berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Taraf signifikansi α yang digunakan dalam ilmu sosial adalah 5 Firdaus, 2011.
Kriteria pengujian :
Jika sig. t ≤ 0,05 maka Ho ditolak dan H
1
diterima. Jika sig. t 0,05 maka Ho diterima dan H
1
ditolak. Jika Ho diterima artinya tidak ada pengaruh faktor-faktor X
1
, X
2
, X
3
, X
4
atau X
5
secara parsial terhadap Y Jumlah konsumsi minyak goreng curahan maupun kemasan Kgbln.
Jika H
1
diterima artinya ada pengaruh faktor-faktor X
1
, X
2
, X
3
X
4
atau X
5
secara parsial terhadap Y Jumlah konsumsi minyak goreng curahan maupun kemasan
Kgbln. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah distribusi data mendekati distribusi normal, dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dilakukan dengan pendekatan grafik. Distribusi data
mendekati atau mengikuti distribusi data berbentuk lonceng bell shaped. Suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila garis yang digambarkan data merapat
ke garis diagonalnya.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Gujarat 2003 dalam Widyananto, 2010 multikolinearitas adalah adanya hubungan linear korelasi yang sempurna atau pastibdi antara beberapa
atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Data yang digunakan
adalah penggunaan faktor yang dilogaritmakan. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Ada atau tidaknya
multikolinearitas pada model regresi terlihat dari tolerance dan VIF Variance Inlaction Factor. Untuk mengetahui ada atau tidaknya multikolinearitas maka
diuji melalui hipotesis berikut : H0
: Tidak terdapat multikolinearitas pada model yang digunakan H1
: Terdapat multikolinearitas pada model yang digunakan Kriteria uji dilihat dari nilai tolerance dan VIF. Kriteria nilai uji yang digunakan
yakni jika nilai VIF lebih kecil dari 10, maka model tidak mengalami multikolinearitas dan nilai tolerance lebih besar dari 0,1, maka tidak terjadi
multikolinearitas. c. Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain. Data yang digunakan untuk mengetahui adanya heteroskedastisitas sama dengan multikolinearitas. Menurut Ghozali 2005 dalam Widyananto, 2010,
dasar dari analisis grafik scatterplot tersebut adalah jika terdapat pola tertentu dan teratus bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka diindikasikan
terdapat masalah heteroskedastisitas, sedangkan jika tidak terdapat pola yang jelas, yaitu titik-titiknya menyebar, maka tidak terdapat heteroskedastisitas.
3.4.4. Untuk Membuktikan Hipotesis 4, Terdapat Perbedaan Pengaruh Usia,
Pendidikan, Harga Minyak Goreng, Pendapatan Dan Jumlah
Tanggungan Terhadap Konsumsi Minyak Goreng Curah Dengan Kosumsi Minyak Goreng Kemasan.
Perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak goreng, pendapatan dan
jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan kosumsi minyak goreng kemasan di analisis dengan menggunakan analisis deskripsi.
Analisis deskriptif yaitu menjelaskan perbedaan pengaruh antara minyak goreng curah dan minyak goreng kemasan, dengan melihat nilai signifikansi t hitung.
3.4.5. Untuk Membuktikan Hipotesis 5, Terdapat Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Jenis Curah Dan Kemasan.
Alasan konsumen membeli dianalisis mengunakan analisis deskriptif dan skala
likert. Menurut Nazir 2003, skala likert digunakan untuk mengukur persepsi atau perilaku seseorang. Skala ini menilai sikap atau tingkah laku yang dinginkan oleh
peneliti dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada responden. Kemudian responden memberi pilihan respon atau jawaban dalam bentuk skala
ukur yang telah disediakan, yakni : 1.
Sangat setuju skor 5 2.
Setuju skor 4 3.
Ragu-ragu skor 3 4.
Tidak setuju skor 2 5.
Sangat tidak setuju skor 1
Deskriptif dengan memperhatikan 10 sepuluh pertanyaan dari perilaku konsumen. Berdasarkan pertanyaan tersebut diperoleh skor tingkat perilaku
konsumen, yaitu 10-50, yang selanjutnya akan diperoleh tingkat ketercapaian dalam bentuk persentase. tingkat perilaku konsumen dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut :
Tabel 3.3.
Tingkat Perilaku Konsumen
No Pernyataan
Pernyataan Skor
1 Membeli minyak goreng
karena kebutuhan a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1
2 Membeli minyak goreng
berdasarkan pengalaman membeli sebelumnya
kebiasaan. a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1
3 Membeli Minyak Goreng
karena sesuai dengan pendapatan
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju 5
4 3
2 1
4 Membeli Minyak Goreng
Karena Jumlah Anggota Keluarga
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju 5
4 3
2 1
5 Membeli minyak goreng
karena pengaruh dari orang lainteman
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju 5
4 3
2 1
6 Membeli minyak goreng
karena pengaruh dari anggota keluarga
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju 5
4 3
2 1
7 Membeli minyak goreng
karena harga a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1
Lanjutan Tabel 3.3. Parameter Tingkat Perilaku Konsumen
8 Membeli minyak goreng
karena kualitasnya a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1
9 Membeli minyak goreng
karena adanya promosi dari penjualiklan
a. Sangat Setuju b. Setuju
c. Ragu-Ragu d. Tidak Setuju
e. Sangat Tidak Setuju 5
4 3
2 1
10 Membeli minyak goreng karena kemudahan
memperolehnya a. Sangat Setuju
b. Setuju c. Ragu-Ragu
d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju
5 4
3 2
1
Jumlah Skor 10 – 50
Penilaian skor :
Menurut Irianto 2004, untuk mengukur range dari 2 variabel digunakan rumus :
Jadi untuk menghitung rangenya adalah = = 13,3
Sehingga dapat ditentukan kriteriakategori tingkat perilaku konsumen berdasarkan skor yaitu :
10 – 23
= rendah
24 – 36 = sedang
37 – 50
= tinggi
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam memahami penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi dan batasan operasional
sebagai berikut :
3.5.1. Definisi
1. Konsumen
adalah individu
yang membeli
dan mengkonsumsi
minyak goreng curahan dan kemasan di Pasar Medan Super Market di kecamatan Medan Kota.
2. Perilaku konsumen adalah suatu sikap konsumen untuk mengambil keputusan
membeli minyak goreng curahan dan kemasan . 3.
Keputusan konsumen adalah keputusan yang dibuat oleh konsumen sangat erat kaitannya dengan tingkat keterlibatan konsumen.
4. Minyak goreng curah adalah minyak goreng yang berasal dari proses industri
dimana hanya dilakukan penyaringan satu kali dan pendistribusiannya tidak dalam bentuk kemasan.
5. Minyak Goreng kemasan adalah minyak goreng yang berasal dari proses
industri dimana penyaringannya telah 3-4 kali lalu dikemas dan diberi labelmerek tertentu.
6. Harga adalah nilai suatu minyak goreng yang sudah ditetapkan oleh pedagang
minyak goreng curahan dan kemasan. 7.
Pendapatan Konsumen adalah pendapatan seluruh anggota rumah tangga yang dihitung per bulan.
8. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi
tanggungan keluarga konsumen untuk dibiayai kebutuhan hidupnya. 9.
Keputusan Pembelian adalah pemilihan atau tindakan dari dua atau lebih yang diputuskan saat membeli dan mengkonsumsi minyak goreng curahan
dan kemasan. 10.
Keputusan konsumen yang dimaksud adalah keputusan konsumen dalam membeli suatu produk tertentu. Keputusan pembelian ini merupakan tahap
dimana konsumen benar-benar membeli produk. Dengan indikator pembelian karena kebiasaan, pembeli kembali dan pengambilan keputusan dilakukan
secara sadar, rasional, obyektif dan terencana yang terhitung dengan skala likert.
11. Pasar tradisional adalah suatu tempat dimana para pembeli dan penjual
melakukan transaksi perdagangan dengan sistem tawar sehingga terjadi kesepakatan.
3.5.2. Batasan Operasional
1 Penelitian dilakukan di pasar tradisional yaitu Pasar Medan Super Market di
Kecamatan Medan Kota, Medan. 2
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2015.
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Keadaan Geografi
Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis terletak di antara 3
o
.27’-2
o
.47’ Lintang Utara dan 98
o
.35’-98
o
.44’ Bujur Timur, dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan
dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Kota Medan merupakan salah satu dari 33 daerah tingkat II di Sumatera Utara
dengan luas daerah sekitar 265,10 km
2
. Kota ini merupakan pusat pemerintahan daerah tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang
di sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur. Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting,
yaitu sungai Babura dan sungai Deli.
4.1.1.1. Letak Wilayah
Adapun batas-batas wilayah di kecamatan Medan Kota sebagai berikut : -
Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan medan perjuangan -
Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan medan amplas -
Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan medan area -
Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan medan maimun Kecamatan medan kota merupakan salah satu kecamatan di kota medan yang
mempunyai luas sekitar 5,98 km
2
. Jarak kantor kecamatan ke kantor walikota medan yaitu 8 km. Kecamatan medan kota yang dipimpin oleh seorang camat,
saat ini terdiri dari 12 kelurahan yang terbagi atas 146 lingkungan dan 304 blok sensus.
4.1.1.2. Iklim
Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun polonia pada tahun 2013 yaitu 23,99
o
C dan suhu maksimum yaitu 33,11
o
C serta menurut stasiun sampali suhu minimumnya yaitu 21,8
o
C dan suhu maksimumnya yaitu 32
o
C. Kelembapan udara di wilayah kota Medan rata-rata 79-80 dan kecepatan angin rata-rata sebesar 1,99 msec, sedangkan rata-rata total laju
penguapan tiap bulannya 115,5 mm. 4.1.2. Keadaan Penduduk Di Kecamatan Medan Kota
4.1.2.1. Komposisi Penduduk Di Kecamatan Medan Kota
Komposisi penduduk di kecamatan Medan kota sebagai berikut :
Tabel 4.1. Komposisi Penduduk Di Kecamatan Medan Kota
No. Kelurahan
Jumlah Penduduk
Jiwa Luas
Wilayah Km
2
Kepadatan Penduduk Per
Km
2
1 Siti Rejo I
6.875 0,45
15.277,78 2
Sudi Rejo II 8.840
0,72 12.277,78
3 Sudi Rejo I
12.618 0,9
14.020,00 4
Teladan Timur 10.237
0,7 14.624,29
5 Teladan Barat
7.274 0,98
7.422,45 6
Pasar Merah Barat 3.038
0,32 9.493,75
7 Mesjid
3.063 0,28
10.939,29 8
Kota Matsum III 5.176
0,31 16.696,77
9 Sei Rengas I
4.414 0,29
15.220,69 10 Pasar Baru
2.884 0,22
13.109,09 11 Pusat Pasar
3.461 0,46
7.523,91 12 Pandau Hulu I
4.805 0,35
13.728,57
Medan Kota 72.685
5,98 12.154,68
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014
Pada Tabel 4.1. menunjukkan bahwa jumlah penduduk di kecamatan Medan Kota sebesar 72.685 jiwa dengan luas wilayahnya 5,98 Km
2
dan kepadatan penduduk per Km
2
12.154,68. Kecamatan Medan Kota terdiri dari 12 kelurahan, dari 12 kelurahan tersebut kelurahan Sudi Rejo 1 yang memiliki jumlah penduduk
terbesar yaitu sebanyak 12.618 jiwa, sedangkan kelurahan yang terluas di kecamatan Medan Kota yaitu kelurahan Teladan Barat, sedangkan kelurahan yang
memiliki kepadatan penduduk tertinggi yaitu kelurahan Kota Matsum III.
4.1.2.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Jumlah penduduk di kecamatan Medan Kota sebanyak 72.685 jiwa dengan rinian laki-laki sebanyak 35.422 jiwa dan perempuan sebanyak 37.263 jiwa. Keadaan
penduduk kecamatan Medan Kota menurut jenis kelamin Tabel 4.2 adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
No. Kelurahan
Jenia Kelamin Laki-laki
Jiwa Perempuan
Jiwa
1 Siti Rejo I
3.358 3.517
2 Sudi Rejo II
4.156 4.684
3 Sudi Rejo I
6.258 6.360
4 Teladan Timur
5.262 4.975
5 Teladan Barat
3.539 3.735
6 Pasar Merah Barat
1.464 1.574
7 Mesjid
1.507 1.556
8 Kota Matsum III
2.507 2.669
9 Sei Rengas I
2.083 2.331
10 Pasar Baru 1.407
1.477 11 Pusat Pasar
1.685 1.776
12 Pandau Hulu I 2.196
2.609
Medan Kota 35.422
37.263
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa di kecamatan Medan Kota jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk laki-laki.
4.1.2.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama
Penduduk di kecamatan Medan Kota sebanyak 72.685 jiwa menganut agama yang berbeda-beda. Agaman yang dianut oleh penduduk terdiri dari agama islam,
kristen, katolik, budha, hindu, dan lainnya. Keadaan penduduk di kecamatan Medan Kota menurut agama dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama No.
Kelurahan Islam Kristen Katolik Budha Hindu Lainnya
Jiwa Jiwa
Jiwa Jiwa Jiwa
Jiwa
1 Siti Rejo I
4.923 453
40 10
2 Sudi Rejo II
7.850 1.521
135 5
25 3
Sudi Rejo I 14.834
3.718 328
118 4
Teladan Timur
1.112 4.680
413 5
5 Teladan
Barat 4.750
528 46
15 6
Pasar Merah Barat
3.957 681
60 5
15 7
Mesjid 4.501
62 5
571 40
8 Kota
Matsum III 6.501
2.322 205
49 2
9 Sei Rengas I
75 117
10 1.511
61 10
Pasar Baru 239
26 2
1.487 18
6 11
Pusat Pasar 1.011
598 52
1.214 49
5 12
Pandau Hulu I
246 246
22 1.624
6
Medan Kota 50.000
14.952 1.320
6.497 327
25
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014 Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa di kecamatan Medan Kota jumlah penduduk
yang beragama islam yang paling banyak sebesar 50.000 jiwa sedangkan jumlah
penduduk yang beragama lainnya yang paling sedikit sebanyak 25 jiwa.
4.1.2.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
Penduduk di kecamatan Medan Kota sebanyak 72.685 memiliki mata pencaharian yaitu pegawai negeri, swasta, abri, pedagang dan pensiunan. Keadaan penduduk
di kecamatan Medan Kota menurut pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 4.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan
No. Kelurahan
Pegawai Pedagang Pensiunan
Negeri Jiwa
Swasta Jiwa
Abri Jiwa
Jiwa Jiwa
1 Siti Rejo I
304 403
23 499
195 2
Sudi Rejo II 35
401 20
440 14
3 Sudi Rejo I
229 1.329
15 589
161 4
Teladan Timur 400
1.125 29
323 143
5 Teladan Barat
82 5.614
41 123
41 6
Pasar Merah Barat
196 99
6 124
23 7
Mesjid 26
651 3
654 5
8 Kota Matsum III
68 494
1 2.067
43 9
Sei Rengas I 9
1.361 3
2.635 3
10 Pasar Baru
619 619
2 11
Pusat Pasar 5
785 1
882 3
12 Pandau Hulu I
3 1.654
2.216 1
Medan Kota 1.359
14.536 143
11.210 635
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2014 Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa di kecamatan Medan Kota jumlah penduduk
yang mata pencahariannya pegawai swasta yang paling banyak sebesar 14.536 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang mata pencahariannya abri yang paling
sedikit sebanyak 143 jiwa. 4.1.3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana pendukung atau semakin
kecamatan Medan Kota tersebut dijangkau, maka laju perkembangan akan cepat.
Sarana dan prasarana dapat dikatakan baik apabila dilihat dari segi ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat
sehingga dapat mempermudah masyarakat setempat dalam memenuhi segala kebutuhannya. Sarana dan prasarana yang terdapat di Kecamatan Medan Kota
sebagai berikut:
Tabel 4.5. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Kota No.
Sarana dan Prasarana Jumlah Unit
1 Sarana Pendidikan
Paud TK Swasta
SD Negeri SD Swasta
SMA Negeri 2
15 18
25
5
2 Sarana Ibadah
Mesjid Langgar
Gereja Kelenteng
Vihara 36
29 30
11 12
3 Sarana Kesehatan
Rumah Sakit Umum Puskesmas
BPU Posyandu
7 3
6
93
4 Sarana Perkantoran
Kantor Lurah Bank
Koperasi Pengadaian
12 53
4 3
Sumber : Badan Statistik Medan Kota Dalam Angka 2014 Pada Tabel 4.2 diketahui bahwa sarana dan prasarana Kecamatan Medan Kota
dapat dikatakan baik dan memadai karena sesuai dengan penggunaan dan jumlah penduduknya. Sarana pendidikan yang tersedia yaitu TK, sekolah SD, SMP dan
SMA yang mendukung pendidikan penduduk Kecamatan Medan Kota. Selain itu juga, sarana-sarana lainnya seperti kesehatan, ibadah, perkantoran juga sangat
memadai karena jumlahnya banyak sehingga dapat memenuhi jumlah penduduknya.
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian