Kitosan dan Aplikasinya. Hipotesis

TINJAUAN PUSTAKA A. KITOSAN, KITOOLIGOMER DAN KITOSANASE

1. Kitosan dan Aplikasinya.

Kitosan adalah biopolimer yang tersusun atas D-glukosamin dengan ikatan glikosidik â 1 4 yang dapat dihasilkan dari kitin, yaitu polimer linier â 1 4-2- asetamido-2-deoxy-D-glukosa N-asetilglukosamin. Kitin adalah komponen utama pada kulit kepiting dan udang atau kelompok kerang-kerangan crustacea Goosen et al. 1997. Sebagian besar kitosan untuk penggunaan komersial dan penelitian diproduksi dari deasetilasi kitin yang berasal dari kulit udang dan kepiting, limbah utama pada industri pengolahan shellfish. Secara alami kitosan dapat dihasilkan dari fungi golongan zygomycetes Miyoshi et al. 1992. Kitosan adalah polimer alami, sehingga tidak bersifat toksik, tidak larut dalam air yang bersifat basa tetapi larut baik dalam pelarut asam di bawah pH 6. Aplikasi polimer kitosan tidak sebanyak bentuk kitooligomernya, hal ini disebabkan karena kitosan memiliki berat molekul yang besar dan viskositas yang tinggi. Untuk memperoleh kitosan dari kitin dapat dilakukan secara kimia dan enzimatis. Kedua reaksi tersebut bertujuan untuk menghilangkan gugus asetil yang terdapat pada kitin. Reaksi enzimatis menggunakan enzim kitin deasetilase, sedangkan untuk memperoleh kitosan secara kimia dari kitin dapat melalui kombinasi perlakuan panas 60 o C – 140 o C dan larutan alkali larutan NaOH 30 – 50. Derajat deasetilasi kitosan biasanya berada antara 70 - 90 tergantung metoda yang digunakan Goosen et al. 1997. Derajat deasetilasi dipengaruhi oleh konsentrasi basa, temperatur dan rasio kitin terlarut, derajat deasetilasi akan meningkat dengan meningkatnya temperatur atau konsentrasi NaOH Chang et al. 1997. Proses deasetilasi secara termokimia tersebut dalam banyak hal tidak menguntungkan karena tidak ramah lingkungan, prosesnya tidak mudah dikendalikan, dan kitosan yang dihasilkan memiliki berat molekul dan derajat deasetilasi yang tidak seragam Chang et al. 1997; Tsigos et al. 2000. Proses deasetilasi yang menggunakan kombinasi perlakuan secara kimiawi dan enzimatis seperti yang telah dilakukan oleh Rochima 2005 merupakan alternatif proses yang lebih baik. Jalur degradatif kitin menjadi kitosan dapat dilihat pada Gambar 1, sedangkan struktur molekul kitin dan kitosan dapat dilihat pada Gambar 2. Kitin deasetilase EC 3.5.1.4 Kitin Kitosan Kitinase E.C 3.2.1.14 Lysozyme Kitosanase E.C 3.2.1.17 EC 3.2.1.132 Kitin oligosakarida Kitosan oligosakarida N-acetil- β -D- glukosamidase D- glukosamidase EC 3.2.1.30 N-Asetil – D- Glukosamin D-Glukosamin Gambar 1 Jalur degradasi kitin Goosen 1997 Gambar 2 Struktur molekul kitin dan kitosan Li et al. 1997 Proses pengubahan kitin menjadi turunan oligosakarida secara kimiawi oleh asam cenderung dihindari karena proses ini tidak dapat dikontrol, menghasilkan lebih banyak monomer D-glukosamin dan lebih sedikit kitooligomer, padahal, yang memiliki aktivitas biologi penting adalah senyawa- senyawa kitooligomernya Kolodziesjka et al. 2000, Curroto Aros 1993. Hidrolisis kitosan secara enzimatis adalah cara yang lebih baik untuk mendapatkan senyawa-senyawa kitooligomer dengan derajat polimerisasi yang lebih rendah, karena sifat fungsional bergantung pada berat molekulnya Suzuki 1996, Kolodziejska et al. 2000. Banyak studi yang telah dilakukan mengenai penggunaan enzim untuk mendegradasi kitosan. Aiba 1993,1994 menghidrolisis kitosan menggunakan enzim kitinase dan lisozim. Pantaleone et al. 1992 dan Brine et al. 1992 melaporkan penggunaan enzim glikanase, protease, lipase, dan tannase yang berasal dari bakteri, fungi, mamalia, dan tanaman untuk menghidrolisis kitosan. Muzarelli et al. 1995a, 1995b telah menggunakan enzim papain dan lipase untuk depolimerisasi kitosan. Guo dan Hung 2002 melaporkan penggunaan enzim selulase untuk memperoleh senyawa -senyawa kitooligosakarida dari kitosan. Berbagai proses tersebut dikembangkan untuk menghasilkan proses hidrolisis yang efisien terhadap kitosan, akan tetapi penggunaan enzim-enzim tersebut membutuhkan konsentrasi yang relatif tinggi, sedangkan kitosanase menunjukkan aktivitas yang cukup baik pada konsentrasi yang kecil Jeon dan Kim 2000. Telah banyak dilaporkan adanya sifat fisiologis penting senyawa-senyawa kitooligo mer hasil degradasi kitin dan kitosan, yang memiliki daya antibakteri, antijamur, antitumor, penurun kolesterol, penurun tekanan darah tinggi, dan kemampuannya dalam meningkatkan daya imunologis Dalwoo 2004, Muzarelli 1996, Shahidi et al.1999, Suzuki et al. 1986, Suzuki 1996. Dalam bidang farmasi, kitooligomer mampu menurunkan kolesterol. Aktivitas hipokolesterolemik kitooligomer kemungkinan disebabkan karena penghambatan pembentukan micelle yang mengandung kolesterol, asam lemak dan monogliserida, sehingga berperan aktif sebagai anti kolesterol Goosen 1997, Dodane dan Vilivalam 1998. Cui dan Mumper 2001 meneliti tentang penggunaan kitosan dan oligomernya untuk berkompleks dengan CMC Carboxyl Methyl Cellulose guna membentuk kationik nano patrikel yang stabil untuk keperluan imunisasi genetik. Kemampuan kitosan dan senyawa-senyawa kitooligomer sebagai antimikroba telah diujikan pada organisme penghasil spora pada media laboratorium dan makanan, ternyata Kitooligomer yang lebih pendek lebih efektif berperan sebagai antimikroba daripada yang berantai panjang Shahidi et al. 1999 ; Rhoades dan Roller 2000 ; Meidina 2005 . Pada Tabel 1 disajikan informasi penelitian yang telah dilakukan untuk memperoleh senyawa-senyawa kitooligo mer yang berasal dari kitin dan kitosan Tabel 1 Beberapa penelitian produksi senyawa-senyawa kitooligo mer N o Enzim Sumber Aktivitas Metode Substrat konsentrasi Hasil Referensi 1. Kitosanase Bacillus pumilus BN-262 45 o C 5,10,15 dan 25 Ug Chit UFmembran reaktor Kitosan terlarut 1 DD 89 Trimer - Heksamer Jeon Kim 2000 2. Kitosanase Bacillus sp BN-262 50 o C 1g100ml 13 prot Imobilisasi pada suport gel agar Kitosan terlarut 0,5 DD 100 Pentamer Heksamer Ichikawa et al. 2002 3. Kitinase Streptomyc es cursanovii 37 o C 0,38Uml Imobilisasi pada macroporous cross linked chitin Kitin koloidal 1 DD 85 Dimer - Nanomer Ilyina et al. 2000 4. Lisozim lateks pepaya Degradasi re - dox H 2 O 2 FeIII Kitosan hidrokhlorid a 1 DD 15,6 Rhoades Roller 2000 5. Kitosanase Bacillus sp Strain CK4 60 o C 0,1mg ml Purifikasi dengan DEAE Toyopear l650-M Kitosan koloidal l DD 100 Monomer - Heksamer Yoon et al. 2001 6. Kitosanase Bacillus sp Strain KCTC 0377BP 40 o C 2-8 Ug Inkubasi enzim dan substrat selama 24 jam. Direct enzymatic reaction Kitosan terlarut 20 - 40 mgml DD 39, 50 dan 72 Trimer - Heptamer Yeon et al. 2004 Senyawa-senyawa kitooligomer dilaporkan memiliki aktivitas anti kanker, laporan ini antara lain dikemukakan oleh Ye on 2004 bahwa heksa N-asetil kitoheksaose dan kitoheksaose memiliki pengaruh penghambat pertumbuhan dari sel tumor Meth A-solid. Semenuk et al. 2001 melaporkan aktivitas kitooligomer sebagai anti tumor melalui kemampuan senyawa kitooligomer bertindak sebagai ligan bagi reseptor sel natural killer yang mengakibatkan aktivasi selular sistim imun sehingga kitooligomer tersebut dapat berfungsi sebagai anti tumor. Pae et al. 2001 melaporkan terjadinya penghambatan pada sel promyelocytic leukemia HL-60 oleh water-soluble chitosan oligomer WSCO. Shen 2002 juga melaporkan kitosan larut air WSC secara signifikan menghambat proliferasi sel kanker ASG. Guo Hung 2002 melaporkan senyawa kitooligosakarida yang dihasilkan dari enzim selulase memiliki pengaruh pada fungsi sistim imun seperti mempengaruhi proliferasi sel makrofag dan hibridoma HB4C5 secara in vitro. Sedangkan secara in vivo terbukti meningkatkan kandungan IgG dan IgM dalam serum darah mencit yang diinjeksi dengan N- asetil kitoheksaose.

2. Kitosanase dan Mikroba Penghasil Kitosanase