memadai karena jumlahnya banyak sehingga dapat memenuhi jumlah penduduknya.
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen minyak goreng curah dan kemasan di pasar Medan Super Market. Konsumen minyak goreng curah dan kemasan
yang dimaksud meliputi sosial ekonomi yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, lamanya befrumah tangga, pendapatan, jumlah tanggungan dan
jumlah konsumsi minyak goreng. Karakteristik konsumen minyak goreng curah dan kemasan sampel dapat dijelaskan secara rinci pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.6. Karakteristik Sampel Konsumen Minyak Goreng Curah dan Kemasan di Kec. Medan Kota
No. Karakteristik
Satuan Rentang
Rataan
1 Umur
Tahun 25 - 60
42,1 2
Tingkat Pendidikan Tahun
6 - 16 11,51
3 Lamanya Berumah Tangga
Tahun 1- 41
19,4 4
Pendapatan Rupiah
1- 4 2.437.833
5 Jumlah Tanggungan
Jiwa 0 – 5
2 6
Jumlah Konsumsi L
1 – 5 3
Sumber : lampiran 1 dan 2 Dari Tabel 4.3 berikut dapat dilihat dari segi umur memiliki rentang 25 – 60 tahun
dengan rata-rata umur konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 42,13 tahun. Dari segi tingkat pendidikan memiliki rentang 6 – 16 tahun dengan
rata-rata tingkat pendidikan konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 11,51 tahun. Dari segi lamanya berumah tangga memiliki rentang 1 – 41
tahun dengan rata-rata lamanya berumah tangga konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 19,4 tahun.
Dari segi pendapatan memiliki rentang 1 – 4 juta rupiah dengan rata-rata pendapatn konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar Rp 2.437.833.
Dari segi jumlah tanggungan memiliki rentang 0 – 5 jiwa dengan rata-rata jumlah tanggungan konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 2 jiwa. Dari
segi jumlah konsumsi memiliki rentang 1 – 5 LiterBulan dengan rata-rata jumlah konsumsi konsumen minyak goreng curah dan kemasan berkisar 3 Literbulan.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perkembangan Konsumsi Minyak Goreng Di Provinsi Sumatera Utara
Hasil uji Hipotesis 1, ada perkembangan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir. Perkembangan konsumsi minyak goreng
di Provinsi Sumatera Utara selama 5 tahun terakhir 2008-2012 ditentukan berdasarkan jumlah konsumsi minyak goreng pertahun di Provinsi Sumatera
Utara.
Tabel 5.1. Produksi dan Konsumsi minyak goreng di provinsi sumatera utara No.
Tahun Produksi
Ton Konsumsi
Ton
1 2008
2.115.244 129.317
2 2009
2.157.548 148.838
3 2010
2.186.044 126.522
4 2011
2.281.020 183.828
5 2012
2.509.122 183.828
Sumber : Badan Ketahanan Pangan, 2013 Gambar 5.1. Grafik Perkembangan Produksi dan Konsumsi Minyak Goreng
Di Provinsi Sumatera Utara
Dari Gambar 5.1. tersebut dapat diketahui bahwa perkembangan produksi selalu mengalami kenaikan, sedangkan konsumsi minyak goreng di Provinsi Sumatera
Utara pada tahun 2009, 2011, 2012 mengalami kenaikan dan 2010 menurun. Jumlah produksi dan yang dikonsumsi oleh rumah tangga sangat jauh
perbedaannya. Hal ini disebabkan karena minyak goreng yang dihasilkan lebih banyak untuk diekspor dan sisanya dikonsumsi.
5.2. Perbedaan Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah Dan
Kemasan
Hasil uji Hipotesis 2, ada perbedaan karakteristik konsumen minyak goreng curah
dengan kemasan yang dianalisis dengan menggunakan uji sampel t-test. Konsumen minyak goreng yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah
sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang konsumen minyak goreng curah dan 30 orang konsumen minyak goreng kemasan. Gambaran umum responden yang
meliputi umur, pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng, jumlah tanggungan dan jumlah konsumsi minyak goreng akan diuraikan Tabel 5.2. sebagai berikut:
Tabel 5.2. Hasil Uji Sampel T-Test
Karakteristik Konsumen Hasil Uji Sampel T-Test
Umur 0,961
Tingkat Pendidikan 0,004
Pendapatan 0,049
Jumlah Tanggungan 0,738
Harga Minyak Goreng 0,000
Jumlah Konsumsi 0,462
Sumber : analisis data primer lampiran 1 dan 2
5.2.1. Umur
Komposisi umur responden konsumen minyak goreng curah kemasan yaitu antara 25–60 tahun. Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang
diperoleh 0,961. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho
diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara umur konsumen minyak goreng curah dan kemasan.
5.2.2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan konsumen minyak goreng yang lebih baik akan memungkinkan konsumen untuk mengambil langkah yang bijaksana dalam
bertindak atau mengambil keputusan.
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,004. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima atau Ho ditolak, artinya ada perbedaan antara tingkat pendidikan konsumen minyak goreng curah
dan kemasan.
5.2.3. Pendapatan
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,049. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima atau Ho ditolak, artinya ada perbedaan antara pendapatan konsumen minyak goreng curah dan
kemasan.
5.2.4. Jumlah Tanggungan
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,738. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan antara jumlah tanggungan konsumen minyak goreng
curah dan kemasan.
5.2.5. Harga Minyak Goreng
Harga minyak goreng curah Rp10.000liter sedangkan harga minyak goreng kemasan bermacam mulai dari harga Rp11.900-Rp13.800 dari berbagai merek
yaitu sancu, filma, fortune, sovia, sania dan bimoli.
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu
yait u α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H1 diterima atau Ho ditolak,
artinya ada perbedaan antara harga minyak goreng curah dan kemasan.
5.2.6. Jumlah Konsumsi Minyak Goreng
Berdasarkan Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh 0,462. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror,
yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, artinya
tidak ada perbedaan antara jumlah konsumsi konsumen minyak goreng curah dan kemasan.
5.3. Pengaruh Karakteristik Konsumen Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak
Goreng Curah dan Kemasan
Hasil uji Hipotesis 3, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng
dan jumlah tanggungan secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah maupun kemasan.
5.3.1. Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Harga Minyak Goreng Dan
Jumlah Tanggungan Secara Serempak Berpengaruh Nyata Terhadap Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Curah
Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan
jumlah konsumsi minyak goreng curah. Variabel-variabel yang dianggap
berpengaruh terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah adalah : umur, tingkat pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng dan jumlah tanggungan.
Tabel 5.3. Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Harga Minyak Goreng Dan Jumlah Tanggungan Terhadap Output
Dalam Konsumsi Minyak Goreng Curah
Variabel Koefisien
t Hitung Signifikan
Konstanta 3.691
.562 .579
Umur X
1
.011 1.175
.251 Tingkat Pendidikan X
2
-.121 -1.706
.101 Pendapatan X
3
8.143E-7 4.116
.000 Jumlah Tanggungan X
4
.709 8.692
.000 Harga Minyak Goreng
Curah .000
-.446 .659
R
2
= 0,857 F Hitung = 28.851
Signifikansi Uji F = 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 4
Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan linier
berganda sebagai berikut :
Y = 3.691 + 0,011 X
1
- 0,121 X
2
+ 0,0000008143 X
3
+ 0,709 X
4
+ 0,000 X
5
Nilai 3.691 adalah titik potong garis regresi tersebut dengan sumbu tegak Y. Nilai
0,011 merupakan koefisien regresi variabel X
1,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan umur sebesar 1 tahun maka akan ada kenaikan jumlah kosumsi
minyak goreng curah sebesar Rp 0,011 L. Nilai – 0,121 merupakan koefisien regresi variabel X
2,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun maka akan ada
penurunan jumlah kosumsi minyak goreng curah sebesar Rp – 0,121 L. Nilai 0,0000008134 merupakan koefisien regresi variabel X
3,
yang menunjukkan
bahwa setiap adanya kenaikan pendapatan sebesar Rp 1.000.000 akan ada kenaikan jumlah kosumsi minyak goreng curah sebesar Rp 0,8134 L
Nilai 0,709 merupakan koefisien regresi variabel X
4,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan jumlah tanggungan sebesar 1 jiwa maka akan ada
kenaikan jumlah kosumsi minyak goreng curah sebesar Rp 0,709 L. Nilai 0,000 merupakan koefisien regresi variabel X
5,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan harga minyak goreng curah sebesar Rp 10.000 maka akan kenaikan
jumlah kosumsi minyak goreng curah sebesar Rp 10 L. Koefisien Determinasi R
2
Dari tabel 5.3 diperoleh nilai R
2
sebesar 0,857 yang berarti bahwa 85,7 jumlah konsumsi minyak goreng curah dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat pendidikan,
pendapatan, jumlah tanggungan dan harga minyak goreng curah. Sedangkan 14,3 sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
Uji F Uji Serempak
Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 28.851 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil
daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0 ,05 atau nilai
sig. F 0,000 ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan H
1
diterima yang artinya faktor umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga minyak goreng
curah secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah.
Uji t Uji Parsial
Dari Tabel 5.3 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga minyak goreng curah
terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah sebagai berikut:
1. Umur X
1
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa variabel umur memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,251. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan
yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H
1
ditolak yang artinya bahwa variabel umur X
1
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah.
Hal tersebut mendukung hasil penelitian Hafiz 2010, yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.
2. Tingkat Pendidikan X
2
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa variabel tingkat pendidikan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,101. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada
probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H
1
ditolak yang artinya bahwa variabel tingkat pendidikan
X
2
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah.
Hal tersebut mendukung hasil penelitian Hafiz 2010, yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen membeli minyak goreng curah.
3. Pendapatan X
3
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada
probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H
1
diterima yang artinya bahwa variabel pendapatan X
4
secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah. Jika pendapatan menurun maka jumlah konsumsi minyak goreng curah juga
menurun dan, sebaliknya jika pendapatan naik maka jumlah konsumsi minyak goreng curah naik.
Hal ini sesuai dengan Teori menurut Setiadi 2003, tinggi atau rendahnya
pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas pembelian. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada sedikit uang untuk
dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit. 4. Jumlah Tanggungan X
4
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa variabel jumlah tanggungan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada
probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H
1
diterima yang artinya bahwa variabel jumlah tanggungan X
5
secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah. Jika jumlah tanggungan menurun maka jumlah konsumsi
minyak goreng curah juga menurun dan, sebaliknya jika jumlah tanggungan naik maka jumlah konsumsi minyak goreng curah naik.
Hal ini sesuai dengan Teori menurut Sukirno 2003, yang menyatakan bahwa
jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pembelian akan semakin meningkat.
Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat.
5. Harga Minyak Goreng Curah X
5
Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa variabel harga minyak goreng curah memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,659. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada
probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H
1
ditolak yang artinya bahwa harga minyak goreng curah X
5
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah.
Harga minyak goreng curah tidak berpengaruh karena minyak goreng merupakan
salah satu dari sembilan bahan pokok yang selalu dibutuhkan walau harganya naik sangat tinggi atau bahkan harganya turun, yang mendukung hasil penelitian dari
Hafiz 2010. Selain itu juga karena data yang digunakan merupakan data cross section sehingga fluktuasi harga tidak kelihatan, sedangkan fluktuasi harga
minyak goreng dapat terlihat pada data time series.
Uji Normalitas
Gambar 5.2. Uji Normalitas Minyak Goreng Curah
Berdasarkan Gambar 5.2., data tersebut normal karena suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila garis yang digambarkan data merapat ke garis
diagonalnya.
Uji Multikolinearitas
Tabel 5.4 Hasil Uji Multikolinearitas Masing-Masing Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah
Variabel Tolerance
VIF
Umur .806
1.241 Tingkat Pendidikan
.371 2.697
Pendapatan .346
2.889 Harga Minyak Goreng
.817 1.224
Jumlah Tanggungan .705
1.419
Dari Tabel 5.4, dapat dilihat nilai tolerance masing-masing karakteristik konsumen yaitu, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng
kemasan dan jumlah tanggungan sebesar 0,806; 0,371; 0,346; 0,817; 0,705. Semua karakteristik konsumen tersebut memiliki nilai tolerance adalah lebih
besar dari 0,1. Begitu juga dengan nilai VIF masing-masing karakteristik konsumen tersebut sebesar 1,241; 2,697 2,889; 1,224; 1,419. Semua karakteristik
konsumen tersebut memiliki nilai VIF adalah lebih kecil dari 10. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada model yang digunakan.
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 5.3. Scatterplot Minyak Goreng Curah
Pada Gambar 5.3., dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
Dapat disimpulkan karakteristik konsumen yang secara parsial berpengaruh nyata
terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah yaitu hanya pendapatan dan jumlah tanggungan. Hal ini berbeda dan tidak mendukung skripsi dari Utama A.
2013 karena karakteristik konsumen yang secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah yaitu harga minyak goreng,
pendapatan dan jumlah tanggungan.
5.3.2. Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Harga Minyak Goreng Dan Jumlah Tanggungan Secara Serempak Berpengaruh Nyata Terhadap
Jumlah Konsumsi Minyak Goreng Kemasan
Dengan menggunakan persamaan linear berganda, dibentuk fungsi persamaan
jumlah konsumsi minyak goreng kemasan. Variabel-variabel yang dianggap berpengaruh terhadap jumlah konsumsi minyak goreng kemasan adalah : umur,
tingkat pendidikan, lamanya berumah tangga, pendapatan, harga minyak goreng dan jumlah tanggungan.
Tabel 5.5. Pengaruh Umur, Tingkat Pendidikan, Pendapatan, Harga Minyak Goreng Dan Jumlah Tanggungan Terhadap Output
Dalam Konsumsi Minyak Goreng Kemasan
Variabel Koefisien
t Hitung Signifikan
Konstanta 6.920
1.974 .060
Umur X
1
.012 .864
.396 Tingkat Pendidikan X
2
.091 .900
.377 Pendapatan X
3
6.175E-7 3.309
.003 Jumlah Tanggungan X
4
.431 3.179
.004 Harga Minyak Goreng
Kemasan X
5
.000 -1.906
.069
R
2
= 0,662 F Hitung = 9.395
Signifikansi Uji F = 0,000 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 5
Seluruh variabel tersebut secara serentak dimasukkan dalam persamaan linier berganda sebagai berikut :
Y = 6.920 + 0,012 X
1
+ 0,091 X
2
+ 0,0000006175 X
3
+ 0,431 X
4
+ 0,000 X
5
Nilai 6.920 adalah titik potong garis regresi tersebut dengan sumbu tegak Y. Nilai
0,012 merupakan koefisien regresi variabel X
1,
yang menunjukkan bahwa setiap
adanya kenaikan umur sebesar 1 tahun maka akan ada kenaikan jumlah kosumsi minyak goreng kemasan sebesar Rp 0,012L.
Nilai 0,091 merupakan koefisien regresi variabel X
2,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan tingkat pendidikan sebesar 1 tahun maka akan ada
kenaikan jumlah kosumsi minyak goreng kemasan sebesar Rp 0,091L. Nilai 0,00000006175 merupakan koefisien regresi variabel X
3,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan pendapatan sebesar Rp 1.000.000 maka akan ada
kenaikan jumlah kosumsi minyak goreng kemasan sebesar Rp 0,6175 L. Nilai 0,431 merupakan koefisien regresi variabel X
4,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan jumlah tanggungan sebesar 1 jiwa maka akan ada
kenaikan jumlah kosumsi minyak goreng kemasan sebesar Rp 0,431 L. Nilai 0,000 merupakan koefisien regresi variabel X
5,
yang menunjukkan bahwa setiap adanya kenaikan harga minyak goreng kemasan sebesar Rp 10.000 maka akan
kenaikan jumlah kosumsi minyak goreng kemasan sebesar Rp 10L. Koefisien Determinasi R
2
Dari Tabel 5.5 diperoleh nilai R
2
sebesar 0,662 yang berarti bahwa 66,2 jumlah konsumsi minyak goreng kemasan dipengaruhi oleh faktor umur, tingkat
pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga minyak goreng kemasan. Sedangkan 33,8 sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar model.
Uji F Uji Serempak
Dari hasil analisis regresi linier berganda diperoleh bahwa nilai F hitung sebesar 9.395 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Nilai yang diperoleh lebih kecil
daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0 ,05 atau nilai
sig. F 0,000 ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan H
1
diterima yang artinya faktor umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga minyak goreng
kemasan secara serempak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng kemasan.
Uji t Uji Parsial
Dari Tabel 5.5 dapat diinterpretasikan pengaruh variabel umur, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan dan harga minyak goreng kemasan
terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah sebagai berikut:
1. Umur X
1
Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa variabel umur memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,396. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada probabilitas kesalahan
yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H
1
ditolak yang artinya bahwa variabel umur X
1
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng kemasan.
Hal tersebut mendukung hasil penelitian Hafiz 2010, yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen membeli minyak goreng.
2. Tingkat Pendidikan X
2
Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa variabel tingkat pendidikan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,377. Nilai yang diperoleh lebih besar daripada
probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H
1
ditolak yang artinya bahwa variabel tingkat pendidikan X
2
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng kemasan.
Hal tersebut mendukung hasil penelitian Hafiz 2010, yang menyatakan bahwa
tidak terdapat hubungan antara umur dan tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen membeli minyak goreng.
3. Pendapatan X
3
Pada Tabel 5.5 dapat dilihat bahwa variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,003. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada
probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H
1
diterima yang artinya bahwa variabel pendapatan X
3
secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng kemasan. Jika pendapatan menurun maka jumlah konsumsi minyak goreng
kemasan juga menurun dan, sebaliknya jika pendapatan naik maka jumlah konsumsi minyak goreng kemasan naik.
Hal ini sesuai dengan Teori menurut Setiadi 2003, tinggi atau rendahnya
pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kuantitas pembelian. Pendapatan
yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada sedikit uang untuk dibelanjakan sehingga seseorang akan membelanjakan lebih sedikit
4. Jumlah Tanggungan X
4
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa variabel jumlah tanggungan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,004. Nilai yang diperoleh lebih kecil daripada
probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak dan H
1
diterima diterima yang artinya bahwa variabel jumlah tanggungan X
4
secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng kemasan. Jika jumlah tanggungan menurun maka jumlah
konsumsi minyak goreng kemasan juga menurun dan, sebaliknya jika jumlah tanggungan naik maka jumlah konsumsi minyak goreng kemasan naik.
Hal ini sesuai dengan Teori menurut Sukirno 2003, yang menyatakan bahwa
jumlah tanggungan akan mempengaruhi jumlah pembelian terhadap suatu barang. Semakin banyak tanggungan, maka jumlah pembelian akan semakin meningkat.
Hal ini berkaitan dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada di suatu tempat.
5. Harga Minyak Goreng Kemasan X
5
Pada tabel 5.5 dapat dilihat bahwa variabel harga minyak goreng kemasan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,069. Nilai yang diperoleh lebih besar
daripada probabilitas kesalahan yang ditoleror, yaitu α 5 atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima dan H
1
ditolak yang artinya bahwa variabel
harga minyak goreng kemasan X
5
secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng kemasan.
Harga minyak goreng kemasan tidak berpengaruh nyata terhadap minyak goreng
kemasan karena harga minyak goreng kemasan bervariasi mulai dari harga Rp 11.900 – Rp 13.800. jika konsumen mengkonsumsi minyak goreng kemasan
seharga 13.800 dan mengalami kenaikan maka konsumen tersebut akan berpindah merek yang masih merupakan minyak goreng kemasan sehingga tidak
mempengaruhi jumlah konsumsi minyak goreng kemasan tersebut.
Uji Normalitas
Gambar 5.4. Uji Normalitas Minyak Goreng Kemasan
Berdasarkan Gambar 5.4., data tersebut normal karena suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila garis yang digambarkan data merapat ke garis
diagonalnya.
Uji Multikolinearitas Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas Masing-Masing Karakteristik
Konsumen Minyak Goreng Kemasan Variabel
Tolerance VIF
Umur .713
1.403 Tingkat Pendidikan
.335 2.989
Pendapatan .298
3.359 Harga Minyak Goreng
.753 1.328
Jumlah Tanggungan .340
2.944
Dari Tabel 5.6, dapat dilihat nilai tolerance masing-masing karakteristik konsumen yaitu, umur, tingkat pendidikan, pendapatan, harga minyak goreng
curah dan jumlah tanggungan sebesar 0,713; 0,335; 0,298; 0,753; 0,340. Semua karakteristik konsumen tersebut memiliki nilai tolerance adalah lebih besar dari
0,1. Begitu juga dengan nilai VIF masing-masing karakteristik konsumen tersebut sebesar 1,403; 2,989; 3,359; 1,328; 2,944. Semua karakteristik konsumen tersebut
memiliki nilai VIF adalah lebih kecil dari 10. Hal ini membuktikan bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada model yang digunakan.
Uji Heteroskedastisitas
Gambar 5.5. Scatterplot
Pada Gambar 5.5., dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
5.4 Perbedaan Pengaruh Karakteristik Konsumen Minyak Goreng Curah
Dengan Kemasan.
Hasil Uji Hipotesis 4, ada perbedaan pengaruh usia, pendidikan, harga minyak
goreng, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi minyak goreng curah dengan konsumsi minyak goreng kemasan. Dapat dilihat dari Tabel 5.6.
sebagai berikut :
Tabel 5.7. Nilai Signifikansi t hitung dari Konsumen Minyak Curah dan Kemasan
Karakteristik Konsumen
Konsumen Minyak Goreng Curah
Kemasan
Umur 0,251
0,396 Tingkat Pendidikan
0,101 0,377
Pendapatan 0,000
0,003 Jumlah Tanggungan
0,000 0,004
Harga Minyak Goreng 0,659
0,069 Pada Tabel 5.7 dapat dijelaskan, bahwa pendapatan dan jumlah tanggungan
memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang merupakan pobabilitas yang ditoleransi, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya pendapatan dan
jumlah tanggungan secara parsial berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi minyak goreng curah dan kemasan. Maka dapat disimpulkan bahwasanya tidak
ada perbedaan pengaruh karakteristik konsumen minyak goreng curah dengan kemasan.
5.5 Alasan Konsumen Membeli Minyak Goreng Curah dan Kemasan