BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan memiliki tujuan yang bermacam-macam. Ada yang berpendapat bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya.
Pendapat lain mengatakan tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan demi untuk kemakmuran pemiliknya. Dikatakan makmur apabila pemegang saham
memperoleh keuntungan dari setiap lembar saham atas investasi yang ditanamkannya. Keuntungan yang diperoleh antara lain bisa berasal dari laba bersih perusahaan dan
bisa berasal dari peningkatan harga saham di bursa efek. Meningkatnya harga saham perusahaan berarti meningkatnya nilai perusahaan itu sendiri market value of the
firm. Nilai perusahaan yang semakin meningkat mengindikasikan kemakmuran pemegang saham juga semakin meningkat.
Modigliani dan Miller 1958 dalam manajemen keuangan modern menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan semata-mata tergantung pada penghasilan
di masa yang akan datang future earnings stream. Oleh karenanya informasi mengenai keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh laba akan sangat
menentukan nilai perusahaan. Di samping itu, nilai perusahaan juga akan tercermin dari harga sahamnya Fama, 1978 dalam Wahyudi dan Pawestri, 2006. Semakin
tinggi harga suatu saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan. Harga saham yang dimaksud adalah harga pasar saham dari suatu perusahaan yang terbentuk karena
Universitas Sumatera Utara
bertemunya sisi permintaan dan penawaran pada saat terjadi transaksi di bursa saham. Oleh karenanya harga saham dianggap merupakan cerminan dari nilai perusahaan
yang sesungguhnya. Nilai perusahaan itu sendiri merupakan nilai wajar yang menggambarkan persepsi investor terhadap emiten bersangkutan atau dengan
perkataan lain bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual.
Harga saham tidak semata-mata hanya ditentukan oleh pertemuan antara sisi penawaran dan permintaan di bursa saham, namun analisis sekuritas juga secara tidak
langsung turut berpengaruh dalam penentuan harga saham Fabozzi, 1999. Ada dua analisis yang digunakan dalam analisis sekuritas yaitu analisis fundamental dan
analisis teknikal. Analisis fundamental memfokuskan perhatian pada hal-hal yang berhubungan dengan kondisi keuangan suatu perusahaan dengan tujuan untuk
mengetahui sifat-sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan sedangkan analisis teknikal secara umum memfokuskan perhatian pada perubahan volume dan
harga pasar sekuritas. Analisis fundamental biasanya diukur dengan menggunakan rasio-rasio
keuangan yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar. Rasio-rasio inilah yang biasanya dipakai oleh analisinvestor untuk
menganalisis dan memprediksi harga saham. Analisis teknikal diukur dengan beberapa indikator antara lain inflasi, nilai tukar mata uang, dan resiko pasar
Pasaribu, 2008. Selain dengan melakukan analisis fundamental dan teknikal, analisis ekonomi
dan analisis industri juga sering dilakukan untuk memprediksi harga saham. Dengan
Universitas Sumatera Utara
pendekatan top down yaitu analisis saham dimulai dengan melakukan analisis ekonomi kemudian melakukan analisis industri dan terakhir melakukan analisis
keuangan perusahaanfundamental Kisdhihartono, 2009. Analisis ekonomi mempelajari tentang kondisi perekonomian sekarang secara
umum dan pengaruhnya di waktu yang akan datang. Ukuran yang digunakan dalam analisis ekonomi adalah ukuran aktivitas ekonomi seperti produk domestik bruto
PDB, inflasi, tingkat bunga, dan fluktuasi nilai tukar. Sementara itu analisis industri mempelajari keadaan kompetitif dari suatu sektor industri dalam hubungannya dengan
yang lain serta mengidentifikasi perusahaan-perusahaan yang mempunyai potensi pada suatu sektor industri tertentu. Indikator penting dalam analisis industri adalah
penjualan, laba, dividen, struktur modal, regulasi, dan inovasi. Sehubungan dengan analisis industri dimana penjualan dan laba sebagai
indikator, ada fenomena yang terjadi di Bursa Efek Indonesia dimana harga saham suatu perusahaan seringkali bereaksi setiap kali ada publikasi atas pencapaian
penjualan atau laba suatu perusahaan. Salah satu contoh, ketika PT Astra International Tbk ASII mengumumkan bahwa perusahaan meraih pendapatan Rp 129,99 triliun,
atau meningkat 31,93 dibanding pendapatan di 2009 dan laba bersih melejit 43 Kontan, 25 Februari 2011, harga saham ASII langsung bereaksi dari harga
pembukaan Rp 51.400,- pada tanggal 25 Februari 2011 ditutup menjadi Rp 51.550,- pada hari yang sama. Harga saham ini terus meningkat hingga mencapai Rp 54.000,-
pada penutupan tanggal 28 Februari 2011 http:finance.yahoo.com. Contoh kasus lain, tanggal 21 Februari 2010 PT. Astra Otoparts Tbk AUTO
mengeluarkan pernyataan bahwa perseroan membidik kenaikan pendapatan tahun ini
Universitas Sumatera Utara
minimal Rp 5,79 triliun, angka ini naik 10 jika dibandingkan dengan pendapatan perseroan tahun lalu
www.etrading.co.id . Pada hari yang sama, pasar langsung
bereaksi dimana harga pada sesi pembukaan adalah Rp 12.900,- dan pada tanggal 24 Februari 2010 naik menjadi 13.950,- pada sesi penutupan. Dari kedua contoh kasus di
atas terlihat bahwa harga saham langsung naik seiring dengan meningkatnya perolehan penjualan dan laba profit. Karena nilai perusahaan diukur dengan harga
saham, maka dapat dikatakan bahwa dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan pun meningkat.
Secara fundamental, rasio keuangan untuk kedua perusahaan di atas dapat dilihat pada Tabel 1.1. di bawah.
Tabel 1.1. Rasio Keuangan PT. Astra International Tbk dan PT. Astra Otoparts Tbk
Tahun 2009 dan 2010
dalam jutaan rupiah 2009
2010 2009
2010 Total Assets
88,938,000 112,857,000
4,644,939 5,585,852
Total Debt 40,006,000
54,168,000 1,262,292
1,482,705 Total Equities
39,894,000 49,310,000
3,208,778 3,860,827
Total Sales 98,526,000
129,991,000 5,265,798
6,255,109 EBIT
12,756,000 14,725,000
419,991 573,115
TATO 110.78
115.18 113.37
111.98 BEPR
14.34 13.05
9.04 10.26
PBV per Dec, 31 3.52
4.48 1.38
2.79 Sumber: www.idx.co.id dan www.finance.yahoo.com
ASII AUTO
Tabel 1.1. menunjukkan bahwa nilai perusahaan yang diukur dengan price book value PBV untuk ASII dan AUTO meningkat pada tahun 2010 dibanding
dengan tahun 2009 namun kenaikan ini tidak seiring dengan kenaikan perputaran asettotal assets turnover TATO. Perputaran aset dalam hal ini adalah rasio total
Universitas Sumatera Utara
penjualan dibandingkan dengan total aset. Demikian juga kenaikan nilai perusahaan tidak seiring dengan kenaikan profitabilitas. Dalam hal ini profitabilitas diukur dengan
basic earnings power ratio BEPR. Secara fundamental, terlihat bahwa rasio perputaran aset dan profitabilitas
untuk kedua emiten di atas tidak memperlihatkan pengaruh yang konsisten terhadap nilai perusahaan. Hasil ini berbeda dengan realita yang terjadi di pasar. Namun
beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa perputaran aset mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian Ichsan 2009 dan Widodo
2007 menyatakan bahwa assets turnover memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham.
Walaupun hasil penelitian Ichsan 2009 menyimpulkan bahwa assets turnover memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, namun koefisien
determinasi r
2
hanya sebesar 1,08. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh assets turnover terhadap nilai perusahaan adalah sangat kecil atau dapat dikatakan bahwa
pengaruhnya hampir tidak nyata. Oleh karenanya penelitian ini ingin menguji kembali seberapa besar pengaruh assets turnover terhadap nilai perusahaan dan apakah
pengaruh di atas signifikan atau tidak. Penelitian ini juga ingin menguji apakah pengaruh di atas disebabkan oleh karena ada mediasi dari variabel lain.
Hasil penelitian lain Kusmayadi 2009 menyimpulkan bahwa total assets turnover memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Selanjutnya,
hasil penelitian Hidayati 2010 menyatakan bahwa profitabilitas yang diukur dengan return on equity memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
price book value. Berdasarkan kesimpulan ini, karena perputaran aset berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
terhadap profitabilitas dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan, maka diperkirakan bahwa profitabilitas mampu memediasi hubungan atau pengaruh
perputaran aset terhadap nilai perusahaan. Oleh karenanya penelitian ini ingin menguji pengaruh mediasi profitabilitas dalam hubungan antara perputaran aset terhadap nilai
perusahaan. Penelitian mengenai mediasi profitabilitas masih jarang dilakukan khususnya untuk melihat hubungan antara perputaran aset dengan nili perusahaan.
Penelitian-penelitian yang mengambil penjualan sebagai variabel independen sebelumnya telah banyak dilakukan, namun secara spesifik yang menggunakan rasio
penjualan khususnya rasio penjualan terhadap total aset sebagai variabel independen belum banyak dilakukan. Penelitian ini mencoba mengambil rasio perputaran aset
sebagai variabel independen dan untuk variabel dependen penelitian ini mengambil nilai perusahaan. Penelitian-penelitian sebelumnya banyak menggunakan price book
value sebagai parameter nilai perusahaan, tetapi penelitian ini memilih rasio Tobin’s Q sebagai parameter. Alasan memilih rasio Tobin’s Q karena rasio ini memberikan
informasi yang lebih akurat dibandingkan dengan price book value. Rasio ini memasukkan unsur-unsur kewajiban dan total aset dalam penghitungannya, tidak
hanya menghitung nilai pasar dari ekuitas. Untuk variabel mediating, penelitian ini mengambil basic earnings power
ratio sebagai parameter karena rasio ini memberikan informasi yang lebih akurat mengenai keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba dibandingkan dengan
menggunakan return on equity atau return on assets yang mengambil laba bersih sebagai dasar penghitungan. Laba bersih belum tentu mencerminkan keberhasilan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan dalam menghasilkan laba karena masih ada unsur-unsur extraordinary items di dalamnya.
1.2. Rumusan Masalah