Analisis Model Pengukuran Analisis dan Pembahasan

75  GFI menghasilkan nilai 0,99 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter GFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit.  IFI menghasilkan nilai 1,00 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter IFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit.  NFI menghasilkan nilai 0,98 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter NFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit.  CFI menghasilkan nilai 1,00 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter CFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit. Berdasarkan hasil diatas, semua indikator telah menunjukkan model yang fit. Oleh karena itu, maka pengujian hipotesis teori dapat dilakukan. Secara umum dalam uji model SEM salah satu saja dari syarat yang ditentukan meliputi Chi-square, CMINDF, AGFI, TLI, CFI dan RMSEA terpenuhi, sudah dapat dikatakan modelnya fit dan dapat dijadikan untuk analisis tahap berikutnya Harmono, 2012.

2. Analisis Model Pengukuran

Setelah kecocokan model dan data secara keseluruhan adalah baik, maka langkah selanjutnya adalah evaluasi atau uji kecocokan model pegukuran. Evaluasi ini akan kita lakukan terhadap setiap 76 konstruk atau model pengukuran hubungan antara sebuah variabel laten dengan beberapa variabel teramatiindikator melalui evaluasi terhadap validitas. Setyo, 2015:75 Gambar 4.1 Uji t Gambar diatas menunjukkan keseluruhan variabel memiliki nilai t-values ≥ 1,96. Berikut penjelasan masing-masing hasil uji t:  Faktor Fundamental Makroekonomi FM terhadap Jenis Penggunaan Kredit JPK Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar 29,06 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96.Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fundamental makreokonomi FM berpengaruh terhadap jenis penggunaan kredit JPK. 77  Jenis Penggunaan Kredit JPK terhadap Kinerja Perbankan KP Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar 22,82 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa jenis penggunaan kredit JPK berpengaruh terhadap kinerja perbankan KP.  Faktor Fundamental Makroekonomi FM terhadap Kinerja Perbankan KP Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar 29,51 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fundamental makreokonomi FM berpengaruh terhadap kinerja perbankan KP. Selain melalui uji-t, validitas juga dilihat dari muatan faktor standarnya. Suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya jika memiliki t-values ≥ 1,96 dan SFL tidak lebih dari satu Setyo, 2015:76. 78 Gambar 4.2 Estimate Loading Factor Gambar diatas menunjukkan hasil estimasi dan muatan faktor standar standardized factor loading. Dapat terlihat dari gambar diatas bahwa keseluruhan variabel memiliki standardized factor loading tidak lebih dari satu.  Inflasi INF, BI rate dan kurs terhadap faktor fundamental makroekonomi FM Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes inflasi INF, BI rate dan kurs dapat memberi kontribusi signifikan terhadap laten faktor fundamental makroekonomi FM. Adapun besarnya kontribusi masing-masing manifes terhadap laten faktor fundamental makroekonomi FM adalah 79 inflasi memiliki factor loading sebesar 0,48; BI rate memiliki factor loading sebesar 0,84; dan kurs memiliki factor loading sebesar -0,38. Variabel yang dominan dalam berkontribusi terhadap laten faktor fundamental makroekonomi FM adalah BI rate . Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Harmono 2012 dimana variabel yang dominan adalah BI rate kemudian inflasi dan kurs. Hal ini disebabkan karena BI rate menjadi acuan bagi perbankan dalam menentukan besarnya tingkat suku bunga maupun masyarakat dalam menentukan pertimbangan untuk melakukan pinjaman. Besarnya kontribusi inflasi terhadap faktor fundamental makroekonomi dapat dilihat dengan inflasi yang mampu mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi semangat kepada para pengusaha untuk meningkatkan produksinya. Sehingga hal ini akan berdampak pada iklim investasi dan sector usaha yang membaik. Dalam penelitian ini, variabel kurs memberikan kontribusi negatif terhadap laten faktor fundamental makroekonomi FM. Artinya,semakin tinggi kurs maka akan menurunkan faktor fundamental makroekonomi FM. Besarnya kontribusi kurs terhadap faktor fundamental makroekonomi FM dapat tercermin pada menurunnya nilai rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan- 80 bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatnya suku bunga. Selain itu, menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong pengusaha untuk melakukan ekspor.  Kredit modal kerja KMK, kredit investasi KI dan kredit konsumsi KK terhadap jenis penggunaan kredit JPK Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes kredit modal kerja KMK, kredit investasi KI dan kredit konsumsi KK dapat memberi kontribusi signifikan terhadap laten jenis penggunaan kredit JPK. Adapun besarnya kontribusi masing-masing manifes terhadap laten jenis penggunaan kredit JPK adalah KMK memiliki factor loading sebesar 0,97; KI memiliki factor loading sebesar 0,98; dan KK memiliki factor loading sebesar 0,96. Variabel yang memiliki kontribusi dominan terhadap laten jenis penggunaan kredit JPK adalah kredit investasi KI. Hal ini sama dengan penelitian Harmono 2012 bahwa yang mencerminkan respon masyarakat terhadap produk perbankan lebih pada kredit investasi KI dibanding kredit modal kerja KMK dan kredit konsumsi KK. Ini menandakan respon masyarakat terhadap kredit investasi KI, kredit modal kerja KMK, dan kredit konsumsi KK sangat ditentukan oleh kondisi riil bidang usaha dan konsumsi sehari-hari. Jika terdapat kesempatan yang 81 menguntungkan, maka masyarakat akan merespon positif terhadap kredit perbankan.  NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR terhadap kinerja perbankan KP Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR dapat memberi kontribusi signifikan terhadap laten kinerja perbankan KP. Adapun besarnya kontribusi masing-masing manifes terhadap laten kinerja perbankan adalah NPL memiliki factor loading sebesar 0,71; LDR memiliki factor loading sebesar -0,94; ROA memiliki factor loading sebesar -0,80; NIM memiliki factor loading sebesar -0,60; dan CAR memiliki factor loading sebesar 0,77. Variabel yang memiliki kontribusi dominan terhadap laten kinerja perbankan KP adalah CAR. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Harmono 2012 dimana variabel yang dominan adalah CAR. Namun berbeda dengan urutan selanjutnya, variabel yang dominan terhadap laten kinerja perbankan KP setelah CAR adalah NPL, NIM, ROA dan LDR. Besarnya kontribusi CAR menandakan bahwa rasio kecukupan modal yang baik akan mendukung operasional bank. Hal ini dikarenakan CAR menggambarkan rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan di hadapi oleh bank. 82 Besar kecilnya CAR kemudian akan berdampak pada NPL. Semakin tinggi CAR, maka semakin besar kemampuan bank dalam meminimalisir risiko kredit yang terjadi sehingga kredit bermasalah yang terjadi dalam bank akan semakin rendah dengan besarnya cadangan dana yang diperoleh dari perbandingan modal dan aktiva tertimbang menurut risiko Astrini, 2014. Oleh sebab itu, wajar jika hasil penelitian menunjukkan bahwa NPL berada setelah CAR dalam berkontribusi terhadap laten kinerja perbankan KP. Namun dalam penelitian ini variabel ROA, NIM dan LDR memberikan kontribusi negatif terhadap laten kinerja perbankan KP. Artinya, semakin tinggi ROA, NIM dan LDR maka akan menurunkan nilai kinerja perbankan KP. Hal ini wajar bagi variabel LDR, karena apabila semakin tinggi LDR maka menunjukkan bahwa suatu bank telah meminjamkan dana dalam jumlah besar yang menandakan bahwa kinerja bank turun bank tersebut dapat dikatakan tidak likuid. Berbeda dengan ROA dan NIM yang seharusnya memiliki kontribusi positif terhadap kinerja perbankan KP. Pada umumnya, dengan tingginya variabel ROA dan NIM maka akan meningkatkan nilai kinerja perbankan KP, oleh karena itu perlu dijadikan kajian lebih lanjut terkait variabel ini. 83

3. Pengujian Hipotesis

Dokumen yang terkait

Responsifitas Kredit Investasi Terhadap Variabel Makroekonomi dan Perbankan Pada Bank Persero dan Bank Umum Swasta Nasional Devisa dan Non Devisa

3 37 239

Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia

4 14 154

PENGARUH FAKTOR MAKRO TERHADAP TINGKAT KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA PERIODE 2002–2010 PENGARUH FAKTOR MAKRO TERHADAP TINGKAT KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA PERIODE 2002-2010.

0 3 15

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 2 17

PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP PROFITABILITAS PERBANKAN SYARIAH Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2013.

0 3 18

Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Saham

0 0 3

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 0 16

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 0 2

Pengaruh Intellectual Capital terhadap Nilai Intrinsik Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Perbankan di Indonesia

0 3 11

PENGARUH MODAL INTELEKTUAL TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN KINERJA KEUANGAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2010-2014

0 0 15