Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

menimbulkan jiwa yang apatis, frustasi serta hilang perspeknya atas norma-norma yang ada disekitarnya. Menurut M. Harvey Brenner mengidentifikasikan beberapa pandangan yang berbeda mengenai latar belakang tindak pidana dalam hubungannya dengan pengaruh langsung ekonomi, yakni: a. Penurunan pendapatan nasional dan lapangan kerja akan menimbulkan kegiatan-kegiatan industri illegal. b. Terdapatnya bentuk-bentuk inovasi sebagai akibat kesengajaan antara nilai-nilai atau tujuan-tujuan sosial dengan sarana-sarana sosial untuk mencapainya. Dalam masa kemunduran ekonomi, banyak warga masyarakat yang kurang mempunyai kesempatan mencapai tujuan-tujuan sosial dan menjadi innovator potensial yang cenderung mengambil bentuk pelanggaran hukum. c. Perkembangan karir tindak pidana terjadi sebagai akibat tersumbatnya kesempatan dalam sector-sektor ekonomi yang sah. d. Pada beberapa tipe kepribadian tertentu, krisis ekonomi akan menimbulkan frustasi oleh karena adanya hambatan atau ancaman terhadpa pencapaian cita-cita dan harapan yang pada gilirannya menjelma dalam bentuk-bentuk prilaku agresif. e. Pada kelompok-kelompok tertentu yang mengalami tekanan terdapat kemungkinan besar bagi berkembangnya sub kebudayaan delinkuen. f. Sebagai akibat krisis ekonomi yang menimbulkan pengangguran, sejumlah warga masyarakat yang menganggur dan kehilangan penghasilannya cenderung untuk menggabungkan diri dengan teman-teman yang menjadi penganggur pula dengan begitu lebih memungkinkan dirancang dan dilakukannya suatu tindak pidana. 83

B. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi

Korupsi menurut Syed Hussein Alatas disebabkan oleh faktor-faktor: 1. Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi; 2. Kelemahan pengajaran-pengajarann agama dan etika; 3. Kolonialisme. Suatu pemerintah asing tidaklah menggugah kesetiaan dan kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi; 83 Soejono Soekanto, lLilikuwata, Mulyana, W. Kusumah, Kriminologi Suatu Pengantar, Jakarta: GrahaIndonesia, 1986, hal. 72-73. Universitas Sumatera Utara 4. Kurangnya pendidikan; 5. Kemiskinan; 6. Tiadanya tindak hukum yang keras; 7. Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi; 8. Structural pemerintahan; 9. Perubahan penyakit tradisional; 10. Keadaan masyarakat. Korupsi dlam suatu irokrasi bisa memberikan cerminan keadaan masyarakat keseluruhan. 84 Drs. Ilham Gunawan menggolongkan penyebab korupsi ke dalam tiga faktor, yaitu: 1. Faktor politik, Rumusan penyelewengan uang negara telah dipopulerkan oleh E. John Emerich Edward Dalberg Acton pada tahun 1832-1902 di Inggris, menyebutkan bahwa power tend to corrupst, but absclute power corrupts absolutely kekuasaan cenderung korupsi, tetapi kekuasaan yang berlebihan mengakibatkan korupsi berlebihan pula. 2. Faktor Yuridis Karena lemahnya sanksi hukuman, mauoun terobosan pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Jika berbicara mengenai lemahnya snksi hukuman, berarti analisis pemikiran dapat mengarah pada dua aspek, yaitu: Aspek pertama, adalah menyangkut peranan hakim dalam menjatuhkan putusan. Meskipun sesuai dengan tepat dengn kesalahan terdakwa korupsi, serta dari segi materi perundang-undangan telah benar, namun diluar ketentuan yang digariskan tersebut hakim selaku unsur penegak hukum, 84 Syed Hussain Alatas, Korupsi: Sifat, Sebab dan Fungsi, diterjemahkan oleh Nirwono, Jakarta: LP3ES, 1987, hal. 47. Universitas Sumatera Utara tentunya harus luas persepsi pemikirannya dalam menjatuhkan putusan akhir, sehingga jangan sampai terjadi kekeliruan dalam menjtuhkan putusan pidana atau vonis, apalagi seperti memberiakn hukuman yang terlalu ringan bagi para koruptor. Dengan dalih masih berlangsungnya perbedaan persepsi antara tuntutan jaksa dengan putusan yang dijatuhkan oleh hakim, maka misi penegakan hukum yang bertumpu pada keadilan, cepat dan dengan biaya murah akan selalu menemui hambatan. 85 Aspek Kedua, adalah sanksi yang lemah berdasarkan bunyi Pasal-Pasal dan ayat-ayat pada peraturan perundang-undanngan yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. 3. Faktor Budaya, yang bersumber dari peninggalan pandangan feudal, yang menimbulkan benturan kesetiaan, yaitu antara kewajiban-kewajiban terhadap keluarga dan kewjibn terhadap negara. 86 Menurut Baharuddin Lopa, sifat Korupsi terbagi atas 2 dua bentuk yaitu: 1. Korupsi yang bermotif terselubung Yakni korupsi secara sepintas kelihatan bermotif politik, tetapi secara tersembunyi sesungguhnya mermotif mendapatkan uang semata. 2. Korupsi yang bermotif Ganda Yaitu seseorang melakukan korupsi secara lahiriah kelihatannya hanya bermotifkan mendapatkan uang, tetapi sesungguhnya bermotif lain, yakni kepentingan politik. 87 85 Oemar Seno Adji, Ilmu dan Budaya, Tahun IX No. 12, Oktober 1987, hal. 884, dalam Ilham Gunawan “Postur Korpsi di Indonesia, Tinjauan Yuridis, Sosiologis, Budaya dan Politis”, Bandung, Angkasa: 1993, hal. 18. 86 Ilham Gunwan “Postur Korupsi di Indonesia, Tinjauan Yuridis Sosiologis, Budaya, dan Politis”, Bandung: Angkasa, 1993, hal. 14-22. Universitas Sumatera Utara

C. Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi Pada Badan Pertanahan Nasional BPN