menganggap mereka sudah lahir di Indonesia dan menjadi warga Negara Indonesia. Seperti menurut salah satu pengakuan informan Nirmala Rauter, 50
Tahun mengatakan bahwa : “Kebudayaan saya memang India, tapi saya orang Indonesia”.
Dari pernyataan salah seorang dari keturunan India dapat menjelaskan bahwa mereka lebih mampu beradaptasi dengan penduduk pribumi dibandingkan warga
keturunan Cina. Dalam pandangan kaum awam, warga keturunan di Medan cenderung eksklusif dan relatif kurang bergaul dengan penduduk pribumi.
Sementara pada awalnya orang-orang Cina yang datang ke Medan juga sebagai kuli perkebunan, tetapi kemudian saat ini telah berkembang menjadi satu
kelompok yang menguasai perekonomian. Sementara orang-orang keturunan India yang juga datang dalam kurun
waktu yang sama dan dengan status yang sama, tetapi tidak memperlihatkan kemajuan penguasaan ekonomi semaju yang diraih orang Cina.
2.1.2. Hubungan Sosial di Bidang Keagamaan
Adaptasi yang dilakukan oleh warga Tamil pasti akan menimbulkan hubungan sosial di tengah masyarakat di Kampung Kubur, hubungan sosial
tersebut diantaranya adanya hubungan di bidang keagamaan. Hubungan tersebut dengan sendirinya akan muncul di tengah masyarakat akibat faktor kesamaan dari
agama yang mereka yakini. Tetapi sejauh ini tidak ada organisasi yang dapat menghimpun warga Tamil dalam satu kesatuan. Mereka pada umumnya lebih
terikat oleh kesatuan berdasarkan agama, terutama dikalangan penganut Hindu, Budha dan Katolik. Sementara mereka yang beragama Islam Muslim lebih
Universitas Sumatera Utara
cenderung melebur menjadi komunitas muslim dimana mereka tinggal atau bermukim.
Adapun bentuk beradaptasi yang dilakukan warga Tamil di Kota Medan dalam bidang keagamaan adalah bagi penganut agama Hindu mereka terhimpun
dalam satu wadah yaitu Kuil yang terdapat di Kota Medan. Semua penganut Hindu yang juga bukan dari Warga Tamil saja secara kultural menyatu dalam
suatu perhimpunan Shri Mariamman Kuil. Shri Mariamman Kuil ini terletak di daerah Kampung Madras dimana kuil ini dibangun pada tahun 1884. Kuil Shri
Mariamman merupakan sebuah payung atau tonggak bagi kuil-kuil lain yang terdapat di Kota Medan.
Hampir semua kuil yang dibangun warga Tamil di Kota Medan menggunakan nama Shri Mariamman, yang mana ini juga menghimpun pemuda-
pemudi yang aktif di kuil dalam sebuah perhimpunan muda-mudi kuil. Bagi warga Tamil yang beragama Budha mereka terhimpun dalam suatu wadah yaitu
Vihara dan Organisasi yang disebut Adi-Dravida Sabah, sementara untuk kaum remaja mereka tergolong kedalam sebuah organisasi bernama muda-mudi Budha
Tamil. Kaum Budha Tamil juga memiliki sejumlah Vihara sebagai tempat beribadah, diantaranya adalah Vihara Badhi Gaya dan Vihara Lokasanti yang
berada di Kampung Anggrung serta Vihara Ashoka yang berada di Kawasan Polonia, dan sejumlah Vihara di tempat-tempat lain. Kaum Budha Tamil secara
kelembagaan menyatu dalam suatu wadah Perwalian Umat Budha Indonesia Walubi yang berpusat di Vihara Borobudur.
Universitas Sumatera Utara
Warga Tamil Katolik memiliki sebuah gereja Katolik yang dibangun pada tahun 1912, yang anggotanya sebagian besar tergolong Tamil Adi – Dravida.
Tengku Lukman Sinar 2001:76 menyebutkan bahwa sejak tahun 1912 telah ada missionaris Katolik Khusus untuk orang-orang India Tamil di Medan ada juga
sebuah gereja lain yang dibangun pada tahun 1935 oleh seorang Pastor Reverend Father James Sami, 1980:83. Ada juga Warga Tamil Kristen dan Katolik yang
bermukim di sebuah lokasi yang disebut Kampung Kristen. Pastor James Bharata Putra datang ke Indonesia pada tahun 1967 dan bertugas di Medan sejak 1972,
saat itu Pastor James Bharata Putra pernah mendirikan sekolah khusus untuk orang-orang India Tamil yang miskin dengan nama Lembaga Sosial dan
Pendidikan Karya Dharma. Namun saat ini sekolah itu telah di ambil oleh Yayasan Don Bosco, dan
menjadi sebuah sekolah dasar dengan St. Thomas, kemudian Pastor James membeli sebidang tanah di kawasan Tanjung Selamat pada 1979 yang
direncanakan untuk tempat pemukiman baru bagi orang-orang Tamil Katolik yang tinggal disekitar Jl. Hayam Wuruk. Pada tahun 2001 Pastor James juga
membangun sebuah Kapel untuk umat Tamil Katolik, yang kemudian diresmikan oleh Uskup Agung Medan yaitu Mgr. A.G.P Batubara, OFM, Cap dan disebelah
banguan Kapel itu sekarang berdiri sebuah gedung yang dibangun dengan nama Graha Bunda Man Annai Velangkani. Bagi warga Tamil beragama Islam atau
muslim sejak 1887 sudah memiliki sebuah Lembaga Sosial yang bernama South Indian Moslem Foundation and Welfare Comitte pada zaman Kesultanan Deli
Warga Tamil yang beragama Islam Muslim mendapat 2 dua bidang tanah dari Sultan Deli, yang mana 2 dua bidang tanah ini diberikan khusus untuk tempat
Universitas Sumatera Utara
membangun Mesjid dan perkuburan bagi warga Tamil Islam Muslim di Kota Medan.
Sementara lembaga Sosial South Indian Moslem Foundation and Walfare Comitter membangun 2 dua buah mesjid, satu terletak di Jalan Kejaksaan Kebun
Bunga dan satu lagi di Jl. Zainul Arifin. Tanah wakaf atau tanah perkuburan yang diberikan oleh Sultan Deli tersebut berada dilokasi kebun bunga cukup luas
sekitar 4000 meter persegi sedangkan lokasi Mesjid Gaudiyah memiliki luas sekitar 1000 meter persegi. Saat ini sebagian dari tanah wakaf yang berada di
mesjid Gaudiyah dimanfaatkan untuk lokasi pembangunan ruko yang disewakan kepada orang lain dan kemudian uangnya digunakan untuk kemakmuran mesjid
dan meyantuni kaum Muslim Tamil yang miskin. Sampai sekarang yayasan yang menaungi mesjid itu terus dilakukan dan saat ini telah di urus oleh oleh Keturunan
Tamil Muslim. Pada tahun 1970-an setiap tahunnya dilakukan Perayaan hari besar
keagamaan yang menghadirkan orang-orang Tamil Muslim di seluruh kota Medan bahkan warga Tamil yang tinggal di Tebing Tinggi hingga Pematang Siantar.
Kesempatan seperti ini juga sekaligus dijadikan sebagai forum silahturahmi bagi warga Tamil Muslim. Namun perayaan seperti ini saat ini sudah tidak pernah lagi
berlangsung. Selain dalam hubungan sosial yang berbasis keagamaan yang disebutkan di atas, tetapi pada tahun 1960-an terdapat sejumlah organisasi yang
bertujuan mempromosikan kebudayaan dan pendidikan Tamil, diantaranya adalah The Deli Hindu Sabah, Adi-Dravida Hindu Sabah, Khrisna Sabah yang
bergerak di bidang keagamaan, sosial dan aktifitas Kebudayaan Mani, 1980:63
Universitas Sumatera Utara
Juga ada The Indian Boy Scout Movement, Indonesian Hindu Youth Organization, dan North Sumatera Welfare Association dan lain-lan.
Pada masa sekarang ini hampir semua organisasi sosial tersebut sudah tidak aktif lagi. Tetapi sampai saat ini masih bisa kita menemukan beberapa
Lembaga Pendidikan yang dikelola oleh orang Tamil di kota Medan, antara lain Perguruan Raksana dan Lembaga Kursus Bahasa Inggris Harcourt International
yang memiliki 5 buah cabang di kota Medan. Tetapi sebuah keprihatinan muncul di kalangan generasi tua Tamil saat ini melihat kenyataan bahwa semakin lama
warga Tamil kehilangan identitas kebudayaan Tamil. Sebagian besar generasi muda Tamil tidak bisa berbahasa Tamil, bahkan orang tua juga banyak tidak
mampu lagi menggunakan bahasa Tamil di lingkungan keluarga. Pelaksanaan peribadatan di kuil-kuil Hindu saat ini juga tidak lagi sepenuhnya dilakukan
menurut ketentuan penggunaan mantra-mantra yang berbahasa Tamil maupun sansekerta, bahkan sebuah upacara penyucian kuil Kumbhabisegam yang
dilakukan di Shri Mariamman Kuil yang berada di Kampung Durian pada tanggal 13 Juli 2003 harus di pimpin oleh Pendeta yang khusus diundang dari Malaysia
Lubis, 2009.
2.2. Lokasi-lokasi pemukiman orang Tamil di Kota Medan.