Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel K562 Oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer

68

2. Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel K562 Oleh Senyawa-senyawa Kitooligomer

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan metode MTT terhadap kemampuan penghambatan proliferasi sel kanker K562chronic myelogenous leukemia , kitosan dan senyawa-senyawa kitooligomer campuran dalam hidrolisat serta senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi trimer – heksamer memiliki aktivitas penghambatan proliferasi sel K562. Gambar 23 memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi sel K562 oleh senyawa- senyawa kitooligomer hasil fraksinasi. Keterangan : FBS 0.0085 1j DD85 = Hasil reaksi enzim Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60 o C dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD85 selama 1 jam. FBS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60 o C dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD85 selama 3 jam. EM 0.0085 6j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD 90, 6 jam EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD 90, 9 jam AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD85, 1 jam AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 Umg kitosan DD85, 3 jam. Br-d U = 2-Bromo deoksi uridin senyawa anti kanker komersial, Sigma Standar = Senyawa-senyawa kitooligomer murni dari Seikagaku Corp,Jepang. Gambar 23 Aktivitas senyawa-senyawa kitooligomer hasil fraksinasi sebagai penghambat proliferasi sel K562 Hasil pengujian dari preparat standar senyawa-senyawa kitooligomer murni dari Seikagaku Corp Jepang memperlihatkan adanya aktivitas penghambatan yang tertinggi pada senyawa kitooligomer unit pentamer sebesar 10.86, tetapi aktivitas tersebut lebih rendah dari aktivitas penghambatan heksamer yang dihasilkan oleh hidrolisat EM 0.0085 9j DD90 hasil reaksi enzim murni dengan 2 4 6 8 10 12 14 16 18 FBS 0.0085 1j DD85 FBS 0.0085 3j DD85 AS 0.10 3j DD85 EM 0.0085 6j DD90 EM 0.0085 9j DD90 Standar Br-du Hirolisat enzimatik Penghambatan proliferasi Trimer Tetramer Pentamer Heksamer 69 aktivitas 0.0085 unit per miligram kitosan pada substrat kitosan DD 90 selama 9 jam sebesar 15.68 yang me rupakan aktivitas penghambatan tertinggi terhadap sel K562. Hal ini berarti telah terjadi pengurangan jumlah sel oleh preparat heksamer EM 0.0085 9j DD90 sebesar 15.68 dari jumlah sel kontrol 1 x 10 5 selml. Aktivitas penghambatan proliferasi dari senyawa kontrol positif anti kanker 2-Bromo deoksi uridin hanya memiliki nilai sekitar 1.22 pada konsentrasi yang sama 17µgml kultur. Perbedaan aktivitas penghambatan oleh preparat heksamer EM 0.0085 9j DD90 dengan kontrol positif tersebut mencapai 14,46. Gambar 24 berikut memperlihatkan aktivitas penghambatan proliferasi sel K562 oleh hidrolisat enzimatik yang mengandung senyawa-senyawa kitool igomer. Keterangan : FBS 0.0085 3j DD85 = Hasil reaksi enzim Filtrat bebas sel yang dipanaskan selama 20 menit 60 o C dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD85 selama 3 jam. EM 0.0085 9j DD90 = Hasil reaksi enzim murni dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD 90, 9 jam AS 0.005 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.005 Umg kitosan DD85 3 jam. AS 0.0085 1j DD85 = hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.0085 Umg kitosan DD85, 1 jam. AS 0.10 3j DD85 = Hasil reaksi enzim hasil pekatan amonium sulfat dengan konsentrasi 0.10 Umg kitosan DD85, 3 jam. Kit D85 = Kitosan dengan derajat deasetilasi 85 Br-dU = 2-Bromo deoksi uridin senyawa anti kanker komersial, Sigma Gambar 24 Aktivitas senyawa -senyawa kitooligomer dalam hidrolisat sebagai penghambat proliferasi sel K562. Kemampuan senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat yang memperlihatkan aktivitas penghambatan tertinggi dimiliki oleh hidrolisat AS 0.10 3j DD85 hasil reaksi enzimatik dari preparat enzim pekatan amonium sulfat 80 dengan aktivitas 0.10 unit per miligram kitosan DD85 selama tiga jam sebesar 5 10 15 20 25 FBS 0.0085 3j DD85 AS 0.005 3j DD85 AS 0.0085 1j DD85 AS 0.10 3j DD85 EM 0.0085 9j DD90 kit DD85 BrdU Senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat Penghambatan proliferasi K562 70 20.58. Kitosan dengan derajat deasetilasi 85 memiliki aktivitas lebih rendah daripada hidrolisat AS 0.005 3jDD85 dan EM 0.0085 9j DD90, yaitu sebesar 13.16, tetapi lebih tinggi dari hidrolisat FBS 0.0085 3j DD85 dan AS 0.0085 1j DD85. Aktivitas penghambatan proliferasi oleh kitosan DD 85, hidrolisat AS 0.005 3j DD85 dan EM 0.0085 9j DD90 tersebut ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas penghambatan proliferasi oleh senyawa anti kanker 2-Bromo deoksi uridin terhadap sel K562 sebesar 1.22 pada konsentrasi yang sama 17 µgml kultur, yang digunakan sebagai kontrol positif dalam pengujian ini. Oleh karena itu respon penghambatan proliferasi terhadap sel K562 ini dianggap sebagai respon sifat sitotoksik dari senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat reaksi enzimatik terhadap sel K562. Berdasarkan hasil pengujian aktivitas penghambatan proliferasi tertinggi terhadap sel K562 oleh hidrolisat AS0.005 3j DD85 dan AS 0.10 3j DD85, dihubungkan dengan hasil analisis komposisi senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dengan alat kromatografi HPLC menunjukkan bahwa komposisi senyawa-senyawa kitooligomer dari hidrolisat AS 0.10 3j DD85 adalah konsentrasi unit monomer yang lebih banyak daripada kitooligomer dengan unit dimer sampai heksamer. Berarti aktivitas penghambatan proliferasi terhadap sel K562 oleh senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh komposisi glukosamin sebagai monomer kitosan. Tetapi setelah melalui proses fraksinasi ternyata sampel heksamer dari hidrolisat enzim murni hasil inkubasi selama 9 jam dengan substrat menunjukkan aktivitas penghambatan proliferasi yang lebih tinggi terhadap sel K562 daripada monomer glukosamin. Beberapa peneliti juga melaporkan aktivitas anti kanker terbaik dari senyawa-senyawa kitooligomer adalah senyawa kitooligomer dengan unit heksamer. Respon penghambatan proliferasi terhadap sel K562 nampak lebih tinggi pada sampel senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dibandingkan dengan sampel senyawa-senyawa kitooligomer murni, dengan perbedaan nilai aktivitas penghambatan sekitar 4.9. Perbedaan aktivitas penghambatan proliferasi dari senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat dengan senyawa anti kanker 2-Bromo deoksi uridin sebagai kontrol positif mencapai nilai sekitar 19.37. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa senyawa-senyawa kitooligomer dalam hidrolisat yang dihasilkan dari hasil reaksi enzimatik cukup efektif memberikan respon penghambatan proliferasi terhadap sel K562, 71 dibandingkan dengan senyawa -senyawa kitooligomer hasil fraksinasi yang ternyata lebih toksik terhadap sel limfosit daripada kitosannya sendiri serta senyawa anti kanker 2-Bromo deoksi uridin. Gambar 25 berikut memperlihatkan perbedaan profil sel K562 setelah mengalami inkubasi selama 3 tiga hari dengan hidrolisat dan tanpa hidrolisat senyawa-senyawa kitooligomer. Sel K562 kontrol Sel K562 dengan hidrolisat AS 0.005 3j DD85 Gambar 25 Profil sel K562 hasil perbesaran lensa obyektif inverted microscope sebesar 100 kali. Hasil penelitian tentang mekanisme penghambatan poliferasi sel K562 chronic myelogenous leukemia dilaporkan oleh Shunji 2004 yang meneliti pengaruh pemberian smenospongin yang merupakan senyawa sesquiterpen aminoquinon yang diisolasi dari spong laut pada konsentrasi 3-15 mikromolar dapat menginduksi diferensiasi sel K562 menjadi eritroblast. Adanya smenospongin membuat siklus sel terhenti pada fase G1 fasetahap sel menyiapkan proses replikasi DNA.

3. Hasil Pengujian Penghambatan Proliferasi Sel HeLa Oleh Senyawa- senyawa Kitooligomer