1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat 1, struktur dan muatan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan KTSP jenjang pendidikan dasar, menengah meliputi lima kelompok mata pelajaran: 1 kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2 kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; 3 kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; 4 kelompok mata pelajaran estetika;
5 kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian diberikan di jenjang pendidikan
dasar, menengah untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara,
serta meningkatkan kualitas dirinya sebagai manusia. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006, Standar
Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD PKn di SDMI merupakan standar minimum secara nasional yang harus dicapai peserta didik, dijadikan acuan
pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memfokuskan pembentukan warganegara yang memahami,
mampu melaksanakan hak dan kewajibannya menjadi warganegara Indonesia cerdas, terampil, berkarakter sesuai Pancasila dan UUD 1945 Permendiknas,
2006.
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan: 1 berpikir secara kritis, rasional, kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan; 2 berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, serta anti-
korupsi; 3 berkembang secara positif, demokratis membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa
lain; 4 berinteraksi dengan bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Untuk mencapai
tujuan tersebut,
Pendidikan Kewarganergaraan
mencakup aspek-aspek: 1 persatuan dan kesatuan bangsa; 2 norma, hukum dan peraturan; 3 hak asasi manusia; 4 kebutuhan warga negara; 5 konstitusi negara;
6 kekuasan dan politik; 7 pancasila; 8 globalisasi Lampiran Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan bisa tercapai jika implementasi pembelajaran PKn di sekolah dirancang interaktif, menyenangkan, memotivasi
peserta didik berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak permasalahan muncul terkait proses pembelajaran PKn di sekolah
sehingga tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Berdasarkan temuan Depdiknas 2007, masih banyak permasalahan
pelaksanaan standar isi mata pelajaran PKn. Pemahaman guru terhadap SK-KD sangat beragam, karena latar belakang pendidikan, daerah, kapasitas, kompetensi
sehingga guru kesulitan memahami dan memaknai SK-KD dalam implementasi
pembelajaran. Kebiasaan guru “taken for granted” dari pusat memperlemah
kreativitas dan inovasi mereka dalam mengembangkan pembelajaran. Guru menerapkan pembelajaran lebih menekankan strategi mengaktifkan guru, kurang
melibatkan peserta didik, pembelajaran kurang kreatif, lebih banyak menggunakan strategi konvensional ceramah dan kurang mengoptimalkan
media pembelajaran. Hal ini menyebabkan siswa kurang aktif mengikuti proses pembelajaran, bahkan cenderung pasif. Siswa hanya diam saja, mendengarkan,
mencatat, dan mudah bosan dalam pembelajaran. Permasalahan yang dikemukakan Depdiknas merupakan gambaran umum
permasalahan praktik pembelajaran PKn. Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran secara langsung, wawancara dan observasi bersama kolaborator,
diketahui permasalahan hampir serupa terjadi di kelas IVB SDN Karanganyar 01. Saat menyampaikan materi, guru belum optimal menerapkan strategi
pembelajaran inovatif, khususnya yang cocok diterapkan pada mata pelajaran PKn. Guru juga masih terbatas menggunakan media pembelajaran terutama media
berteknologi. Hal tersebut berdampak langsung terhadap aktivitas siswa yang cenderung rendah. Siswa menganggap PKn bersifat teoritis dan hafalan sehingga
kurang antusias mengikuti pembelajaran. Siswa terlihat berdiam diri ketika guru memberi pertanyaan. Beberapa siswa justru bermain sendiri, menggambar di buku
tulis, mengobrol dengan teman sebangku tanpa memperhatikan penjelasan materi
yang disampaikan guru.
Proses pembelajaran seperti di atas berdampak pada prestasi belajar siswa. Berdasarkan data dokumen dan hasil tes menunjukkan sebagian besar pencapaian
hasil belajar siswa kelas IVB pada mata pelajaran PKn masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yaitu 65. Sebanyak 60, 98 atau 25 dari 41 siswa
kelas IVB mendapatkan nilai di bawah 65, nilai terendah 55, nilai tertinggi 90, rata-rata kelas 68,4.
Dapat disimpulkan, kualitas pembelajaran PKn di Kelas IVB SDN Karanganyar 01 masih rendah sehingga perlu diadakan perbaikan dengan
merancang sebuah pembelajaran bermakna. Pembelajaran bermakna tidak difokuskan mengembangkan kemampuan
salah satu aspek, melainkan mendukung perkembangan semua aspek secara utuh Ahmadi, dkk, 2011: 140. Anak belajar tidak hanya bertumpu pada
pengembangan kognitif, tetapi kemampuan kognitif dijadikan pijakan mengembangkan kematangan sosial, emosional lebih tinggi serta aspek lain secara
holistik. Pengalaman bermakna terbangun apabila segala hal yang dipelajari anak terkait kehidupannya, dengan pengalaman, pengetahuan yang telah dimiliki
sebelumnya. Oleh karena itu, peneliti bersama kolaborator menetapkan alternatif tindakan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran PKn melalui penerapan
strategi concept mapping dengan multimedia. Strategi concept mapping peta konsep merupakan strategi yang
dikembangkan berdasarkan konsepsi organisasi kognitif Ausubel. Ausubel merekomendasikan
advance organizers
pengorganisasian awal
untuk meningkatkan kemampuan siswa mempelajari informasi baru karena merupakan
kerangka bentuk abstraksi atau ringkasan konsep-konsep dasar materi yang sedang dipelajari. Sedangkan Martin dalam Trianto, 2007: 157, pemetaan
konsep concept mapping merupakan inovasi baru untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan
bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari.
Agar penerapan strategi concept mapping lebih optimal, peneliti menggunakan multimedia sebagai media pendukung. Multimedia adalah media
menggabungkan dua unsur atau lebih terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video, animasi secara terintegrasi Ahmadi, dkk, 2011: 158. Sedangkan menurut
Munir 2012: 6, multimedia dapat mengembangkan kemampuan indera, menarik perhatian dan minat. Selain itu, dapat menyajikan informasi yang dilihat,
didengar, dilakukan, sehingga multimedia sangat efektif dijadikan alat tools lengkap dalam proses pengajaran dan pembelajaran.
Setelah mengkaji kelebihan strategi concept mapping dan multimedia, peneliti bersama kolaborator meyakini jika strategi concept mapping dengan
multimedia dapat mengurangi permasalahan pada pembelajaran PKn di kelas IVB. Oleh karena itu, peneliti akan mengkaji masalah melalui penelitian tindakan
kelas dengan judul Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Strategi Concept Mapping dengan Multimedia pada Siswa Kelas IVB SDN Karanganyar
01.
1.2 RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH