1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Depdiknas, 2003:4. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan khususnya pada bab IV pasal 19 ayat 1 berbunyi “proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik”. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa pendidikan nasional diharapkan mampu mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang cerdas, dan memliki kepribadian yang
sesuai dengan karakter bangsa Indonesia BSNP, 2005:11. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 22 tahun 2006,
dalam Standar Isi menyebutkan Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar
KD SDMI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh siswa dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan
pendidikan. Struktur kurikulum SDMI meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I sampai
dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SDMI terdiri dari komponen mata pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesenian, muatan Lokal dan Pengembangan
Diri Depdiknas 2006:8. Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 37 ayat 1 disebutkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata
pelajaran wajib pada kurikulum tingkat dasar dan menengah yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik yang mempunyai rasa kebangsaan dan cinta tanah
air. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD MI BNSP,
2006:207 menjelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan watak
warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1 berpikir
secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi kewarganegaraan, 2 berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi, 3
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lainnya, 4 berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi. Proses pembelajaran yang berlangsung hendaknya diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, dan menyenangkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada dasarnya guru harus bisa menerapkan model serta media pembelajaran yang
inovatif dan menarik serta dapat memberikan ruang bagi peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam memecahkan suatu permasalahan. Akan tetapi,
dalam kegaiatan pembelajaran umumnya guru masih belum menerapkan model pembelajaran yang inovatif. Hal tersebut tentu saja berakibat pada rendahnya
kualitas pembelajaran yang meliputi keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Sesuai dengan temuan Depdiknas 2007 menunjukkan bahwa
masih banyak permasalahan yang terjadi ketika pelaksanaan standar isi mata pelajaran PKn. Kurangnya sarana penunjang media, sumber buku, dan kurang nya
kemampuan guru dalam mengembangkan media dan metode pembelajaran menjadi salah satu masalahnya. Selain itu, pelaksanaan pembelajaran yang
diterapkan saat ini masih kurang mengaktifkan siswa. Dari hasil refleksi awal antara peneliti dan kolaborator terhadap
pembelajaran PKn di kelas VA SDN Tambakaji 05, diperoleh data sebagai berikut: guru belum menerapkan model dan media pembelajaran yang inovatif
dan bervariasi, ketika pembelajaran guru masih menerapkan pembelajaran
konvensional dengan fokus memberikan ceramah di depan kelas dan dilanjutkan dengan pemberian tugas. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran PKn di dalam
kelas terkesan monoton dan kurang mengaktifkan siswa. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap
sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata dan kurang menekankan pada aspek penalaran sehingga minat siswa terhadap mata pelajaran
PKn menjadi rendah yang berakibat juga pada rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa ditunjukkan dari hasil analisis nilai ulangan
harian siswa kelas VA SDN Tambakaji 05 yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang telah ditetapkan sekolah yaitu 62. Data hasil
ulangan harian mata pelajaran PKn menunjukkan perolehan nilai terendah yaitu 43,5, nilai tertinggi 80, dengan rata-rata kelas 59,8. Dari 20 siswa, yang mencapai
KKM hanya 5 siswa 25 sedangkan sisanya 15 siswa 75 belum mencapai KKM. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi dalam
pembelajaran PKn perlu segera ditangani dengan cara meningkatkan kualitas pembelajaran PKn , karena apabila masalah tersebut tidak segera ditindak lanjuti,
pada akhirnya akan berdampak pada penurunan prestasi belajar siswa. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran yang ada, peneliti berdiskusi
dengan guru kolaborator untuk menentukan alternatif pemecahan masalah. Dari hasil diskusi dengan guru kolaborator ditentukan pemecahan masalah yaitu
menerapkan metode Quantum Teaching dengan media audio visual. Model Quantum Teaching
merupakan model pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Melalui motivasi dengan kalimat-
kalimat positif yang dapat memotivasi siswa menjadi bersemangat dalam belajar Sugiyanto, 2010:77.
Pembelajaran yang nyaman akan membangkitkan minat belajar siswa dan belajar sambil bermain dapat memberikan rasa menyenangkan bagi siswa. Dalam
Quantum Teaching langkah puncak pembelajaran adalah perayaan setelah
menyelesaikan tugas sebagai bentuk penguatan positif akan memberikan perasaan keberhasilan, kesempurnaan,kepercayaan diri dan motivasi untuk pekerjaan
berikutnya DePorter, 2011: 59. Pada dasarnya dalam pelaksanaan komponen Quantum Teaching
komponen rancangan pengajaran dikenal dengan singkatan “TANDUR”, yaitu: 1 tumbuhkan minat dengan menanamkan manfaat dari belajar suatu materi
untuk kehidupan siswa, 2 alami maksudnya proses pembelajaran akan lebih bermakna jika berupa pengalaman umum yang dimengerti oleh semua siswa, 3
namai dapat berupa penanaman konsep, kata kunci, rumus, atau identitas, 4 demonstrasikan berarti menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
pengatahuan mereka dengan aktualisasi diri, 5 ulangi berarti siswa dapat mengulang materi dan yakin akan kemampuan diri ,6 rayakan merupakan
sebuah pengakuan bahwa tugas telah terselesaikan dan merupakan sebuah bentuk rewards
untuk suatu partisipasi dan prestasi DePorter, 2010: 39-40. Media audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan
gambar Ruminiati, 2007:2.13. Menurut Massun 2012 media audio visual mempunyai beberapa kelebihan, diantaranya: a memperjelas penyajian pesan
agar tidak terlalu verbalis dengan kata lain dalam penyampain informasinya tidak
hanya menggunakan bentuk kata-kata, tertulis atau lisan belaka, b mengatasi perbatasan ruang, waktu dan daya indera. Oleh karena itu melalui penggunaan
model Quantum Teaching dengan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan keterampilan guru, aktifitas siswa, dan meningkatkan hasil belajar
siswa. Hasil penelitian yang menjadi faktor pendukung bagi peneliti dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Quantum Teaching
, yaitu : penelitian dari Dhomas Ikhtiyari Wahyu Sayekti 2012 dalam penelitian yang berjudul Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA melalui Model
Quantum Teaching pada Siswa Kelas IV SDN Pakintelan 03 Semarang.
Penelitian tersebut bertujuan untuk meningkatkan Kualitas pembelajaran pada mata pelajaran IPA di kelas IV SDN Pakintelan 03 Semarang. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa sebelum tindakan hanya 40 siswa yang mencapai ketuntasan. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I menunjukkan peningkatan
prestasi kelulusan sebesar 63,35 dan dilanjutkan pada siklus II yang mengalami peningkatan kelulusan sebesar 81,7.
Trimo juga pernah melakukan penelitian dengan menggunakan model Quantum Teaching
dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS melalui Kolaborasi Quantum Teaching dan Snowball Throwing”
tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar IPS melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing siswa kelas VI SDN Anjasmoro Semarang. Dalam penelitian
tersebut terdapat peningkatan hasil belajar IPS dengan perolehan rata-rata siklus I
81,90 dan Siklus II 87,62 . Sedangkan ketuntasan belajar individu pada siklus I sebesar 76,19 dan siklus II sebesar 90,48.
Widyanita 2012 dalam skripsi penelitian tindakan kelas berjudul “ Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model Kooperarif Tipe
Numbered Head Together NHT Berbasis Media Audio visual pada Siswa Kelas
VC SDN Krapyak Kota Semarang” menunjukkan rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 70, siklus II sebesar 73, dan siklus III sebesar 78. Persentase
ketuntasan belajar siswa meningkat dari 61 pada siklus I menjadi 74 pada siklus II, dan 84 pada siklus III.
Dari hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa model pembelajaran Quantum Teaching
dengan media audio visual dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang meliputi: keterampilan guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar
siswa sehingga dapat dijadikan pendukung dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti mengkaji upaya
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn melalui penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran PKn melalui Model
Pembelajaran Quantum Teaching dengan Media Audio Visual pada Siswa Kelas VA SDN Tambakaji 05 Kota Semarang”.
1.2. RUMUSAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH