Tabel 4 Nilai normal elemen-elemen selular pada darah manusia
a
Elemen-elemen seluler
Rata-rata selml
Kisaran normal Persen dari
leukosit total A.Leukosit
9000 4000 - 11000
- -Granulosit :
Neutrofil Eusinofil
Basofil 5400
275 35
3000-6000 150-300
0-100 50-70
1-4 0,4
-Agranulosit Limfosit
Monosit 2750
540 1500-4000
300-600 20-40
2-8 B.Eritrosit
Laki-laki Wanita
5,4 x 10
6
4,8 x 10
6
C.Platelets 300000
2-5 x 10
5
a Ganong 1990
Sistem imun merupakan sistem interaktif kompleks dari beragam jenis sel imunokompeten yang bekerjasama dalam proses identifikasi dan eliminasi
mikroorganisme patogen dan zat-zat berbahaya lainnya yang masuk ke dalam tubuh. Sistem imun dibedakan dalam dua kelas yaitu sistem imun non spesifik
dan spesifik. Respon imun non spesifik timbul sebagai reaksi terhadap mikroorganisme patogen dan zat asing lainnya melalui fagositosis dan monosit
makrofag, barier kimia melalui sekresi internal dan eksternal, lisozim dalam mukus jaringan, air mata, laktoperoksidase dalam saliva, protein darah,
interferon, sistem kinin dan komplemen, dan sel Natural Killer NK Parslow 1997. Sistem imun spesifik meliputi sistem imun seluler dan humoral. Sistem
imun seluler memberikan pertahanan terhadap serangan mikroorganisme intra dan ekstraseluler melalui sekresi limfokin seperti interferon dan interleukin.
Sedangkan sistem imun humoral memberi pertahanan melalui produksi antibodi terhadap antigen spesifik Roitt dan Delves 2001.
1. Sel Limfosit
Sel limfosit terdiri dari 2 tipe sel yang mampu membuat kekebalan yaitu sel limfosit T, yang berfungsi dalam imunitas seluler, dan sel limfosit B yang
berfungsi dalam imunitas humoral Bellanti 1993. Sel limfosit B berasal dari sumsum tulang belakang dan berdiferensiasi dalam jaringan ekivalen bursa.
Jumlah sel limfosit B dalam keadaan normal berkisar antara 10 - 15. Setiap sel
B memiliki 10
5
B Cell Receptor BCR, dan setiap BCR memiliki dua situs pengikatan antigen yang identik. Antigen yang umum bagi sel B adalah protein
dengan struktur tiga dimensi. BCR dan antibodi mengikat antigen dalam bentuk aslinya. Hal ini membedakan sel B dengan sel T, yang mengikat antigen yang
sudah terproses dalam sel Kresno 1996. Sel limfosit dapat mengenali suatu antigen secara spesifik dan menerima
sinyal untuk berproliferasi. Setelah berikatan dengan antigen, limfosit B akan mengalami proses perkembangan melalui 2 jalur, yaitu a berdiferensiasi
menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin, dan b membelah lalu kembali dalam keadaan istirahat sebagai sel limfosit B memori. Sel limfosit
mampu berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sebuah klon yang terdiri dari sel-sel efektor dengan spesifisitas antigen yang sama Decker 2001.
Sel T merupakan bagian dari sel limfosit yang sebagian besar terdapat dalam sirkulasi darah, yaitu sebanyak 65-85 Kresno 1996. Sel T terdiri dari
tiga subset yaitu sel Tc atau sel T sitotoksik, sel Th atau sel T helper, dan sel Ts atau sel T supressor Roitt dan Delves 2001. Sel Tc berfungsi untuk membunuh
sel-sel yang terinfeksi patogen intraselular, dan sel Th berperan dalam stimulasi sintesis antibodi dan aktivasi makrofag dengan cara mensekresikan molekul
sinyal yang disebut sitokin. Sel Ts mampu menekan aktivitas sel imun. Sel T memiliki molekul T Cell Antigen Receptor TCR yang dapat mengenali epitop
suatu antigen melalui kerjasama dengan molekul protein permukaan pada Antigen Presenting Cells
APC. Sel T teraktivasi oleh antigen spesifik sehingga terstimulasi untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T memori dan
berbagai sel T efektor yang mensekresi berbagai limfokin. Limfokin tersebut berpengaruh pada aktivasi sel B, Tc, dan sel-sel fagositik,sel NK dan sel lain
yang terlibat dalam sistim imun Roitt dan Delves 2001. Sel natural killer sel NK adalah sel limfosit granular yang berukuran besar.
Pada manusia normal, sel NK terdapat dalam jumlah 5-15 dari jumlah limfosit darah Kresno 1996. Sel ini merupakan garis depan pertahanan tubuh terhadap
sel yang terinfeksi virus dan sel tumor. Sel NK memiliki reseptor yang menyerupai lektin, yaitu reseptor yang dapat berikatan dengan senyawa
karbohidrat pada sel sasaran sehingga menghasilkan pengiriman sinyal pada sel NK untuk membunuh sel tersebut. Populasi sel sel NK dapat membunuh sel
sasaran secara spontan tanpa sensitisasi terlebih dahulu. Menurut Roitts dan
Delves 2001, ketika sel terinfeksi virus atau berubah bentuk menjadi sel yang termutasi, molekul permukaannya berubah. Perubahan ini dikenali oleh sel NK,
lalu sel NK membunuh sel tersebut. Sel NK secara fenotip berbeda dengan sel limfosit T maupun sel limfosit B, yaitu tidak memiliki CD3TCR maupun sIg
surface immunoglobulin. Sel ini memiliki petanda CD56 dan CD16. Sel yang terinfeksi virus menghasilkan interferon yang dapat memberi isyarat ke sel pada
jaringan yang berdekatan. Sel NK diduga dapat mengenali sel tumor atau sel yang terinfeksi virus karena sel sasaran tersebut mengekspresikan molekul
glikoprotein pada permukaan sel yang membedakannya dari sel normal. Glikoprotein tersebut kemudian bertindak sebagai lektin yang dapat mengikat sel
NK melalui reseptor yang terdapat pada permukaan sel NK sehingga terjadi ransangan Kresno 1996. Sitolisis terhadap sel tumor dapat terjadi karena
dilepaskannya faktor sitotoksik perforin yang berasal dari granula dalam sel NK. Disamping itu di dalam granula juga terdapat zat yang tahan terhadap faktor
sitotoksik, yaitu kondroitin sulfat A, yang melindungi sel NK terhadap autolisis oleh substansinya sendiri Kresno 1996.
2. Pengujian Proliferasi Limfosit