Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi Pada Badan Pertanahan Nasional BPN

C. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi Pada Badan Pertanahan Nasional BPN

Faktor penyebab tindak pidana korupsi pada umumnya jika ditinjau dari segi etimologi kriminil lebih bertitik tolak pada mazhab lingkungan yang dicetuskan oleh A.Lacassagne 1845-1924 guru besar kedokteran kehakiman pada perguruan kriminil pertama di roma yang juga salah satu mazhab yang terdapat di dalam etimologi kriminil yang menjadi dasar pengetahuan sampai sekarang. Menurut kasus yang terjadi di badan pertanahan nassional yang melibatkan terdakwa jojor sitorus yang merupakan salah satu pejabat di lingkungan tersebut jelas sekali bahwa mazhab lingkungan berpengaruh sekali sebagai salah satu faktor di dalam penyebab korupsi di BPN ini sebab Mazhab lingkungan mendeskripsikan bahwa lingkungan adalah salah satu penyebab timbulnya korupsi,setiap orang menjadi jahat atau baik karena lingkungan bukan karena bakat nya hal ini jika kita kembali ke kasus terpapar gamblang bahwa terdakwa berada di tengah-tengah lingkungan yang berpotensi melakukan korupsi yang rentan sekali dengan penyalahgunaan anggaran yang jelas mengakibatkan korupsi besar-besaran hal ini diperparah dengan sikap pemimpin yang moralnya sudah teracuni dengan korupsi yang malah menyuruh terdakwa melakukan korupsi penyalahgunaan anggaran bukan amalah mencegah nya melakukan perbuatan tersebut dan akhirnya terdakwa juga pemimpin nya sama-sama terjerat kasus korupsi tersebut ,hal ini sesuai 87 Baharuddin Lopa, “Kejahatan Korupsi dan Penegakan Hukum dalam buku Eva Hrtati, Tindak Pidanan Korupsi”, Jakarta: Sinar Grafika, 2002, hal. 10. Universitas Sumatera Utara dengan apa yang dikemukakan oleh Syeh Hussein Alatas 88 Tindak pidana korupsi sudah merupakan dan dimasukkan sebagai tindak pidana luar biasa extra ordinary crimes dan secara internsional telah diakui sebagai salah satu jenis “trans-national organized crime”. Mengingat korupsi di Indonesia terjadi secara sistematik dan meluas sehingga tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, maka pemberantasan korupsi perlu dilakukan dengan cara yang luar biasa. dalam mengemukakan salah satu Faktornya yang berarti”Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi”. Adapun isu pokok yang melatar belakangi atau mendorong usaha untuk melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi secara tegas dan tuntas antara lain, karena: 1. Negara Republik Indonesia telah dikenal sebagai negara yang tingkat korupsinya mencapai tingkat ketiga di dunia, dan sebagai akibat tingginya tingkat korupsi tersebut telah menyebabkan terpuruknya kehidupan perekonomian di Indonesia yang sangat menyengsarakan rakyat. 2. Kesejahteraan rakyat pada umumnya berada dibawah standar minimum kehidupan yang layak sebagai akibat merebaknya korupsi yang terjadi. 3. Selama ini telah terjadi krisis kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparat kepolisisn dan kejaksaan yang secara nyata belum mampu dalam menuntaskan kasus-kasus tindak pidana korupsi yang terjadi sehingga tindak pidana korupsi makin meningkat. 88 Loc,cit.Hal.67. Universitas Sumatera Utara

BAB IV KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PEMBERANTASAN

TINDAK PIDANA KORUPSI STUDI KASUS PERKARA NO.77PID.B2010PN MEDAN

A. Kasus Posisi Kronologis

Pada tahun 2008 Badan Pertanahan Nasional BPN melaksanakan kegiatan proyek pelaksanaan redistribusi tanah objek landrerform yang diambil dari APBN yang dikenal juga dengan proyek pembaharuan agraria nasional atau PPAN tahun 2008 yang dilaksanakan di Kantor Badan Pertanahan KabupatenKota Se- Sumatera Utara kegiatan itu ditargetkan mencakup 56.674 bidang dengan perincian : 1. Kota Binjai 1.000 bidang 2. Kota Siantar 500 bidang 3. Kabupaten Langkat 3.500 bidang 4. Deli Serdang 10.000 bidang 5. Serdang Bedagai 16.174 bidang 6. Simalungun 7.500 bidang 7. Asahan 5.000 bidang 8. Labuhan Batu 4.000 bidang 9. Tarutung 5.000 bidang, dan 10. Madina 5.000 bidang Universitas Sumatera Utara