antar petani dimana mereka secara bersama- sama menganalisis masalah dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata sehingga pengambilan keputusan diambil secara musyawarah dan mufakat sesuai aspirasi dan kepentingan petani dalam mengatasi permasalahan; 2 memadukan pendekatan dari bawah dan dari atas bottom-up and up-bottom approach.

2.2. Program PMUK Melalui Pola BPLM

Dokumen yang terkait

Evaluasi Anggota Kelompok Tani Terhadap Peran Pengurus Kelompok Tani dalam Pelaksanaan Musyawarah Kelompok Tani di Kabupaten Langkat

21 135 83

INTERNALISASI MODAL SOSIAL DALAM KELOMPOK TANI GUNA MENINGKATKAN DINAMIKA KELOMPOK TANI DI KABUPATEN JEMBER

0 13 7

Pemberdayaan Kelompok Tani (Studi Kasus Kelompok Tani di Desa Margamulya Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat)

0 11 106

Pemberdayaan kelompok tani karet melalui penguatan modal usaha kelompok (kasus desa teluk sampudau, kecamatan karau kuala, kabupaten Barito Selatan)

0 13 111

Strategi Peningkatan Peran Program Penguatan Modal Kelompok (PMUK) Dalam Pemberdayaan Kelompok Tani Sayur di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau

0 13 246

Pemberdayaan kelompok tani karet melalui penguatan modal usaha kelompok (kasus desa teluk sampudau, kecamatan karau kuala, kabupaten Barito Selatan)

0 40 101

Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengembalian Kredit Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) Petani Bawang Merah di Kabupaten Bantul

0 2 16

Keberhasilan Program Kredit Penguatan Modal Usaha Kelompok (PMUK) pada Usahatani Bawang Merah di Kabupaten Bantul

0 3 16

PELAKSANAAN PROGRAM PENGUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) PADA KELOMPOK TANI SERBA USAHA DI KELURAHAN BATIPUAH PANJANG KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG.

0 0 10

Manfaat Program Pemberdayaan Kelembagaan Kelompok Tani Dalam Penguatan Aksebilitas Petani (studi Kasus di Kelompok Tani Bina Harapan, Desa Karamatwangi, Kecamatan Cisurupan Kabupaten Garut).

0 0 2