9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kopi
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam familia Rubiaceae
dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan bila dibiarkan tingginya dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak
meruncing. Daun tumbuh berhadapan pada batang , cabang, dan ranting- rantingnya . Kopi mempunyai sistem percabangan agak berbeda dengan tanaman
lain. Tanaman ini mempunyai beberapa jenis cabang yang sifat dan fungsinya berbeda.
Kopi umumnya tidak menyukai sinar matahari langsung dalam jumlah banyak, tetapi menghendaki sinar matahari yang teratur. Sengatan sinar matahari langsung
dan dalam jumlah banyak akan meningkatkan penguapan dari tanah maupun daun, yang pada gilirannya dapat mengganggu keseimbangan proses fotosintesis pada
musim kemarau. Dengan demikian untuk mengatur datangnya sinar matahari, biasanya diantara tanaman ditanami tanaman pelindung
Najiyati dan Danarti, 2004. Menurut Panggabean 2011, jenis kopi yang banyak dibudidayakan yakni kopi
arabika Coffea Arabica dan robusta Coffea canephora. Sementara itu, ada juga jenis Coffea liberica dan Coffea congensis yang merupakan perkembangan dari
jenis robusta.
Universitas Sumatera Utara
Dalam Rahardjo 2012, kopi arabika pertama kali dibudidayakan di Indonesia tahun 1996. Dalam rangka mengatasi karat daun, telah dilakukan seleksi pohon
induk dari populasi kopi arabika yang ada serta penyilangan antartipe kopi arabika atau dengan varietas lain.
Menurut Nadjiyati 2004, ada beberapa sifat penting kopi Arabika yaitu: 1.
Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 m dpl, dan suhu 16-20º C
2. Menghendaki daerah yang mempunyai iklim kering atau bulan kering 3
bulantahun secara berturut-turut, yang sesekali mendapat hujan kiriman. 3.
Umumnya peka terhadap serangan penyakit Hemeleia vastatrix, terutama bila ditanam di dataran rendah 500 mdpl.
4. Rata-rata produksi sedang sekitar 4,5-5 kwhatahun, tetapi mempunyai
kualitas dan harga yang relatif lebih tinggi dari kopi lainnya. Dan bila dikelola secara intensif produksinya bisa mencapai 15-20 kwhatahun.
5. Umumnya panen raya terjadi dalam setahun.
Jika dibandingkan dengan varietas biji kopi yang lain misalnya kopi Robusta, kopi Arabika memiliki kualitas yang lebih tinggi karena biji kopi ini mempunyai
sekitar setengah dari kafein yang ditemukan dalam biji Robusta. Biji kopi Arabika yang dapat tumbuh di dataran tinggi melakukan proses panen yang sangat halus
karena perawatan yang terus-menerus dalam fase pertumbuhan, maka kualitas yang dihasilkan yaitu tingkat keasaman yang seimbang dan cita rasa yang ringan.
Kualitas kopi yang baik diperoleh dari buah kopi yang telah matang dan proses pengolahan yang tepat. Pemanenan buah kopi yang matang mempengaruhi 50
Universitas Sumatera Utara
kualitas kopi. Sementara itu pengolahan pasca panen yang tepat mempegaruhi 50 kualitas kopi. Sehingga penanganan pada masing-masing proses tersebut
harus dikerjakan secara tepat dan selalu diawasi kualitasnya Panggabean, 2011.
2.1.2 Tinjauan Ekonomi Tanaman Kopi
Pemasaran kopi di Indonesia tergolong cukup baik. Salah satu indikatornya adalah kenaikan harga jual kopi yang signifikan setiap tahunnya. Beberapa hal penting
mengenai perdagangan kopi di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Sebagian besar pemasaran kopi di Indonesia dikuasai oleh pihak asing Negara
lain. 2.
Pedagang besar local cukup banyak yang mengalami kebangkrutan , tetapi pengumpul kecil bertambah.
3. Terjadi peningkatan luas areal perkebunan kopi arabikadan robusta di berbagai
wilayah. 4.
Penguasaan harga berdampak sangat positif untuk petani kopi, yakni harga jual kopi semakin tinggi.
Kopi arabika memang dikenal terlebih dahulu oleh konsumen dibanyak Negara, sehingga kelezatan kopi Arabika lebih dikenal superior dibandingkan kopi
robusta. Dengan rasa khas kopi Arabika yang kuat dengan sedikit asam kandungan kafein 1-1,3 , maka kopi arabika memperoleh citra mutuprima dan
harga yang amat baik dipasaran dunia. Oleh sebab itu Indonesia perlu lebih menggarap kopi Arabika di kawasan-kawasan yang cocok untuk jenis kopi ini
Siswoputranto, 1993.
Universitas Sumatera Utara
Produktivitas kopi arabika di Indonesia pada tahun lebih tinggi dari kopi robusta. Produktivitas kopi arabika mencapai 658
– 847 Kghatahun, sedangkan produktivitas kopi robusta hanya mencapai 529
– 557 Kghatahun. Lebih tingginya produktivitas kopi arabika disebabkan karena yang bersifat lebih unggul
yakni varietas Catimor yang berhabitus katai dan produksi yang tinggi Pelita Perkebunan, 1999.
Laju rata - rata perkembangan produksi kopi Sumatera Utara 2, 19,volume ekspor kopi Sumatera Utara 1,03, lebih cepat dari laju rata
– rata perkembangan produksi kopi dunia 1,9, dan pekembangan volume ekspor
kopi dunia 0,55. Selain itu jumlah produksi kopi Sumatera Utara setiap tahunnya masih lebih kecil dari jumlah volume ekspor kopi. Hal ini menunjukkan
masih terbukanya peluang bagi para petani kopi untuk mengembangkan produksinya Marlina, 2007.
Menurut Panggabean 2011, Harga jual kopi Arabika dalam enam tahun terakhir 2004-2010 mengalami peningkatan yaitu tahun 2004-2005 yaitu sebesar 7.000
hingga 8.000 rupiah, tahun 2005-2006 yaitu sebesar 8.000 hingga 11.500 rupiah , tahun 2006-2007 yaitu sebesar 11.500 hingga 14.000 rupiah, tahun 2007-2008
yaitu 14.000 hingga 19.000 rupiah , tahun 2008-2009 yaitu sebesar 19.000 hingga 22.000 rupiah dan tahun 2009-2010 yaitu sebesar 22.000 hingga 30.000 rupiah.
Sebagai salah satu hasil komoditi pertanian, kopi nampaknya masih akan mempunyai kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Sampai saat ini
di Indonesia sektor pertanianlah yang mempunyai peluang besar dalam menyerap tenaga kerja Retnandari dan Tjokrowinoto, 1991.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Prospek dan Keberhasilan Kopi sebagai Tanaman Penyegar
Secara umum terdapat dua jenis biji kopi, yaitu Arabika dan Robusta . Sejarah mencatat bahwa penemuan kopi sebagai minuman berkhasiat dan berenergi
pertama kali ditemukan oleh Bangsa Ethiopia di benua Afrika sekitar 3000 tahun 1000 SM yang lalu. Kopi kemudian terus berkembang hingga saat ini menjadi
salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Indonesia sendiri telah mampu memproduksi lebih dari 400
ribu ton kopi per tahunnya . Di samping rasa dan aromanya yang menarik, kopi juga dapat menurunkan risiko terkena penyakit kanker,diabetes ,batu empedu ,
dan penyakit jantung AAK, 2009. Peluang kopi di Indonesia meningkat beberapa tahun mendatang seiring dengan
peningkatan perluasan areal penanaman kopi yang dilakukan oleh petani Anggara dan Sri, 2011.
Kopi Cofea spp. dikenal sebagai bahan minuman yang memiliki aroma harum, rasa nikmat yang khas, serta dipercaya memiliki khasiat menyegarkan badan.
Karena beberapa kelebihan yang dimilikinya, kopi sangat akrab dilidah dan banyak digemari tidak saja di Indonesia , tapi di mancanegara
Najiyati dan Danarti, 2007. Minuman kopi bukan hanya sekedar minuman beraroma khas dan merangsang
karena mengandung kafein , tetapi minuman ini juga mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh meskipun kadarnya tidak terlalu tinggi. Adapun
beberapa zat yang terkandung didalam kopi arabika dapat dilihat pada Tabel 4:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Komposisi kimia, Vitamin dan Mineral Kopi Arabika Komposisi
Kopi Beras
Air 11,22
Kafein 1,21
Lemak 12,27
Gula 8,55
Selulosa 18,07
Abu 3,92
Vitamin dan Mineral Vitamin B1
0,2 Vitamin B2
0,23 Vitamin B6
0,143 Vitamin B12
0,00011 Sodiun
4 Ferrum
3,7 Fluor
0,45
Najiyati dan Danarti, 2004.
Keseluruhan komposisi tersebut sangat bermanfaat bagi tubuh, hal ini yang menjadi salah satu menyebabkan masyarakat lebih memilih kopi Arabika
disamping kapasitasnya sebagai bahan baku industri di Negara-negara Eropa. Berdasarkan standar kualitas, kemampuan produksi, harga yang tinggi dan tingkat
permintaan terhadap kopi arabika yang baik sehingga menyebabkan masyarakat memilih untuk membudidayakan kopi arabika baik secara intensif maupun
tradisional. Menurut Siswoputranto 1992, walaupun kopi terutama diperuntukkan hanya
untuk minuman tapi ternyata kopi sumber citarasa kopi dapat digunakan untuk macam macam makanan, pernak-pernik kerajinan tangan, maupun berbagai
manfaat lain yang dapat diperoleh dari: 1 Biji kopi secara alami mengandung cukup banyak senyawa calon pembentuk
citarasa dan aroma khas kopi antara lain asam amino dan gula. Membentuk senyawa melancidin yang memberikan warna cokelat yang dapat disuling dan
Universitas Sumatera Utara
menghasilkan minyak biji kopi dan dapat dipergunakan untuk campuran dalam pembuatan sabun, campuran minyak cat, bahkan industri plastik
memanfaatkannya untuk pembuatan jenis plastik cavelite. 2 Daging buah dapat dimanfaatkan untuk bahan baku yang diproses untuk
campuran pakan ternak.dan kulit buah dapat dijadikan bahan pembuatan pupuk kompos.
3 Kayu pohon kopi dapat dipergunakan untuk pembuatan barang barang kerajinan, patung, dan kipas yang serba menarik.
Dari segi produksi yang paling menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis kopi arabika karena kopi arabika berproduksi lebih cepat dibandingkan dengan kopi
robusta. Memasuki tahun kedua sejak penanaman kopi arabika telah menghasilkan meskipun masih dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu jenis arabika lebih
diminati para petani kopi dibandingkan robusta disebabkan produksinya yang cepat. Sedangkan robusta mulai menghasilkan memasuki tahun ketiga sejak penanaman.
Selain produksi kopi arabika yang cepat, harga jual kopi jenis arabika lebih tinggi dibandingkan robusta. Hal ini tentu sangat menguntungkan petani kopi yang
mengusahakan jenis kopi arabika, namun tingkat kesulitan dalam pengelolahannya juga lebih dirasakan oleh petani kopi yang memilih jenis arabika. Dengan demikian
dapat dikatakan kalau kopi arabika memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dibandingkan jenis kopi robusta, namun tingkat produktivitas kopi arabika di
Indonesia tergolong lebih rendah dibandingkan tingkat produktivitas robusta.
2.1.4 Tinjauan Finansial Tanaman Kopi
Kebutuhan kopi semakin bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk serta kemajuan teknologi yang menimbulkan perubahan gaya hidup dan
Universitas Sumatera Utara
tren. Manfaat dari meminum kopi sudah banyak dibuktikan oleh masyarakat, bahkan beberapa pakar ilmu kedokteran dan medis banyak menuliskan artikel dari
penelitiannya tentang manfaat meminum kopi. Indonesia merupakan salah satu penghasil kopi terbaik didunia, khususnya untuk
jenis kopi arabika. Hal ini dapat dilihat dari jumlah ekspor dari Indonesia yang dilakukan oleh perusahaan eksportir komoditas kopi. Beberapa tahun terakhir,
berbagai perusahaan asing telah melakukan ekspansi besar-besaran untuk mendapatkan kopi arabika di Sumatera Utara, Aceh Tenggara dan Sulawesi
Selatan. Pada tahun 2003, ekspor kopi dari Indonesia sebesar 5.800 ton bernilai US 17,9 juta. Sementara itu, impor kopi pada tahun yang sama mencapai 1.560
ton atau setara US 3,56 juta Panggabean, 2011. Untuk melakukan usahatani kopi Arabika perlu diperhatikan beberapa faktor
seperti faktor internal. Faktor internal yang mempengaruhinya adalah potensi sumber daya alam dan letak geografis yang tepat sangat mendukung pertumbuhan
dan kualitas kopi dengan baik. Demikian halnya akan luas lahan area tanam memiliki jumlah produksi kopi karena penambahan luas area tanam memiliki
pengaruh positif terhadap jumlah produksi, dengan demikian akan tercipta citra produk speciality sesuai dengan daerah penghasil kopi. Harga yang tidak efisien
atau tidak memihak di tingkat petani yang diakibatkan beberapa hal menyebabkan peningkatan biaya produksi dan mata rantai pemasaran kopi yang cukup panjang.
Sehingga menyebabkan
ketidakseimbangan pendapatan
petani dengan
pengeluaran dalam usahatani kopi.
Universitas Sumatera Utara
Perbedaan harga kopi biji dengan harga kopi olahan juga mampu mempengaruhi pendapatan petani. Pendapatan petani biji kopi relatif lebih rendah apabila
dibandingkan dengan produk olahan kopi yang memiliki nilai tambah. Prospek pengembangan perkopian di Indonesia akan semakin meningkat dalam hal daya
saing dan efisiensi memproduksi specialty coffee sehingga mampu bertahan dan meningkatkan pangsa pasar luar negeri.
Kabupaten Samosir sangat berpotensial untuk usaha perkebunan kopi mengingat topografi yang berbukit. Sentra produksi komoditi Kopi di Kabupaten ini, yaitu di
Kecamatan Ronggur Nihuta, Kecamatan Pangururan dan Kecamatan Palipi. Salah satu Desa yang menghasil kopi arabika di daerah Kabupaten Samosir adalah
Desa Paraduan Kecamatan Ronggur Nihuta. Sebagian besar masyarakat Desa Paraduan menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian salah satunya adalah
usahatani kopi arabika. Namun dalam beberapa waktu terakhir, jumlah produksi kopi arabika di Desa Paraduan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu hama yang menyerang tanaman kopi yang menyebabkan biji kopi membusuk maupun batang pohon kopi mengalami pembusukan. Pengolahan
dan penanganan yang masih dilakukan secara tradisional juga mempengaruhi kualitas produksi biji kopi arabika dan berdampak terhadap harga jual produksi.
Jumlah produksi yang menurun dan penanganan petani terhadap hama yang menyerang tanaman kopi secara tradisional sangat ditentukan oleh harga pupuk
dan insektisida yang tidak tetap. Sedangkan perbedaan harga jual ditingkat petani dengan distributor sangat jauh berbeda. Harga biji kopi kering ditingkat petani
hanya mencapai 18,000 hingga 20,000 rupiah per kilogramnya, sedangkan harga
Universitas Sumatera Utara
ditingkat distributor mencapai 80,000 hingga 100,000 rupiah per kilogramnya sesuai dengan kualitas biji kopi. Hal ini menyebabkan petani menggunakan pupuk
yang lebih murah dan sekedarnya sehingga produksi tanaman tidak maksimal. Penurunan produksi tanaman kopi di Desa Paraduan juga sangat dipengaruhi
perubahan cuaca yang berakibat buruk terhadap petani kopi. Selain biaya pemeliharaan dan biaya saprodi yang tinggi, pengalaman bertani juga
mengakibatkan petani kopi cenderung kurang memperhatikan tanaman yang terserang hama maupun penyakit. Dengan berkurangnya jumlah produksi tanaman
kopi, yang akhirnya mengurangi penerimaan petani mengakibatkan petani mencari sumber pendapatan lain seperti menanam cengkeh , jagung, cabai rawit
sebagai tanaman tumpang sari dan beternak. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisis kelayakan finansial untuk mengetahui
tingkat keuntungan yang dihasilkan petani kopi dalam membudidayakan usahatani kopi.
2.2 Landasan Teori