5.2. Ketersedian Lahan dan Sarana Produksi
5.2.1. Lahan
Ketersediaan lahan dalam usahatani adalah faktor yang sangat penting dalam suatu usahatani. Demikian juga dalam usahatani kopi Arabika ini, lahan juga
menjadi hal yang penting diperhatikan oleh petani kopi Arabika. Lahan untuk tanaman kopi Arabika ini adalah milik mereka sendiri tanah adat. Namun lokasi
dari tanaman kopi Arabika ini ada yang dekat dengan rumah petani namun ada juga yang jauh dari lokasi pemukiman warga. Lahan yang menjadi tempat
usahatani kopi Arabika ada yang dekat dengan rumah biasanya tumpang sari dengan tanaman cabai rawit, tanaman jahe atau tanaman pelindung lainnya seperti
tanaman cengkeh dan biasanya masyarakat menanamnya dalam jumlah kecil lebih kecil dari 50 pokok tanaman, sementara jika lokasi usahatani kopi Arabika
jauh dari pemukiman warga, jarak yang ditempuh petani ke tempat ini sekitar 15- 30 menit dengan menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki hingga ke kebun
masing - masing petani. Mengenai kesuburan tanah, daerah ini kurang subur, oleh karena itu perlu adanya penambahan pupuk.
5.2.2. Tenaga Kerja
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam suatu usahatani karena tenaga kerja merupakan penunjang terhadap keberlangsungan dari usahatani di
daerah penelitian. Dalam pengelolaan usahatani terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga TKDK dan tenaga kerja luar keluarga TKLK yang berasal dari
masyarakat yang tinggal di daerah penelitian dengan upah harian sebesar Rp 70.000hari 8 jam Kerja. Petani kopi Arabika pada umumnya tidak banyak
mempergunakan TKLK karena masih cukup tersedia tenaga kerja dalam keluarga
Universitas Sumatera Utara
serta biaya tenaga kerja yang tinggi. Selanjutnya pada usahatani cabai rawit, jahe, aren, pisang dan cengkeh juga tidak mempergunakan tenaga kerja luar keluarga,
mengingat jumlah tanaman yang ditanam tidak terlalu banyak. Rata-rata distribusi penggunanan Tenaga Kerja pada usahatani kopi Arabika di desa Penelitian dapat
dilihat pada Tabel 16 :
Tabel 16. Rata-Rata biaya Penggunaan Tenaga Kerja di Desa Paraduan,
Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir Tahun 2015 No
Biaya Tenaga
Kerja
TKDK TKLK
Upah Rp.
1. Per Petani
57,75 33,07
6.357.250 2.
Per-Hektar 158,34
42,85 14.083.081
Jumlah 216,09
75,92 20.440.331
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 11 dan Lampiran 28
Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa penggunaan tenaga kerja dalam mengelola usahatani kopi Arabika ini adalah berasal dari tenaga kerja dalam keluarga
TKDK. Dalam setiap kegiatan usahatani yang terdiri dari pengolahan lahan sampai pasca panen,jumlah tenaga kerja yang digunakan berbeda-beda. Rata-rata
curahan tenaga kerja per petani adalah 90,82 HKP dengan nilai Rp 6.357.250 dan Rata-rata curahan tenaga kerja per hektar dibutuhkan tenaga kerja sebesar 207,97
HKP dengan nilai Rp 14.083.081.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3. Sarana Produksi a Bibit
Petani tanaman kopi Arabika mendapatkan bibit dari hasil tanaman mereka sendiri atau dengan cara membelinya. Biasanya yang dibeli masih dalam bentuk biji dan
akan dibibitkan kemudian sebelum ditanam di lahan yang sudah disediakan. Sehingga setelah beberapa minggu kopi Arabika yang telah dibibitkan akan
dipindahkan ke lahan penanaman yang sudah disediakan sebelumnya. Ketersediaan bibit di daerah ini masih tersedia, karena bibit Kopi Arabika selalu
ada tersedia untuk dibeli oleh petani di pasar dengan per polybag. Biasanya petani menjualnya dalam hitungan per polybag yaitu dengan harga Rp 500- Rp.
1.500polybag. Jumlah dan biaya bibit rata-rata dapat dilihat pada Tabel 17 :
Tabel 17. Rata-Rata biaya Penggunaan Bibit di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta, Kabupaten Samosir Tahun 2015
No. Kategori penggunan
Bibit
Batang Biaya Rp.
1
Per-Petani 1.291
695.571
2
Per-Hektar 1.364
1.364.635
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 2 dan Lampiran 20
Dari Tabel 17 ditunjukkan bahwa rata-rata biaya bibit usahatani kopi Arabika, per petani sebanyak 1.291 batang dengan biaya Rp 695.571. Sementara rata-rata
biaya bibit usahatani kopi Arabika, per hektar sebanyak 1.364 batang dengan biaya Rp 1.364.635.
b Pupuk
Pemupukan adalah proses yang dilakukan oleh petani dengan pemberian unsur hara baik secara kimia maupun organik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
unsur hara pada lahan dan juga tanaman akan semakin mempunyai produksi yang baik. Pemupukan sangat baik dilakukan terhadap tanaman jika petani mempunyai
Universitas Sumatera Utara
modal untuk menggunakan pupuk dengan dosis yang cocok untuk perkembangan tanaman tersebut. Pemupukan yang dilakukan oleh petani umumnya dilaksanakan
pada saat pemeliharaan dan periode pemupukan pada bulan Maret dan September. Jenis pupuk yang digunakan adalah Pupuk Anorganik dan Pupuk Organik, Pupuk
Anorganik terdiri dari Pupuk Urea, Phoska, Pupuk ZA, Pupuk KCL,Pupuk TSP, Pupuk NPK, Pupuk Organik dengan harga Rp 35.000
– Rp 45.000 40kg, sedangkan harga pupuk Urea seharga Rp 100.000- Rp 115.00050Kg untuk pupuk
yang bersubsidi sedangkan pupuk urea yang tidak bersubsidi seharga Rp 300.00050kg, Pupuk Phoska seharga Rp 124.000
– Rp 150.00050kg untuk pupuk yang bersubsidi sedangkan pupuk phoska yang tidak bersubsidi seharga Rp
250.000-Rp 450.00050kg, Pupuk ZA seharga Rp 90.000- Rp 125.00050kg untuk pupuk yang bersubsidi sedangkan pupuk ZA yang tidak bersubsidi seharga
Rp 350.000-Rp 400.00050kg, Pupuk KCL seharga Rp 180.000 – Rp
200.00050kg untuk pupuk yang bersubsidi sedangkan pupuk KCL yang tidak bersubsidi seharga Rp 300.000-Rp 450.00050kg, Pupuk TSP seharga Rp
200.000-Rp 400.00050kg non-subsidi, pupuk NPK seharga Rp 110.000-Rp 135.00050kg untuk pupuk yang bersubsidi sedangkan pupuk NPK yang tidak
bersubsidi seharga Rp 400.000-Rp 600.000kg.Menurut petani, biasanya pupuk yang diberikan petani adalah pupuk kimia karena kesuburan tanah di Desa
Paraduan yang kurang serta keterbatasan biaya menyebabkan dosis pupuk hamper sama setiap tahunnya. Pemberian pupuk di desa ini untuk tanaman kopi Arabika
tidak dilakukan secara optimal sehingga produksi tanaman cenderung berfluktuasi dan belum mencapai hasil yang maksimal. Gambaran jumlah pupuk yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk tanaman kopi Arabika di desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 18 :
Tabel 18. Rata-Rata Jumlah dan Biaya Pupuk untuk Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta ,
Kabupaten Samosir tahun 2015
No Jenis Pupuk Per Petani
Per Hektar Kebutuhan
kg
Biaya Rp. Kebutuhan
kg
Biaya Rp.
1. Urea
89,11 153.893
257,74 433.607
2. Phoska
24,73 69.652
100,64 279.869
3. ZA
20,27 74.304
71,65 157.336
4. KCL
16,25 81.554
26,79 127.232
5. TSP
22,32 148.214
41,71 280.357
6. NPK
36,66 270.786
110,13 907.156
7. Organik
45,36 44.420
100,34 91.151
Jumlah 254,7
842.821 709,00
2.276.708
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 4 dan Lampiran 22
Dari Tabel 18 dapat ditunjukkan bahwa jenis pupuk yang digunakan oleh petani adalah Pupuk Anorganik terdiri dari Pupuk Urea, Phoska, Pupuk ZA, Pupuk
KCL,Pupuk TSP, Pupuk NPK, dan Pupuk Organik. Jenis pupuk yang paling banyak digunakan petani adalah adalah jenis pupuk Urea, karena harga pupuk
Urea yang murah dan telah disubsidi dan juga karena kebutuhan untuk kesuburan lahan yang digunakan dalam usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.
c Pestisida
Pestisida merupakan pembasmi hama dan penyakit pada tanaman kopi Arabika. Hama dan penyakit yang ada akan menggangu dari tanaman itu sendiri. Tanaman
yang terserang hama dan penyakit juga akan menurunkan kualitas dari tanaman kopi Arabika itu sendiri. Pestisida yang biasa dipakai adalah Round-Up, Santaris ,
dan basmilang yaitu untuk mengatasi kebusukan yang terjadi pada batang dan daun pada tanaman kopi arabika serta mempermudah proses pencabutan dan
pengeringan gulma yang ada pada lahan tanaman kopi Arabika. Tanaman
Universitas Sumatera Utara
pengganggu yaitu gulma biasanya dikendalikan 2 kali dalam setahun. Pemakaian Pestisida yaitu dengan mencampurnya dengan air dengan ukuran yang sudah
ditentukan kemudian disemprot ke tanaman kopi Arabika dan gulmanya sampai kering, supaya proses pelayuan semakin cepat. Harga Round - Up seharga Rp
60.000 per botol, harga Santaris Rp 50.000 per botol, dan harga basmilang seharga Rp 60.000 per botol. Adapun penggunaan Pestisida oleh petani kopi
Arabika dapat dilihat pada Tabel 19 :
Tabel 19. Rata-Rata Jumlah dan Biaya Pestisida untuk Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta ,
Kabupaten Samosir tahun 2015
No Jenis Pestisida Per Petani
Per Hektar Kebutuhan
ltr
Biaya Rp. Kebutuhan
ltr
Biaya Rp.
1. Round-up
0,66 39.643
0,83 49.553
2. Santaris
2,07 108.036
4,68 233.769
3. Basmilang
0,43 25.714
0,54 32.142
Jumlah 3,16
173.393 6,04
315.465
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 5 dan Lampiran 24
Dari Tabel 19 ditunjukkan bahwa rata-rata penggunaan Pestisida yang paling banyak digunakan oleh petani di daerah penelitian adalah pestisida santaris yaitu
sebesar 2,07 liter dengan biaya Rp 108.036 per petani. Hasil wawancara dari 56 petani sampel petani bahwa petani cukup jarang menggunakan pestisida karena
kurangnya pengetahuan petani dalam menggunakan pestisida tersebut serta keterbatasan modal petani.
5.2.4. Alat-Alat Pertanian
Alat-alat pertanian adalah sarana yang sangat penting dalam usahatani karena dalam melaksanakan pemupukan, pemeliharaan dan kegiatan pemanenan
diperlukan peralatan seperti cangkul, parang, sabit, sprayer dan goni
Universitas Sumatera Utara
plastik,ember, beko, mesin penggiling kopi Arabika dan mesin babat dan peralatan tersebut digunakan untuk mempermudah kegiatan usahatani mulai dari
pembibitan sampai pada proses siap dijual ke pasar. Petani biasanya dengan mudah mendapatkan peralatan tersebut di pasar kota Pangururan, di mana pada
umumnya permintaan terhadap sarana tersebut tidak banyak karena pemakaian peralatan tersebut bisa mencapai lebih dari 5 tahun, untuk lebih jelasnya dapat kita
lihat pada Tabel 20 :
Tabel 20. Rata-Rata Biaya Penyusutan Peralatan Usahatani kopi Arabika di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur Nihuta , Kabupaten
Samosir tahun 2015
No. Uraian
Biaya Penyusutan Rp.
1 Per-Petani
380.147
2
Per-Hektar 1.031.505
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 8 dan Lampiran 26
Dari Tabel 20 ditunjukkan bahwa rata-rata biaya penyusutan peralatan dalam usahatani kopi Arabika adalah sebesar Rp 380.147 per petani , sementara untuk
per hektar biaya penyusutan peralatan sebesar Rp 1.031.505. Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa petani di desa penelitian menyatakan tidak kesulitan dalam
memperoleh alat-alat pertanian yang digunakan untuk usahatani kopi Arabika. Artinya semua peralatan yang dibutuhkan selalu tersedia di daerah penelitian,
namun yang menjadi hambatan petani tidak memiliki peralatan usahataninya karena keterbatasan modal petani. Secara keseluruhan dapat disimpulkan total
biaya produksi usahatani kopi Arabika dapat dilihat pada Tabel 21 :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 21. Rata-Rata Total Biaya Produksi Kopi Arabika Petai Sampel Selama Tahun 2015 Di Desa Paraduan, Kecamatan Ronggur
Nihuta , Kabupaten Samosir.
No Jenis Biaya Rata-Rata Biaya Produksi
Per-Petani Rp.
Persentase Per-Hektar
Rp. Persentase
1. Penyusutan
380.147 3,62
1.031.505 4,81
2. Saprodi
a. Bibit
b. Pupuk
c. Pestisida
1.711.785 695.571
842.821 173.393
16,22 5,12
10,04 1,04
3.956.808 1.364.635
2.276.708
315.465 17,74
2,21 14,37
1,15 3.
Tenaga kerja 6.357.250
63,88 14.083.081
59,67 4.
Biaya PBB 6.000
0,05 6.000
0,02 5.
B Penggilingan 40.213
37.020
Jumlah 8.495.395
100,00 19.114.414
100,00
Sumber : Analisis Data Primer, Lampiran 12 dan Lampiran 30
Dari Tabel 21 dapat disimpulkan bahwa untuk kategori per-petani, rata-rata biaya produksi petani sampel terbesar selama tahun 2015 ialah Rp 8.495.395 rata-rata
biaya produksi petani sampel terbesar untuk kategori per-hektar ialah Rp 19.114.414.
5.3. Penerimaan Petani