Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero Di Indonesia Selama Tahun 2002-2014

(1)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA PERBANKAN DENGAN JENIS PENGGUNAAN KREDIT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERSERO

DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2002-2014

Oleh:

Ajeng Raafi’udiyah Na’imah 1112081000056

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

i

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA PERBANKAN DENGAN JENIS PENGGUNAAN KREDIT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERSERO

DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2002-2014

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Ajeng Raafi’udiyah Na’imah NIM: 1112081000056

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 21 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Ajeng Raafi’udiyah Na’imah

2. NIM : 1112081000056

3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)

4. Judul Skripsi : “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit Sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014” Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(4)

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Kamis, 14 April 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

1. Nama : Ajeng Raafi’udiyah Na’imah 2. NIM : 1112081000056

3. Jurusan : Manajemen (Keuangan)

4. Judul Skripsi : “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit Sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(5)

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH


(6)

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : Ajeng Raafi’udiyah Na’imah 2. Tempat & Tgl.

Lahir

: Depok, 8 Mei 1994

3. Agama : Islam

4. Alamat : Jl. PGRI I NO. 2 RT 04/13 Kemiri Muka, Beji, Depok, Jawa Barat 16423

5. Telp/HP : 085695646504 6. E-mail : ajengrafi@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL

2000-2006 : SDN Depok Baru I

2006-2009 : MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta 2009-2012 : MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta

2012-2016 : S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

2011-2012 : Anggota Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Yogyakarta

2013-2014 : Anggota Bidang Keagamaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2014-2015 : Anggota Bidang Ekonomi Kreatif Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


(7)

vi Abstract

This study aimed to analyze the influence of macroeconomic fundamentals on bank performance with the type of use of credit as an intervening variable. This study used a sample of state banks with the monthly data for 13 years ie from 2002 to 2014. The statistical methods used in this research isthe Structural Equation Modelling (SEM). The results showed that the fundamental macroeconomic factors significantly influence the type of credit use; types of credit use significant effect on the performance of banks, the fundamental macroeconomic factors have a significant effect on bank performance; and types of credit use to become an intervening variable positively reinforcing.

Keywords: macroeconomic fundamentals, types of credit use, bank’s performance


(8)

vii Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja perbankan dengan jenis penggunaan kredit sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan sampel bank persero dengan data bulanan selama 13 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai dengan 2014. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental makroekonomi berpengaruh signifikan terhadap jenis penggunaan kredit; jenis penggunaan kredit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan, faktor fundamental makroekonomi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan; dan jenis penggunaan kredit mampu menjadi variabel intervening yang menguatkan secara positif.

Kata kunci: faktor fundamental makroekonomi, jenis penggunaan kredit, kinerja perbankan


(9)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, yang telah memberikan nikmat, iman, sehat, serta Islam. Cukup bagiku Allah sebagai penolong dan pelindung. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Hanya dengan segala kebesaran-Nya dan atas kehendak-Nya pula sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014”.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orangtua dan semua kakakku atas dukungan, motivasi, doa dan kasih sayang yang telah diberikan.

2. Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Titi Dewi Warninda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu kelancaran studi penulis dan memberikan izin penelitian.

4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia membimbing, memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan dan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Faizul Mubarok, MM., selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.


(10)

ix

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.

7. Sahabat pemberi semangat yang selalu mengingatkan dan berlomba dalam melakukan kebaikan. Terimakasih untuk semua dukungan dan bantuannya. 8. Sahabat–sahabat saya, Anggita, Devi, Kiki, Laily, Mahda, Nisa, Oby, Syifa

dan Wilda. Terima kasih telah menemani, saling memberikan semangat dan dukungan selama kuliah bersama.

9. Seluruh teman saya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama di Jurusan Manajemen dan teman–teman di kelas keuangan angkatan 2012. Terima kasih untuk kebersamaan selama ini.

10. Kepada semua pihak yang telah membantu dari awal penulisan hingga skripsi ini selesai, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen pemasaran.

Jakarta, 25 Mei 2016


(11)

x DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... v

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 13

C. Pembatasan Masalah ... 14

D. Rumusan Masalah ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 15

F. Manfaat Penelitian ... 16

BAB II ... 17

TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Bank ... 17


(12)

xi

2. Fungsi Bank ... 18

3. Jenis-jenis Bank ... 20

4. Kinerja Perbankan ... 23

B. Kredit ... 34

1. Pengertian Kredit ... 34

2. Unsur-unsur Kredit ... 35

3. Jenis Penggunaan Kredit ... 36

C. Faktor Fundamental Makroekonomi ... 37

1. Inflasi ... 37

2. Tingkat Suku Bunga ... 40

3. Nilai Tukar/Kurs ... 42

D. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Jenis Penggunaan Kredit ………44

E. Hubungan Jenis Penggunaan Kredit terhadap Kinerja Perbankan ... 45

F. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan ... 46

G. Hasil Penelitian Terdahulu ... 47

H. Kerangka Berfikir ... 52

I. Hipotesis Penelitian ... 53

BAB III ... 54

METODOLOGI PENELITIAN ... 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 54

B. Metode Penentuan Sampel ... 54

C. Metode Pengumpulan Data ... 55

D. Metode Analisis Data ... 55

1. Menentukan Degree of Freedom ... 55

2. Melakukan Estimasi ... 56


(13)

xii

4. Analisis Structural Equation Modelling (SEM) ... 59

E. Operasional Variabel Penelitian ... 59

BAB IV ... 61

ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 61

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 61

B. Analisis dan Pembahasan ... 72

1. Analisis Kecocokan Keseluruhan Model ... 73

2. Analisis Model Pengukuran ... 75

3. Pengujian Hipotesis ... 83

BAB V ... 88

PENUTUP ... 88

A. Simpulan ... 88

B. Implikasi ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91


(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Matriks Peringkat Komposit ... 33

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 47

Tabel 3.1 Rasio Kinerja Perbankan ... 60

Tabel 4.1 Uji Kecocokan Model 74


(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jenis Penggunaan Kredit Bank Persero Tahun 2002-2014 ... 2

Gambar 1.2 Kinerja Keuangan Bank Persero Tahun 2002-2014 ... 4

Gambar 1.3 Pergerakan Inflasi Indonesia Tahun 2002-2014 ... 6

Gambar 1.4 Pergerakan Nilai Kurs Tahun 2002-2014... 7

Gambar 1.5 Pergerakan BI Rate Tahun 2002-2014 ... 8

Gambar 1.6 Jumlah Laba Bersih Perbankan Menurut Kelompok Bank (dalam Milyar Rupiah) ... 12

Gambar 4.1 Uji t 76


(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Output LISREL (Sebelum Modifikasi) ... 95 Lampiran 2 Output LISREL (Setelah Modifikasi)... 101


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan yang tidak asing lagi di masyarakat, karena bank menyediakan berbagai jasa pelayanan keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bank merupakan lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian. Hal ini karena dalam aktifitasnya, bank memiliki tiga kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana dalam bentuk tabungan, menyalurkan dana dalam bentuk kredit dan memberikan jasa bank lainnya.

Kasmir (2012:13), kegiatan pokok perbankan adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Maksud dari menyalurkan dana adalah perbankan akan melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah Lending. Bentuk kredit yang diberikan adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan suku bunga pinjaman bank persero dari jenis penggunaannya selama 15 tahun menunjukkan pergerakan pertumbuhan yang berbeda di setiap tahunnya (gambar 1.1).Pada tahun 2014 pertumbuhan kedit investasi (KI) naik sebesar 11,24% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 10,39%, kredit konsumsi (KK)


(18)

2 naik sebesar 12,16% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 11,92% dan kredit modal kerja (KMK) naik sebesar 12,32% lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 11,79%. (sumber: bi.go.id)

Gambar 1.1

Jenis Penggunaan Kredit Bank Persero Tahun 2002-2014

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (www.bi.go.id)

Keuntungan utama perbankan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang di salurkan. Keuntungan selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based. Dimana keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya kondisi perkembangan berbagai jenis tingkat suku bunga yang ditawarkan yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja perbankan.

Tinggi rendahnya tingkat suku bunga akan berdampak pada kinerja keuangan perbankan. Jika bank meningkatkan tingkat suku bunga dalam penyaluran kredit dan apabila dalam penyalurannya tidak efisien maka hal

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Jenis Penggunaan Kredit

KMK

KI


(19)

3 ini bisa menimbulkan kredit macet atau non performing loan (NPL). Tingginya NPL menyebabkan tingginya biaya operasional bank yang kemudian berpotensi menurunkan laba bank yang dapat diukur dengan return on asset (ROA) dan net interest margin (NIM). Hal ini tentu akan berdampak pada kurangnya kemampuan bank untuk meningkatkan modalnya yang dicerminkan melalui capital adequacy ratio (CAR). Tinggi rendahnya tingkat suku bunga juga akan berpengaruh terhadap komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan yang diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR).

Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan kredit perbankan tumbuh melambat menjadi 11,6% dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 21,6% sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik. Sedangkan berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014, profitabilitas dan efisiensi perbankan pada bank persero meningkat yang tercermin pada rasio Return On Asset (ROA) tahun 2014 sebesar 3,69% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 3,67%. Akan tetapi, rasio Net Interest Margin (NIM) turun sebesar 5,13% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 5,77%. Di tengah kondisi seperti ini, ketahanan perbankan nasional tetap meningkat. Hal ini tercermin dari modal bank persero pada tahun 2014 yang meningkat menjadiRp. 226.675 milyardibandingkan dengan tahun 2013 sebesarRp. 192.073 milyar. Adapun


(20)

4 dari sisi rasio kecukupan modal (CAR) meningkat menjadi 17,44% dibandingkan tahun 2013 sebesar 17,05%. Artinya, CAR bank persero memenuhi CAR profil risiko karena berdasarkan hasil stress test risiko pasar menunjukkan bahwa CAR industri bank persero masih berada di atas 14%. Selain itu, hasil stress test risiko kredit juga menunjukkan bahwa secara industri NPL gross masih di bawah batas aman 5% setelah tahun 2000 hingga 2007 selalu diatas 5%. (sumber: bi.go.id)

Gambar 1.2

Kinerja Keuangan Bank Persero tahun 2002-2014

Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (www.bi.go.id)

Setiap bank dalam periode tertentu pasti akan melaporkan seluruh kegiatan keuangannya. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam perbankan tersebut karena laporan keuangan adalah kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan. Selain itu laporan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kinerja Bank Persero

NPL

LDR

ROA

NIM


(21)

5 keuangan juga bertujuan menilai kinerja manajemen bank yang bersangkutan.

Oleh karena itu, sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank diminta untuk menjaga tingkat kesehatan perbankan mereka. Karena kinerja perbankan akan tercermin dalam rasio kesehatannya. Hal tersebut dapat diukur melalui metode RGEC yaitu Risk, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital.

Suku bunga jenis penggunaan kredit diantaranya suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi yang ditawarkan ke masyarakat ditentukan oleh besar kecilnya tingkat suku bunga Bank Indonesia. Oleh karena itu, suku bunga jenis penggunaan kredit tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja operasional bank yang dapat direfleksikan melalui profil risiko, profil laba dan profil permodalan.

Faktor fundamental makro merupakan faktor fundamental negara yang disebut juga faktor eksternal perusahaan. Faktor ini sangat luas cakupannya seperti faktor ekonomi, lingkungan, pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. Menurut Bambang (2010:83), faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat besar jika terjadi perubahan. Kondisi makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs akan memengaruhi kinerja perbankan. Hal ini disebabkan karena ukuran baik atau tidaknya kinerja perbankan tergantung dari kondisi makroekonomi pada saat itu. Kondisi tersebut adalah apabila terlalu banyak


(22)

6 uang yang masuk ke masyarakat maka akan menimbulkan keinginan masyarakat untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah barang yang tidak seimbang dengan permintaan pasar menyebabkan harga barang naik sehingga terjadi inflasi serta apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dapat memengaruhi kondisi perekonomian dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang suatu negara).

Gambar 1.3

Perkembangan Inflasi Indonesia Tahun 2002-2014

Sumber: www.bi.go.id

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa tingkat inflasi selama tiga belas tahun cukup fluktuatif dengan besaran rata-rata 7,56%.Tingkat paling rendah adalah sebesar 4,28% pada tahun 2012 dan tingkat paling tinggi adalah sebesar 13,33% pada tahun 2006.

0 2 4 6 8 10 12 14

INFLASI


(23)

7 Gambar 1.4

Pergerakan Nilai Kurs Tahun 2002-2014

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (www.bi.go.id)

Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa setiap tahunnya selama tiga belas tahun, nilai rupiah terhadap dolar mengalami apresiasi dan depresiasi yang berbeda setiap tahunnya. Apresiasi rupiah tertinggi berada pada tahun 2003 sebesar Rp. 8.571 dan depresiasi rupiah tertinggi berada pada tahun 2014 sebesar Rp. 11.885.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000

NILAI KURS


(24)

8 Gambar 1.5

Pergerakan BI rate Tahun 2002-2014

Sumber: www.bi.go.id

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa tingkat BI rate selama tiga belas tahun cukup fluktuatif dengan besaran rata-rata 8,5%.Tingkat paling rendah adalah sebesar 6,5% pada tahun 2010 dan tingkat paling tinggi adalah sebesar 14,95% pada tahun 2002.

Menurut Tuckman (1988) dalam Sugiyono (2011:39), variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

Dalam penelitian ini, jenis peggunaan kredit digunakan sebagai variabel intervening dimana jenis penggunaan kredit mampu mempengaruhi

0 2 4 6 8 10 12 14 16

BI RATE


(25)

9 hubungan faktor fundamental makroekonomi dengan kinerja perbankan. Jadi berdasarkan penjelasan tersebut, maka suku bunga jenis penggunaan kredit merupakan variabel intervening yang berpengaruh dan berperan dalam faktor-faktor makroekonomi (inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs) memengaruhi kinerja perbankan (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR).

Harmono (2012), dalam penelitiannya memperlihatkan inter-korelasional antar dimensi keuangan, yang mampu menjelaskan fenomena masalah yang terjadi dipraktik. Dalam hal ini, faktor fundamental makro yang dindikasi melalui nilai kurs, BI rate, dan tingkat inflasi, berpengaruh terhadap kinerja bank. Namun peran variabel skim bunga kredit yang dindikasi melalui skim bunga kredit modal kerja, bunga kredit investasi, dan bunga kredit konsumsi mampu memediasi yang menguatkan namun bersifat negatif terhadap kinerja bank, dalam hal ini kinerja bank menggunakan indikator CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity) yang sering digunakan Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank, ternyata yang signifikan berkontribusi terhadap kinerja bank hanya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Return on Assets (ROA).

Marcello dan Tiziano (2011), dalam penelitiannya menguji pengaruh makroekonomi terhadap kualitas kredit selama tahun 1990-2010 (kuartal) pada Bank Italia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: i) kualitas pinjaman untuk rumah tangga dan perusahaan dapat dijelaskan oleh sejumlah kecil variabel makroekonomi terutama yang berkaitan dengan keadaan umum perekonomian, biaya pinjaman dan beban utang; ii)


(26)

10 perubahan kondisi makroekonomi secara umum mempengaruhi kualitas kredit dengan lag; dan iii) out-of-sampel akurasi prediksi dari model ini cukup memuaskan dan terbukti menjadi kuat untuk krisis keuangan baru-baru ini.

Guglielmo et al (2013), dalam penelitiannya juga menguji pengaruh makroekonomi terhadap kualitas kredit selama krisis 2008-2012 pada Bank Italia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek dari guncangan permanen untuk kredit macet dari kelebihan jumlah kredit adalah signifikan dan tetap untuk kredit macet perusahaan, tetapi tidak untuk kredit macet rumah tangga pinjaman yang lebih efisien.

Dimitrios et al (2010), dalam penelitiannya menguji pengaruh makroekonomi terhadap NPL dengan membandingkan tiga jenis pinjaman yaitu KPR, bisnis dan konsumen dalam sistem perbankan Yunani. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPL dalam sistem perbankan Yunani dapat dijelaskan terutama oleh fundamental makro (GDP, pengangguran, suku bunga) dan kualitas manajemen. Perbedaan dampak kuantitatif faktor makroekonomi antara jenis pinjaman yang jelas dengan hipotek non-performing menjadi sedikit responsif terhadap perubahan kondisi makroekonomi.

Lucas dan Anne (2010), dalam penelitiannya menguji pengaruh perkembangan ekonomi makro pada kinerja, kualitas kredit dan perilaku pinjaman bank di Kenya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi makro.


(27)

11 Fadzlan dan Muzafar (2010), dalam penelitiannya menguji dampak krisis keuangan terhadap kinerja bank di Indonesia dimana peneliti akan melihat faktor-faktor penentu profitabilitas perbankan Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa krisis Asia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perbankan Indonesia, bank-bank Indonesia relatif menguntungkan selama pra-krisis dibanding pasca dan periode krisis. Claudiu (2015), dalam penelitiannya menguji pengaruh tingkat kesehatan keuangan terhadap profitabilitas bank. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kapitalisasi bank, likuiditas dan suku bunga margin positif mempengaruhi profitabilitas bank, sedangkan kredit macet dan non-interest expense memiliki dampak negatif.

Berdasarkan hal diatas penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh dari faktor fundamental makroekonomi yang diproksi dengan inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs dalam memengaruhi kinerja perbankan yang diproksi dengan metode RGEC (Risk, Good Corporate Governace, Earning, dan Capital) sesuai peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum dengan variabel intervening jenis penggunaan kredit. Konsep pengaruh antar variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh berjenjang, dengan menempatkan jenis penggunaan kredit sebagai intervening.

Dalam penelitian ini peneliti memilih bank persero sebagai sebagai sampel. Yang termasuk dalam bank persero adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan


(28)

12 Negara (BTN). Alasan pemilihan sampel ini adalah karena bank persero adalah bank umum yang memiliki laba bersih paling besar dibanding dengan bank lainnya pada tahun 2010-2014 (gambar 1.6).

Gambar 1.6

Jumlah Laba Bersih Perbankan Menurut Kelompok Bank (dalam Milyar Rupiah)

Sumber: www.bi.go.id

Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harmono (2012), penelitian ini dilakukan dalam tahun yang lebih lama, yaitu tiga belas tahun karena sebuah metode Structural Equation Modelling (SEM) akan efektif pada jumlah sampel antara 150 data sampai 400 data (Singgih, 2015:72). Selain itu, indikator penilaian kinerja perbankan yang digunakan adalah indikator RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital) sesuai peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011. Akan tetapi pemusatan penelitian adalah kepada bank persero sebagai sampel penelitian.

0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

2010 2011 2012 2013 2014

Laba Bersih Perbankan

Bank Persero

BUSN Devisa

BUSN Non Devisa

BPD

Bank Campuran


(29)

13 Oleh karena itu, maka penulis mengambil judul skripsi: “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada

Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014.

B. Identifikasi Masalah

1. Dalam membeli saham suatu perusahaan, investor akan melakukan berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah laporan keuangan perusahaan dan faktor fundamental makro ekonomi. Jika laporan keuangan perusahaan bagus dan keadaan fundamental makro ekonomi stabil, investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut. 2. Tingkat bunga kredit yang ditawarkan oleh bank merupakan salah satu

pertimbangan konsumen yang akan melakukan pinjaman. Artinya, tingkat bunga kredit akan menjadi acuan konsumen dimana tingkat bunga kredit ini menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Besarnya tingkat bunga kredit yang ditawarkan bank akan menjadi pertimbangan dalam memutuskan apakah konsumen akan melakukan kontrak utang dengan bank atau tidak. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja bank yang bersangkutan. Selain itu, dalam transaksi pemberian kredit baik masyarakat maupun bank tentunya akan mempertimbangkan kondisi faktor fundamental makro ekonomi yaitu inflasi, kurs dan BI rate.

3. Dalam memberikan jaminan kepada para nasabah, bank juga akan memikirkan risiko kredit yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal ini


(30)

14 dikarenakan seluruh rangkaian kredit baik penjualan maupun pengembalian kredit akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan. 4. Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki wewenang untuk

menentukan tingkat suku bunga di Indonesia serta mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter. Hal ini akan menjadi acuan oleh perbankan dalam menentukan tingkat bunga kredit yang akan ditawarkan kepada nasabah. Tingkat bunga kredit yang ditawarkan akan berpengaruh terhadap kegiatan perbankan, dimana selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap kinerja perbankan.

5. Jika ada keseimbangan antara banyaknya kredit yang disalurkan kepada nasabah dengan pengembalian kredit yang tepat waktu maka akan menghasilkan NPL, LDR, ROA, NIM, dan CAR yang baik pada perbankan.

C. Pembatasan Masalah

1. Penelitian hanya dilakukan pada bank persero 2. Penelitian dilakukan pada tahun 2002-2014

3. Faktor fundamental makroekonomi yang digunakan adalah inflasi, nilai kurs dan BI rate

4. Kinerja perbankan diukur menggunakan indikator RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earning dan Capital), akan tetapi peneliti hanya menggunakan beberapa rasio. Selain itu peneliti tidak mengambil Good Corporate Governance untuk menilai kinerja perbankan.


(31)

15

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap jenis penggunaan kredit

2. Bagaimana pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja perbankan

3. Bagaimana pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja perbankan

4. Bagaimana jenis penggunaan kredit berperan sebagai variabel intervening terhadap faktor fundamental makroekonomi dalam memengaruhi kinerja perbankan

E. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap jenis penggunaan kredit

2. Menganalisis pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja perbankan

3. Menganalisis pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja perbankan

4. Menganalisisperan jenis penggunaan kredit sebagai variabel intervening dalam faktor fundamental makroekonomi memengaruhi kinerja perbankan


(32)

16

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan ekonomi makro yang mendukung industri perbankan

2. Bagi perbankan, sebagai acuan untuk menjalankan perusahaan di masa yang akan datang

3. Bagi masyarakat, sebagai bahan bacaan dan tambahan ilmu pengetahuan

4. Bagi penulis, sebagai sarana belajar untuk mengetahui sejauh mana teori yang dapat diterapkan dalam praktik juga menambah pengetahuan penulis


(33)

17 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank

1. Pengertian Bank

Dalam keseharian, kita mengetahui bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang memediasi pembayaran, memberikan pinjaman dan mengambil simpanan dari masyarakat. Akan tetapi, pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut Mishkin (2010:7), bank adalah lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Termasuk di bawah bank jangka yang perusahaan seperti bank komersial, asosiasi simpan pinjam, bank tabungan bersama, dan serikat kredit.

Dari definisi tersebut dapat terlihat bahwa kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa lainnya. Menghimpun dana, yaitu bank mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Menyalurkan dana, yaitu melemparkan kembali dana yang diperoleh dari simpanan


(34)

18 ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Memberikan jasa lainnya, yaitu jasa yang diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. (Kasmir, 2012:13-15)

2. Fungsi Bank

Secara spesifik fungsi bank seperti yang dikemukakan oleh Budisantoso dan Triandaru (2006:9) sebagai berikut:

a. Agent of Trust (Jasa dengan Kepercayaan)

Dasar utama perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik oleh bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat dengan dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak akan menyalahgunakan pinjaman, debitur akan mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo.

b. Agent of Development (Jasa untuk Pembangunan)

Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak dapat


(35)

19 dipisahkan, karena keduanya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah kegiatan pembangunan perekonomian suatu masyarakat.

c. Agent of Service (Jasa Pelayanan)

Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank ini erat kaitannya dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.


(36)

20

3. Jenis-jenis Bank

Kasmir (2012:22) membagi jenis-jenis bank dalam beberapa segi, yaitu:

a. Dilihat dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu:

1) Bank Umum

Pengertian bank umum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”

Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada dan operasi dapat dilakukan di semua wilayah.

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Pengertian bank umum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”

Kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi


(37)

21 kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam jangkauan wilayah operasi, BPR dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya

1) Bank milik pemerintah

Di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Bank yang termasuk dalam milik pemerintah adalah BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri.

2) Bank milik swasta nasional

Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula.

3) Bank milik asing

Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.


(38)

22 4) Bank milik campuran

Bank milik campuran merupakan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia.

c. Dilihat dari Segi Status 1) Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan.

2) Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga

1) Bank Konvensional

Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu menetapkan bunga sebagai harga jual dan untuk jasa-jasa lainnya menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu.


(39)

23 2) Bank Syariah

Bank syariah menerapkan aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank syariah adalah dengan cara pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

4. Kinerja Perbankan

a. Pengertian Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. (Kasmir, 2012:280)


(40)

24

b. Pihak-pihak yang Berkepentingan

Menurut Kasmir (2012:282), pembuatan laporan keuangan bank tidak hanya ditujukan untuk manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri melainkan juga berbagai pihak seperti: 1) Pemegang Saham

Bagi pemegang saham, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode.

2) Pemerintah

Bagi pemerintahm laporan keuangan baik bagi bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan.

c. Analisis RGEC

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan model manajemen risiko menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. Jika dahulu kesehatan bank diukur dengan CAMELS yaitu Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity & Sensitivity to Market Risk, maka berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 penilaian kesehatan bank diukur


(41)

25 dengan RGEC yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings&Capital. Berikut ini adalah penjelasan dari RGEC: 1) Risk Profile

Penilaian kesehatan bank yang pertama adalah profil risiko. Faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank.

Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Karakteristik risiko inheren bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri dimana bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi. Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren atas masing-masing jenis risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Risiko yang wajib dinilai terdiri atas delapan jenis risiko.Risiko tersebut diantaranya risiko kredit, risiko pasar,


(42)

26 risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi.

(a) Risiko Kredit

Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren.

Risiko kredit dapat diukur melalui Rasio Net Performing Loan (NPL). Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh pihak bank.

= ℎ

(b) Risiko Pasar

Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif,


(43)

27 akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas.

(c) Risiko Operasional

Risiko operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.

(d) Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market


(44)

28 disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk).

Menurut Kasmir (2012: 319), risiko likuiditas bisa diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.

=

(e) Risiko Hukum

Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai.

(f) Risiko Stratejik

Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam perumusan strategi, ketidaktepatan dalam


(45)

29 implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis.

(g) Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum.

(h) Risiko reputasi

Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line).

2) Good Corporate Governance (GCG)

Dalam metode RGEC, penilaian terhadap faktor GCG didasarkan dalam tiga aspek utama yaitu governance structure, governance process, dan governance output.Berdasarkan ketetapan Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank: “governance


(46)

30 structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite.Governance process mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Governance output mencakup transaparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip Transparancy, Accountability, Responsibility, Indepedency, dan Fairness (TARIF)”.

Akan tetapi pada penilitian kali ini, peneliti tidak menggunakan Good Corporate Governance sebagai alat ukur penelitian.

3) Earnings

Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat, tren, struktur, stabilitas rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif


(47)

31 maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.

Return on Asset (ROA)

Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi berarti menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manejemen.

� =

Sumber: (Mishkin, 2010:232)  Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.


(48)

32 4) Capital

Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap kecukupan permodalan dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut. Untuk mengukur penilaian permodalan dibutuhkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR menggambarkan rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.

� =

Penilaian kesehatan bank dapat dikategorikan dengan 5 komposit. Berikut matriks peringkat komposit tingkat kesehatan bank:


(49)

33 Tabel 2.1

Matriks Peringkat Komposit

Peringkat Penjelasan

PK 1 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat

mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan.

PK 2 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.

PK 3 Mencerminkan kondisi bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup

mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank. PK 4 Mencerminkan kondisi Bank yang secara

umum kurang sehat, sehingga dinilai

kurang mampu menghadapi pengaruh

negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan


(50)

34 permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta mengganggu kelangsungan usaha Bank.

PK 5 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak

mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dari faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan secara umum

sangat signifikan sehingga untuk

mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan Bank.

(Sumber: Lampiran SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011)

B. Kredit

1. Pengertian Kredit

Kata kredit erat kaitannya sebagai pinjaman yang dibayar dengan angsuran.Menurut Kasmir (2012:80), dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar dengan cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian.

Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan


(51)

35 pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Dapat diambil simpulan bahwa kredit berhubungan dengan unsur pinjam meminjam, kesepakatan, jangka waktu dan bunga.

2. Unsur-unsur Kredit

Menurut Kasmir (2012:84), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

a. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu di masa datang.

b. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

c. Jangka waktu

Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati.

d. Risiko

Faktor risiko kerugian dapat dilibatkan dua hal, yaitu risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja atau tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja, yaitu terjadinya


(52)

36 musibah seperti bencana alam. Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar risiko tidak tertagih, demikian sebaliknya.

e. Balas jasa

Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi kredit merupakan keuntungan utama bank, sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

3. Jenis Penggunaan Kredit

Menurut Kasmir (2012:85), tiga jenis penggunaan kredit antara lain: a. Kredit Investasi

Kredit investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. Contoh kredit investasi adalah pinjaman untuk membangun pabrik atau membeli mesin.

b. Kredit Modal Kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang


(53)

37 berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicarikan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada.

c. Kredit Konsumsi

Kredit konsumsi merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha.

C. Faktor Fundamental Makroekonomi

Faktor fundamental makroekonomi merupakan faktor lingkungan yang berasal dari eksternal perusahaan dimana keberadaannya tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan. Meskipun begitu faktor fundamental makroekonomi mempengaruhi kinerja perusahaan dan nilai perusahaan. Tiga faktor fundamental makroekonomi yaitu:

1. Inflasi

Inflasi merupakan salah satu indikator fundamental makroekonomi. Secara umum inflasi diartikan sebagai gejala kenaikan harga barang dan jasa di masyarakat yang bersifat umum dan terus-menerus.

Inflasi adalah peningkatan tingkat harga keseluruhan. Inflasi terjadi ketika banyak harga naik secara serentak. Kita mengukur


(54)

38 inflasi dengan melihat jumlah barang dan jasa yang besar serta menghitung peningkatan rata-rata harganya selama beberapa periode waktu. (Case dan Fair, 2007:57)

Berdasarkan situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Tidak hanya dihitung berdasarkan perubahan harga satu atau dua barang saja, tetapi inflasi juga dihitung melalui perubahan indeks harga barang dan jasa. Perubahan indeks harga barang dan jasa sering dipakai dalam sebuah rumah tangga dalam jangka waktu tertentu dengan Indeks Harga Konsumen (IHK).

a. Penyebab Inflasi

Dua tipe inflasi yang di dapat dari hasil kebijakan stabilisasi adalah:

1) Tarikan Permintaan (demand pull inflation)

Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian.


(55)

39 2) Dorongan Biaya (Cost push inflation)

Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.Cost push inflation disebut fenomena moneter karena tidak dapat terjadi tanpa otoritas moneter dengan mengejar kebijakan akomodatif dari tingkat yang lebih tinggi dari pertumbuhan uang (Mishkin, 2010:646).

Namun pada situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), penyebab inflasi juga dapat terjadi pada ekspektasi inflasi (Inflation Expectation). Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung


(56)

40 kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan permintaan.

b. Cara Pengukuran Tingkat Inflasi

� = �− �−

�− × %

Dimana:

� = laju inflasi periode t � = IHK periode t �− = IHK periode t-1

2. Tingkat Suku Bunga

Dalam keseharian, tingkat suku bunga sering dikaitkan dengan jumlah persentase. Dalam pengertiannya sendiri, tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman (Case dan Fair, 2007:153).

Menurut situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan


(57)

41 oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Kebijakan inilah yang biasanya dijadikan acuan oleh bank-bank di Indonesia dalam membuat keputusan operasional bank.

Penentuan BI rate biasanya ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilakukan secara triwulanan yaitu pada bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Hasil rapat berlaku selama triwulan berjalan dengan mempertimbangkan rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijaksanaan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi.

Tingkat suku bunga merupakan variabel makroekonomi yang penting. Hal ini disebabkan karena tingkat suku bunga merupakan harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan.

Tingkat suku bunga dapat dikatakan sebagai penggerak kegiatan ekonomi, hal ini dapat dilihat dari hubungan antara tingkat suku bunga, investasi dan pendapatan nasional. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang negatif atau berlawanan, dimana ketika suku bunga tinggi, maka tingat investasi rendah, dan terjadi sebaliknya. Sedangkan kenaikan investasi akan meningkatkan agregat ekonomi dan pendapatan nasional. Tingkat bunga dari sudut pandang investor merupakan pendapatan dari dana yang investasikan, sehingga jika tingkat bunga deposito naik, investor lebih memilih dananya disimpan dalam bentuk deposito, akibatnya kegiatan investasi di sektor riil menurun. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan


(58)

42 merupakan konsep biaya akibat penggunaan dana untuk kegiatan operasi perusahaan, sehingga jika tingkat suku bunga kredit naik, maka biaya modal menjadi tinggi, akibatnya kegiatan operasi perusahaan menurun. (Bambang, 2010:229)

3. Nilai Tukar/Kurs

Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.Kurs valuta asing (harga mata uang satu negara dalam hal ini lain) adalah penting karena mereka mempengaruhi harga barang produksi dalam negeri yang di jual di luar negeri dan biaya barang asing yang di beli di dalam negeri (Mishkin, 2010:522).

Sistem nilai tukar dalam sistem keuangan internasional diklasifikasikan menjadi dua tipe dasar: tetap dan mengambang. Dalam sistem nilai tukar perbaikan, nilai mata uang dipatok relatif terhadap nilai satu mata uang lainnya (disebut mata uang jangkar/anchor currency) sehingga nilai tukar tetap dalam hal anchor currency. Dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai mata uang ini dibiarkan berfluktuasi terhadap semua mata uang lainnya. Ketika negara-negara campur tangan dalam pasar valuta asing dalam upaya untuk mempengaruhi nilai tukar mereka dengan membeli dan menjual


(59)

43 aset asing, sistem ini disebut sebagai sistem nilai tukar mengambang (atau dirty float). (Mishkin, 2010:536)

Di Indonesia, sistem nilai tukar mata uang dibolehkan berbeda terhadap yang lain atau dikenal dengan ‘sistem nilai tukar mata uang mengambang’. Dalam hal ini mata uang ditentukan berdasarkan kekuatan-kekuatan pasar atas permintaan dan penawaran.

Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar dari waktu ke waktu akan berpengaruh pada ketidakstabilan harga saham. Hal ini disebabkan karena seorang investor akan memiliki keraguan untuk menanam saham sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun.

Fluktuasi nilai tukar juga mempengaruhi inflasi dan output, dan menjadi perhatian penting bagi para pembuat kebijakan moneter. Ketika mata uang domestik jatuh di nilai (depresiasi), harga yang lebih tinggi dari barang impor akan langsung ke tingkat harga yang lebih tinggi dan inflasi. Pada saat yang sama, mata uang domestik menurun, yang membuat barang negeri (ekspor) lebih murah untuk orang asing, meningkatkan permintaan untuk barang-barang domestik dan menyebabkan produksi dan output yang lebih tinggi. (Mishkin, 2010:499)

Penargetan nilai tukar memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai strategi kebijakan moneter. (Mishkin, 2010:559)


(60)

44 Keuntungan:

a. Langsung membuat inflasi di bawah kendali dengan mengikat tingkat inflasi untuk barang yang diperdagangkan secara internasional dengan yang ditemukan di negara jangkar kepada mata uang yang dituju

b. Memberikan aturan otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter yang membantu mengurangi masalah waktu inkonsistensi

c. Sederhana dan jelas

Kelemahan:

a. Mengakibatkan hilangnya kebijakan moneter yang independen

b. Meninggalkan negara terbuka untuk serangan spekulatif c. Dapat melemahkan akuntabilitas kebijakan karena sinyal

nilai tukar hilang

D. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Jenis

Penggunaan Kredit

Perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan. Apabila perekonomian sedang mengalami kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan


(61)

45 meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal perusahaan untuk melakukan investasi. Ini semua akan meningkatkan aktifitas konsumsi dan investasi sehingga aktifitas perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi. (www.bi.go.id)

E. Hubungan Jenis Penggunaan Kredit terhadap Kinerja Perbankan

Kenaikan suku bunga dimaksudkan untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat untuk mengurangi inflasi. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga asset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk menaikkan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi.

Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat menunda kegiatan konsumsi karena memilih menyimpan dana di bank. Kenaikan suku bunga simpanan akan meningkatkan biaya dana bank. (Kompas, 13 November 2013)

Suku bunga simpanan yang tinggi akan menyebabkan kenaikan suku bunga pinjaman. Kenaikan suku bunga pinjaman dimaksudkan agar margin tidak tertekan. Oleh sebab itu, suku pinjaman dinaikkan agar bank bisa terhindar dari kerugian karena kenaikan cost of fundyang akan berdampak pada penurunan kinerja bank.


(62)

46

F. Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja

Perbankan

Menurut Bambang (2010:83), faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat besar jika terjadi perubahan. Kondisi makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs akan memengaruhi kinerja perbankan. Hal ini disebabkan karena ukuran baik atau tidaknya kinerja perbankan tergantung dari kondisi makroekonomi pada saat itu. Kondisi tersebut adalah apabila terlalu banyak uang yang masuk ke masyarakat maka akan menimbulkan keinginan masyarakat untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah barang yang tidak seimbang dengan permintaan pasar menyebabkan harga barang naik sehingga terjadi inflasi serta apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dapat memengaruhi kondisi perekonomian dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang suatu negara).


(63)

47

G. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Model

Analisis Persamaan Perbedaan

X Y

1. Angela Roman dan Alina Camelia Sargu (2015) Capital adequacy, assets quality, manage-ment quality and profitability Liquidity

risk Regresi

Mengana-lisis risiko likuiditas Mengguna-kan faktor eksternal (makro-ekonomi) sebagai variabel independen 2. Claudiu Tiberiu A (2015) Financial Soundness Indicators Banks’

profitability Data Panel

Mengana-lisis tingkat kesehatan bank Menambah-kan penilaian profitabili-tas bank dan faktor makro-ekonomi 3. Fekri Ali, et al (2015) Efficiency Discretio-nary loans/finan-cial loss provision Data Panel Mengguna-kan faktor makro-ekonomi pada variabel independen dan mengana-lisis faktor makro-ekonomi terhadap pinjaman Tidak memban-dingkan antara perbankan syariah dan konven-sional 4. Guilher-me Jonas dan Livia Abrao (2015) Basic interest rate and bank competition Banking

spread Data Panel

Mengana-lisis faktor makro-ekonomi terhadap personal credit Menambah-kan kredit investasi dan kredit konsumsi serta tidak memban-dingkan antara


(64)

48

No Peneliti Variabel Model

Analisis Persamaan Perbedaan

X Y

faktor mikro dan makro-ekonomi 5. Libena Cerno-horska (2015) Monetary policy Bank

stability Regresi

Mengana-lisis pengaruh kebijakan moneter terhadap stabilitas bank Tidak memban-dingkan antara dua bank 6. Loana-Raluca Diaconu dan Dumitru-Cristian Oanea (2015) Bank manage-ment policy and decision, Macro-economic

Profitabity Regresi

Mengana-lisis pengaruh makro-ekonomi terhadap profitabi-litas bank Menempat-kan bank manage-ment policy and decision pada variabel dependen 7. Suna Korkmaz (2015) Economic growth and inflation

Bank credit Data Panel

Mengana-lisis pengaruh inflasi terhadap kredit bank Tidak mengguna-kan economic growth, tetapi mengguna-kan BI rate dan kurs sebagai variabel independen 8. Syed Qasim Shah dan Rizwan Jan (2014) Bank size, asset manage-ment, and operational efficiency Financial perfor-mance Regresi Mengana-lisis kinerja keuangan bank Menam-bahkan faktor lain pada kinerja keuangan dan perbedaan variabel independen


(65)

49

No Peneliti Variabel Model

Analisis Persamaan Perbedaan

X Y

9. Bogdan Florin Filip (2013) GDP, Inflation and Unemploy-ment

NPL Regresi

Mengana-lisis pengaruh faktor makro-ekonomi terhadap NPL Mengguna-kan inflasi, BI rate dan kurs sebagai faktor makro-ekonomi 10. Gugliel-mo Maria Caporale et al (2013) Macro-economic Determi-nants

Bad Loans Data Panel

Mengana-lisis faktor makro-ekonomi terhadap jenis penggunaan kredit Tidak memban-dingkan antar jenis penggunaan kredit 11. Lobna Abid et al (2013) Macro-economics and Bank Specific Determi-nants

NPL Data Panel

Mengana-lisis pengaruh faktor fundamental makro dan faktor spesifik bank terhadap NPL Menambah-kan ukuran kinerja bank yang lain selain NPL serta tidak memban-dingkan antara faktor makro-ekonomi dan faktor spesifik bank

12. Nir Klein (2013) Macro-economic Conditions and Bank’s Specific Factors

NPL Data Panel

Mengana-lisis hubungan faktor fundamental makro-ekonomi dengan NPL Menambah-kan ukuran kinerja bank yang lain selain NPL serta tidak memban-dingkan antara faktor makro-ekonomi


(66)

50

No Peneliti Variabel Model

Analisis Persamaan Perbedaan

X Y

dan faktor spesifik bank

13. Harmono (2012)

Faktor Fundamen-tal Makro Kinerja Bank Structural Equation Modelling (SEM) Mengana-lisis faktor fundamental makro terhadap kinerja bank dengan jenis penggunaan kredit sebagai variabel intervening Dimensi yang digunakan dalam kinerja bank adalah RGEC dan mengguna-kan tahun penelitian lebih banyak 14. Bambang Sudiyat-no (2012) Faktor Fundamen-tal Makro-ekonomi, Risiko Sistematis, Kebijakan Perusahaan Kinerja Perusahaan Analisis Jalur Mengana-lisis faktor fundamental makro-ekonomi terhadap kinerja perusahaan Tidak mengana-lisis risiko sistematis dan kebijakan perusahaan 15. Marcello Bofondi dan Tiziano Ropele (2011) Macro-economics Determi-nants

Bad Loans Data Panel

Mengana-lisis faktor makro-ekonomi terhadap jenis penggunaan kredit Tidak memban-dingkan antar jenis penggunaan kredit 16. Olubayo Thomas et al (2011) Financial Sektor Reforms Bank Perfor-mance Data Panel Mengana-lisis suku bunga dan nilai tukar terhadap kinerja bank Tidak mengana-lisis bagaimana karakteris-tik dan industri bank intern struktur mempenga-ruhi kinerja


(67)

51

No Peneliti Variabel Model

Analisis Persamaan Perbedaan

X Y

bank 17. Dimi- trios P. Louzis et al (2010) Macrofun-damentals and manage-ment quality

NPL Data Panel

Mengana-lisis pengaruh faktor fundamental makro terhadap NPL Menambah-kan faktor lain untuk kinerja bank dan tidak memban-dingkan antar jenis pinjaman 18. Fadzlan Sufian dan Muzafar Shah Habi-bullah (2010) Impact of financial crisis Bank Perfor-mance Panel Data Mengana-lisis kinerja bank Mengguna-kan faktor fundamen-tal makro sebagai variabel independen 19. İnci Ötker-Robe dan Jiri Podpiera (2010) Fundamen-tals Determi-nants CAMEL and Market Risk Panel Data Mengana-lisis faktor fundamental makro-ekonomi terhadap kinerja bank Tidak memban-dingkan antar CAMEL dan market risk 20. Lucas Njoroge dan Anne Wangari Kamau (2010) Macro-economic develop-ments Perfor-mance, credit quality and lending behavior of bank Panel Data Mengana-lisis faktor fundamental makro-ekonomi terhadap kinerja bank Tidak mengana-lisis perilaku pinjaman bank


(68)

52

H. Kerangka Berfikir

Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadapKinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di

Indonesia selama tahun 2002-2014

� �

Nilai

Perusahaan (Z)

� � �

Faktor Fundamental Makro (X1)

Kinerja

Perbankan (Y)

Metode: Structural Equation Modelling (SEM)

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implementasi dan Saran Faktor

Fundamental Makro

Kinerja Perbankan

Jenis Penggunaan

Kredit

INF BI RATE KURS

KI KMK KK

NPL LDR ROA NIM CAR


(69)

53

I. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara variabel-variabel yang dijabarkan sebelumnya. Hipotesis penelitian ini adalah:

= faktor fundamental makro berpengaruh terhadap jenis penggunaan kredit

= jenis penggunaan kredit berpengaruh terhadap kinerja perbankan

= faktor fundamental makro berpengaruh terhadap kinerja perbankan

= jenis penggunaan kredit berpengaruh dan berperan sebagai variabel intervening terhadap variabel faktor fundamental makro dalam memengaruhi kinerja perbankan


(70)

54 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series. Data yang diperlukan adalah kinerja keuangan bank pemerintah, tingkat inflasi, BI rate, kurs, tingkat suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi yang diambil dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia selama tahun 2002 hingga 2014 serta kinerja bank persero dari Statistik Perbankan Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Variabel di dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu Faktor Fundamental Makroekonomi, variabel intervening yaitu Jenis Penggunaan Kredit dan variabel dependen yaitu Kinerja Perbankan.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah data bank persero di Indonesia selama Januari 2002 sampai Desember 2014. Data yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan adalah bank persero yang beroperasi selama periode penelitian. Adapun bank persero di Indonesia antara lain Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan Negara (BTN).


(71)

55

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini pengumpuluan data dilakukan dengan cara:

1. Studi literatur dan kepustakaan, bertujuan untuk dapat menganalisa secara teoritis terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan penulisan dengan membaca skripsi, studi kepustakaan dilakukan dengan membaca berbagai text book, jurnal-jurnal publikasi, artikel-artikel yang relevan, dan sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder. 2. Data sekunder, merupakan data yang tidak langsung memberikan data

kepada peneliti. Data ini dapat diperoleh dari kinerja keuangan bank persero, tingkat inflasi, kurs dan BI rate yang diambil dari Statistik Perbankan Indonesia selama tahun 2002 hingga 2014 serta kebijakan moneter Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

D. Metode Analisis Data

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dan pengolahan data menggunakan software LISREL 8.3.

1. Menentukan Degree of Freedom

Menghitung degree of freedom (df) adalah dengan jumlah data yang diketahui dikurangi jumlah parameter yang diestimasi (Setyo, 2015:50). Atau secara matematis dapat di jelaskan dengan rumus:

= [ . + − ]


(72)

56 P = jumlah variabel manifest pada sebuah model

K = jumlah parameter yang akan diestimasi (Singgih, 2015:55)

Dengan menghitung degree of freedom (df), dapat diketahui dalam kategori identifikasi apakah model tersebut. Degree of freedom (df) negatif dikategorikan model yang under-identified, degree of freedom (df) nol dikategorikan model yang just-identified dan degree of freedom (df) positif dikategorikan model yang over-identified.

Menurut Hair et al (1989) dalam Setyo (2015:50) pada SEM, kita berusaha untuk memperoleh model yang over-identified dan menghindari model yang under-identified. Meskipun demikian jika ada indikasi permasalahan yang berkaitan dengan identifikasi, kita perlu melihat sumber-sumber kesalahan yang sering terjadi.

2. Melakukan Estimasi

Tahap berikutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh nilai dari parameter-parameter yang ada di dalam model. Peneliti harus meminimasi fungsi F yang memenuhi kondisi yang akan menhasilkan estimator yang konsisten. Beberapa jenis fungsi yang diminimisasikan F adalah:

a. Maximum Likelihood

� = |∑ θ | + ( ∑− � ) − | | − + b. Weighted Least Square (WLS) Estimator


(73)

57

3. Uji Kecocokan

a. Uji Kecocokan Keseluruhan Model

Uji kecocokan keseluruhan model (Goodness of Fit) yang digunakan adalah ukuran kecocokan absolute di mana alat ukur nya adalah:

o Chi-square (

� = − [ , ∑ � ]

Peneliti berusaha memperoleh nilai � yang rendah yang menghasilkan significance level lebih besar atau sama dengan 0.05 (p ≥ 0.05).

o Non-Centrality Parameter (NCP)

= � −

NCP juga merupakan ukuran badness of fit dimana semakin besar perbedaan antara ∑ dengan ∑( � semakin besar nilai NCP.

o Scaled Non-Centrality Parameter (SNCP)

= � − /

o Goodness-of-Fit Index (GFI)

= − ̂

Nilai GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit), dan nilai GFI ≥ 0.90 merupakan good fit.


(74)

58 Model yang mempunyai kecocokan baik (good fit) aka mempunyai nilai Standardized RMR lebih kecil dari 0.05. o Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

� = √̂

Nilai RMSEA ≤ 0,05 menandakan close fit, sedangkan 0,05 < RMSEA ≤ 0,08 menunjukkan good fit.

o Single Sampe Validation Index / Expected Cross-Validation Index (ECVI)

� = + −

ECVI digunakan untuk perbandingan model dan semakin kecil nilai ECVI sebuah model semakin baik tingkat kecocokannya.

b. Uji Kecocokan Model Pengukuran

Uji kecocokan model pungukuran diukur melalui uji validitas. Validitas merupakan alat yang menguji apakah sebuah ukuran berhubungan dengan sebuah konsep. Validitas berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang seharusnya diukur (Setyo, 2015:75).

Menurut Rigdon dan Ferguson (1991) dalam Setyo (2015:76), suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya, jika:


(1)

103 Total and Indirect Effects

Total Effects of KSI on ETA

FM --- JPK 1.00 (0.03) 29.06

KP 1.00 (0.03) 29.51

Indirect Effects of KSI on ETA

FM --- JPK - -

KP 1.00 (0.03) 29.51


(2)

104 Total Effects of ETA on ETA

JPK KP --- --- JPK - - - -

KP 1.00 - - (0.04)

22.82

Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is 1.000

Total Effects of ETA on Y

JPK KP --- --- KMK 0.97 - -

KI 0.98 - - (0.05)

18.80


(3)

105 (0.05)

18.62

NPL 0.71 0.71 (0.03)

22.82

LDR -0.94 -0.94 (0.06) (0.08) -14.75 -11.68

ROA -0.80 -0.80 (0.06) (0.07) -13.84 -11.35

NIM -0.60 -0.60 (0.05) (0.06) -11.50 -9.79

CAR 0.77 0.77 (0.06) (0.07) 13.45 11.06

Indirect Effects of ETA on Y


(4)

106 --- ---

KMK - - - -

KI - - - -

KK - - - -

NPL 0.71 - - (0.03)

22.82

LDR -0.94 - - (0.06)

-14.75

ROA -0.80 - - (0.06)

-13.84

NIM -0.60 - - (0.05)

-11.50

CAR 0.77 - - (0.06)


(5)

107 Total Effects of KSI on Y

FM --- KMK 0.97 (0.03) 29.06

KI 0.98 (0.04) 27.80

KK 0.96 (0.04) 27.29

NPL 0.71 (0.02) 29.51

LDR -0.94 (0.06) -16.05

ROA -0.80 (0.05)


(6)

108 -14.90

NIM -0.60 (0.05) -11.92

CAR 0.77 (0.05) 14.41

The Problem used 19024 Bytes (= 0.0% of Available Workspace)


Dokumen yang terkait

Responsifitas Kredit Investasi Terhadap Variabel Makroekonomi dan Perbankan Pada Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Non Devisa

3 37 239

Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia

4 14 154

PENGARUH FAKTOR MAKRO TERHADAP TINGKAT KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA PERIODE 2002–2010 PENGARUH FAKTOR MAKRO TERHADAP TINGKAT KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA PERIODE 2002-2010.

0 3 15

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 2 17

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 3 18

Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Saham

0 0 3

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 0 16

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 3 11

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

0 0 15