Hakikat Tindak Tutur Tindak Tutur
tanya untuk menanyakan sesuatu. Tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang berbeda dengan modus kalimatnya, maka maksud dari tindak tutur tidak langsung
dapat beragam dan bergantung konteksnya. Selain itu, berkaitan dengan keberagaman makna tuturan, Djajasudarma dalam
Rusminto, 2015: 68 menyatakan bahwa linguis penganut ancangan formal mengklasifikasikan makna tuturan ke dalam enam klasifikasi yang disebutnya
sebagai kalimat. Keenam klasifikasi tersebut, sebagai berikut. 1. Kalimat deklaratif, yaitu kalimat yang memberikan informasi.
2. Kalimat interogatif, yaitu kalimat yang membutuhkan jawaban tentang sesuatu.
3. Kalimat imperatif, yaitu kalimat yang berisi perintah atau suruhan, permohonan, ajakan, dan larangan.
4. Kalimat aditif, yaitu unsur terikat yang tersambung pada kalimat pernyataan. 5. Kalimat responsif, yaitu kalimat terikat yang tersambung pada kalimat
pernyataan. 6. Kalimat interjeksi, yaitu kalimat yang menyatakan rasa terkejut dan heran
mengenai sesuatu. Searle dalam Rusminto, 2015: 69 mengklasifikasikan tindak ilokusi menjadi
lima macam, 1 asertif, yakni ilokusi dimana penutur terikat pada kebenaran preposisi yang diungkapkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual,
mengeluh, mengemukakan pendapat, dan melaporkan represetasi; 2 direktif, yaitu ilokusi yang bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan yang
dilakukan oleh mitra tutur Leech menyebutnya dengan tidak ilokusi impositif,
seperti memesan, memerintah, meminta, merekomendasi, dan memberi nasihat; 3 komisif, yaitu ilokusi dimana penutur terikat pada suatu tindakan di masa
depan, misalnya menjanjikan, menawarkan, atau berkaul; 4 ekspresif, yaitu ilokusi yang berfungsi mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap
keadaan yang tersirat oleh ilokusi, misalnya mengungkapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengecam, dan berbelasungkawa; 5
deklaratif, yaitu ilokusi yang digunakan untuk memastikan antara preposisi dengan kenyataan, misalnya membaptis, memecat, memberi nama, menjatuhkan
hukuman, dan mengangkat. Ibrahim dalam Rusminto, 2015: 71 mengemukakan bahwa dalam sebuah
peristiwa tutur, penutur tidak selalu mengatakan maksudnya secara langsung, melainkan sering juga menggunakan tindak tutur tidak langsung. Penggunaan
bentuk verbal langsung dan tidak langsung dalam peristiwa tutur sejalan dengan pandangan bahwa bentuk tutur yang bermacam-macam dapat digunakan untuk
menyampaikan maksud yang sama, sebaliknya berbagai macam maksud dapat disampaikan dengan tuturan yang sama. Djajasudarma dalam Rusminto, 2015:
71 mengemukakan bahwa tindak tutur langsung adalah tindak tutur yang diungkapkan secara lugas, sehingga mudah dipahami oleh mitra tutur, sedangkan
tindak tutur tidak langsung adalah tindak tutur yang bermakna kontekstual dan situasional.