Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

“cara menghindari konflik, gak terlalu mengadu ke orang tua lagi kalau berantem sama adek, supaya gak ada konflik sama orang tua gara-gara berantem sama adek. Kalau ada masalah pinter-pinter menyelesaikan sendiri. Selain itu cerita tentang yang lain.”

4.2 Pembahasan

Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain dilakukan oleh Berliana 2010 mahasiswa Universitas Diponegoro dan Mahfiati 2010 mahasiswa Universitas Airlangga. Berliana 2010 meneliti tentang “Memahami Komunikasi Interpersonal Antara Orang Tua Dan Remaja Dalam Proses Pendidikan Kepribadian Di Keluarga Single Parent”, Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa proses komunikasi interpersonal antara orang tua tunggal dengan anak remajanya dalam memberikan pendidikan kepribadian ikut dipengaruhi oleh : 1 Pola komunikasi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan aktifitas orang tua tunggal dan aktifitas anak remajanya; 2 Peran yang dilakukan orang tua tunggal dan anak remajanya dalam menjalani kehidupan sehari-hari; dan 3 Sumber konflik dan cara memanajemen konflik yang dilakukan oleh orang tua tunggal dan anak remajanya tersebut sehingga tidak berdampak pada hal-hal yang negatif. Kualitas komunikasi dan peran yang dilakukan oleh ibu single parent lebih baik dibandingkan dengan ayah single parent. Pada ayah single parent kualitas komunikasinya lebih rendah dan peran yang dilakukan juga sulit sekali untuk dijalankannya, sehingga biasanya digantikan oleh anggota keluarga yang lain. Hal ini yang mengakibatkan anak remajanya menjadi tidak bisa dekat dan terbuka dengan ayah single parentnya. Sedangkan kualitas komunikasi ibu single parent, meskipun tidak intens tapi ibu single parent selalu berusaha untuk berkomunikasi dengan anak remajanya ditengah-tengah kesibukkan aktifitas yang dijalaninya. Dan peran yang dilakukan oleh ibu single parent ini tetap berusaha dijalankan bersamaan dengan kesibukkan tersebut. Meskipun begitu anak remajanya ternyata tetap tidak bisa dekat dan terbuka dengan ibu single parentnya. Konflik yang rentan terjadi diantara orang tua tunggal dan anak remajanya adalah simple conflict, yang terjadi akibat perbedaan pendapat, ide, persepsi, atau tujuan yang ingin dicapai diantara kedua Universitas Sumatera Utara belah pihak. Dan pseudoconflict, yaitu disebabkan karena kesalahpahaman dalam beberapa hal, salah satunya dalam hal kebiasaan komunikasi masing-masing. Dalam upaya menyelesaikan konflik berbeda-beda, ada yang menggunakan pola persetujuan compromise, ada yang menggunakan pola penghindaran avoidance, dan ada juga yang menggunakan pola persaingan competition. Kesulitan untuk berkomunikasi yang masih ada, membuat kedua belah pihak sulit untuk mendiskusikan konflik yang terjadi sebagai usaha untuk menyelesaikan konflik. Gaya manajemen konflik yang berbedabeda seperti inilah yang kemudian membuat hubungan interpersonal diantara keduanya sulit berkembang. Mahfiati 2010 meneliti tentang “Strategi manajemen konflik orang tua dan remaja”. Dari hasil penelitian di empat informan kemudian dapat disimpulkan bahwa: 1 Orang tua dan remaja yang memiliki tipe keluarga consensual seringkali menghadapi konflik yang disebabkan oleh masalah penerapan peraturan jam malam. Konflik tersebut kemudian diselesaikan dengan menggunakan strategi manajemen konflik yang produktif yaitu talk, disini orang tua dan anak remajanya berusaha untuk menjadi pendengar dan pembicara yang aktif, 2 Orang tua dan remaja yang memiliki tipe keluarga pluralistic seringkali menghadapi konflik yang disebabkan oleh pertentangan keinginan dengan anggota keluarga. Untuk menyelesaikan konflik tersebut orang tua menggunakan strategi manajemen konflik yang tidak produktif yaitu nonnegotiation. Sedangkan sang anak remaja lebih memilih menyelesaikan konflik ini menggunakan strategi manajemen konflik yang tidak produktif juga yaitu avoidance dalam bentuk meninggalkan arena konflik secara fisik, 3 Orang tua dan remaja yang memiliki tipe keluarga protective seringkali menghadapi konflik yang disebabkan oleh penerapan peraturan masalah pendidikan. Untuk menyelesaikan Konflik tersebut orang tua menggunakan strategi manajemen konflik yang tidak produktif yaitu avoidance dalam bentuk silencers. Sedangkan sang anak remaja lebih memilih menyelesaikan konflik ini menggunakan strategi manajemen konflik yang tidak produktif juga yaitu avoidance dalam bentuk meninggalkan arena konflik secara fisik, 4 Orang tua dan remaja terakhir yang memiliki tipe keluarga laissez-faire seringkali menghadapi konflik yang disebabkan oleh penerapan peraturan pemilihan teman. Untuk menyelesaikan konflik tersebut Universitas Sumatera Utara orang tua menggunakan strategi manajemen konflik yang tidak produktif yaitu verbal agresivenessdan avoidance dalam bentuk nonnegotiation. Sedangkan sang anak remaja lebih memilih menyelesaikan konflik ini menggunakan strategi manajemen konflik yang tidak produktif juga yaituavoidance dalam bentuk meninggalkan arena konflik secara psikologis. DeVito 2007: 5 mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai “komunikasi yang terjadi antara dua orang yang membangun hubungan dan orang-orang tersebut dalam hal tertentu memang terhubung”. Dari definisi tersebut dapat dilihat bahwa komunikasi antarpribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi yang terjadi di antara dua orang di mana kedua orang tersebut memiliki hubungan satu sama lain dan komunikasi yang mereka lakukan tersebut merupakan upaya untuk membangun relasi di antara mereka. Bila berdasar pada definisi tersebut, komunikasi antarpribadi dapat terjadi pada dua orang yang memang pada awalnya belum berhubungan satu dengan yang lain sehingga komunikasi antarpribadi yang dilakukan adalah upaya untuk menjalin hubungan tersebut. Misalnya pada awalnya tidak saling mengenal dan tidak saling terhubung, namun kemudian mereka melakukan komunikasi. Dari komunikasi yang mereka lakukan kemudian akan menentukan apakah selanjutnya mereka akan terus atau hubungan di antara mereka hanya terjadi pada saat itu saja. Komunikasi antarpribadi juga dapat terjadi pada dua orang yang telah memiliki hubungan di mana komunikasi antarpribadi yang mereka lakukan merupakan upaya untuk terus mempertahankan hubungan mereka tersebut. Misalnya komunikasi antara anak dan orang tua yang peneliti teliti ini, mereka pada awalnya telah memiliki hubungan sebagai anak dan ibu, mereka melakukan komunikasi antarpribadi untuk terus terhubung satu sama lain. Komunikasi antarpribadi yang mereka lakukan merupakan upaya untuk terus mempertahankan hubungan di antara mereka, terlebih lagi karena mereka tinggal terpisah sehingga tidak dapat melihat aktivitas dari lawan bicara. Dalam konsep yang diungkapkan DeVito, komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang terjadi di antara dua orang. Komunikasi antara dua orang tua dan anak memang terdiri dari tiga orang, tetapi terdiri dari dua peran yaitu peran sebagai orang tua dan peran sebagai anak. Komunikasi antara orang Universitas Sumatera Utara tua dan anak tidak dilihat secara terpisah antara ayah, ibu dan anak. Namun pada penelitian ini, komunikasi yang diteliti hanya komunikasi antarpribadi bermedia antara anak dan ibu. Pada kasus yang peneliti teliti yaitu antara ibu dan anak, komunikasi antarpribadi yang mereka lakukan bertujuan untuk berhubungan dengan orang lain, dalam hal ini adalah untuk berhubungan sebagai ibu dan anak. Tujuan komunikasi ini merupakan salah satu tujuan yang disebutkan DeVito 2007: 7 yaitu, “orang melakukan komunikasi antarpribadi dengan tujuan untuk belajar, berhubungan dengan orang lain, mempengaruhi orang lain, bermain, dan menolong orang lain. Hubungan yang baik dapat dicapai dengan membina dan memelihara komunikasi yang baik di dalam keluarga dan dengan masyarakat di luar keluarga. Hubungan antara anggota keluarga harus dipupuk dan dipelihara dengan baik. Komunikasi yang baik terbentuk bila hubungan timbal balik selalu terjalin antara ayah, ibu, dan anak Gunarsa, 2000: 205. Dalam penelitian ini, hubungan antarpribadi yang mereka miliki adalah hubungan keluarga, yaitu sebagai ibu dan anak. Sebagai ibu dan anak, mereka tetap ingin terhubung sehingga perlu untuk melakukan komunikasi. Komunikasi yang dilakukan ibu dan anak pada penelitian ini adalah komunikasi jarak jauh sehingga dikatakan sebagai komunikasi antarpribadi bermedia. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antarpribadi bermedia karena mereka tinggal terpisah. Komunikasi antara anak dan orang tua ini termasuk dalam kategori komunikasi antarpribadi karena dilakukan antara dua orang yang memiliki hubungan, yaitu hubungan sebagai orang tua dan anak. Komunikasi yang mereka lakukan merupakan usaha untuk terus mempertahankan hubungan yang ada di antara mereka, terlebih lagi karena sejak tinggal terpisah masing-masing tidak dapat mengetahui kegiatan satu sama lain. Namun karena tinggal terpisah, komunikasi antarpribadi mereka tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan media. Karena itulah dengan melakukan komunikasi antarpribadi bermedia mereka dapat tetap terhubung satu sama lain. Universitas Sumatera Utara Komunikasi yang dilakukan oleh informan pada penelitian ini adalah komunikasi antapribadi bermedia. Perbedaan komunikasi antarpribadi tatap muka dan komunikasi antarpribadi bermedia adalah pada penggunaan media komunikasi yang digunakan untuk mengatasi jarak yang memisahkan di antara komunikator dan komunikan. Komunikasi antarpribadi bermedia Mediated Interpersonal Communication didefinisikan sebagai “a specialized type of interpersonal communication that is assited by a device such as a pen or pencil, a computer, or a telephone” Turrow, 2010: 8 yang dalam bahasa Indonesia berarti sebuah jenis komunikasi antarpribadi yang dibantu oleh peralatan seperti pena atau pensil, komputer atau telepon. Komunikasi bermedia dapat dilakukan dalam jarak yang jauh karena disambungkan melalui media, sehingga orang yang ingin berkomunikasi tidak perlu bertemu tetap dapat berkomunikasi. Pada komunikasi bermedia, komunikator dan komunikan berada di tempat yang berbeda. Sehingga masing-masing tidak mengetahui kesibukan lawan bicaranya. Pada kasus yang diteliti, komunikasi antarpribadi bermedia yang dilakukan antara anak dan ibu yang tinggal terpisah menggunakan media elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk telepon dan SMS. Alasan menggunakan media tersebut karena ibu dari informan tidak dapat menggunakan media lain seperti internet atau komputer. Selain itu di rumah masing-masing orang tua informan tidak ada akses internet, walau di rumah beberapa dari ibu informan terdapat media komputer. Ibu dari masing-masing informan tidak memahami bagaimana menggunakan internet. Peneliti melihat bahwa komunikasi antara ibu dan anak justru lebih banyak dilakukan setelah tinggal terpisah. Sebelum tinggal terpisah, komunikasi antara anak dan orang tua tidak sebanyak setelah tinggal terpisah. Karena berada serumah, ibu sudah mengetahui semua hal yang dilakukan oleh anaknya sehingga tidak perlu selalu menanyakannya. Tentang teman-teman anak pun sudah diketahui oleh ibu, sehingga pembicaraan tentang itu pun tidak banyak. Namun setelah tinggal terpisah, ibu informan tidak dapat mengetahui kondisi dan kegiatan anaknya tanpa bertanya. Terlebih lagi mengenai teman-teman yang dimiliki para informan selama di medan. Ibu informan juga tidak terlalu mengenal teman-teman Universitas Sumatera Utara anaknya. Dalam penelitian ini, informan dan ibu tinggal terpisah karena anak melanjutkan studinya ke luar kota. Pada informan 1, 4, 6, dan 8, komunikasi antarpribadi bermedia yang dilakukan lebih sering di lakukan melalui telepon dan lebih sering di awali oleh ibu informan. Hal ini dikarenakan ibu informan selalu ingin mengetahui kondisi dan kegiatan anaknya. Informan hanya melakukan komunikasi melalui SMS dengan orang tua pada saat telepon tidak di angkat atau saat ingin menyampaikan pesan singkat lainnya. Selain itu komunikasi melalui SMS juga lebih sering dilakukan oleh informan 1 pada saat ia memiliki kepentingan tertentu dan ingin dihubungi oleh orang tuanya. Pada informan 2 dan 5, komunikasi antarpribadi yang dilakukan juga lebih sering di lakukan melalui telepon. Komunikasi diawali oleh informan dan orang tua secara bergantian, tetapi yang lebih sering mengawali komunikasi adalah orang tua informan. Komunikasi dilakukan pada saat orang tua ingin mengetahui keadaan informan dan begitu pun sebaliknya. Informan 2 lebih sering melakukan komunikasi melalui SMS dengan orang tua, lalu orang tua yang menelepon informan. Informan juga melakukan komunikasi melalui SMS saat ingin menyampaikan keperluannya dan pesan singkat lainnya. Pada informan 3 dan 7, komunikasi antarpribadi yang dilakukan juga lebih sering di lakukan melalui telepon. Komunikasi lebih sering diawali oleh informan daripada orang tua. Informan 3 sering melakukan komunikasi pada saat ingin mengetahui keadaan keluarga dikampung dan membicarakan tentang keperluannya kepada ibu. Selain itu, komunikasi juga dilakukan pada saat informan memiliki masalah dan membutuhkan solusi dari keluarga terutama ibunya. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan antara para informan dan ibu adalah saling menanyakan tentang kondisi masing-masing pihak. Informan juga menceritakan mengenai masalah pribadi, mengenai perkuliahannya, aktivitas-aktivitas lainnya dan keperluan keuangan yang digunakan. Selain itu, informan berbicara tentang kepentingannya dan masalah yang sedang dihadapi oleh informan. Informan menceritakan masalah yang sedang dihadapi untuk mendapatkan solusi dari keluarga terutama ibunya. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada saat berkomunikasi melalui SMS pesan yang disampaikan informan dan ibu informan biasanya mengenai kabar dan pesan-pesan singkat. Komunikasi jarang dilakukan melalui SMS, karena informan dan ibu lebih suka berkomunikasi melalui telpon. Selain itu ibu informan juga tidak terlalu pandai dalam menggunakan dengan media SMS. Komunikasi melalui SMS juga digunakan untuk memperjelas pesan-pesan saat komunikasi melalui telepon putus karena gangguan sinyal yang buruk. Komunikasi melalui SMS, lebih sering dilakukan oleh informan sedangkan ibu informan lebih suka berkomunikasi melalui telpon. Menurut DeVito 2007: 286, konflik adalah pertentangan antara orang- orang yang berhubungan: teman dekat, kekasih, anggota keluarga, atau rekan kerja. Kata “berhubungan” menekankan fakta bahwa posisi masing-masing orang dan tindakan setiap orang mempengaruhi orang lain. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari pada suatu hubungan, termasuk pada hubungan antara orangtua dan anak. Apabila konflik yang muncul tidak dihadapi dengan benar, akan dapat menimbulkan dampak negative pada hubungan antara orang tua dan anak seperti menurunnya kepercayaan, menyebabkan perubahan sikap masing- masing pihak dan menimbulkan jarak di antara mereka. Selain itu konflik antara orang tua dan anak juga dapat menimbulkan rasa depresi pada anak. Apabila konflik dihadapi dengan benar akan dapat menimbulkan dampak positif yaitu semakin eratnya hubungan antara anak dan orang tua. Pada komunikasi Informan 1 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan perbedaan keinginan sehingga menimbulkan komunikasi yang kurang baik. Pada saat orang tua menelepon terkadang Informan 1 berbicara dengan teman lain yang ada di sebelahnya, sehingga hal tersebut menyinggung perasaan Ibunya. Dalam hal ini Ibunya merasa diabaikan oleh anaknya, dan merasa tidak didengarkan dengan baik pembicaraannya oleh Informan. Pada informan 2 dan 3 konflik yang terjadi pada saat berkomunikasi dengan ibu adalah konflik yang berkaitan dengan masalah keuangan. Konflik dapat terjadi pada saat informan menyampaikan kebutuhan keuangannya, ibunya tidak dapat memenuhi dan menjelaskan mengenai kebutuhan lainnya dikampung. Hal tersebut dapat memicu konflik antara informan dan orang tua karena adanya Universitas Sumatera Utara keinginan yang berbeda. Selain itu, pada informan 3 terkadang nada bicara informan yang agak tinggi membuat orang tua tersinggung dan mematikan telponnya. Pada informan 4, 5, dan 6 konflik yang terjadi juga disebabkan karena perbedaan keinginan antara anak dan orang tua. Pada informan 4 konflik dapat muncul dikarenakan jawaban informan yang kurang memuaskan ketika ditanya tentang adiknya yang juga tinggal di Medan dan terjadi perdebatan antara informan dan ibu, ibu informan menyudahi pembicaraan dan menutup telponnya. Pada informan 5, keinginan informan untuk pindah dari kos yang lama dan menyewa rumah kontrakan yang lebih bagus sedangkan ibu informan ingin anaknya tinggal di rumah yang sederhana saja. Hal tersebut memicu perdebatan antara informan dan orang tua dan terkadang menimbulkan suasana yang tidak harmonis. Sedangkan pada informan 6 konflik terjadi antara informan dan ibu adalah karena keinginan informan untuk berlibur keluar kota bersama teman- temannya sedangkan ibunya tidak mengizinkan. Pada informan 7 dan 8 konflik yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan pendapat antara anak dan orang tua. Pada informan 7, konflik terjadi karena adanya perbedaan dari pola pikir ketika membahas mengenai suatu hal, bahkan konflik dapat terjadi ketika membahas hal-hal kecil. Selain itu konflik juga terjadi karena sifat ibu informan yang mudah marah ketika ada hal yang tidak disukainya dilakukan oleh informan. Salah satunya ketika informan menggunakan handphone ibunya untuk menghubungi temannya. Sedangkan pada informan 8, konflik dapat timbul ketika informan menceritakan adanya masalah antara informan dengan adik kandungnya yang juga tinggal di Medan. Ibu informan yang tidak suka mendengar adanya pertengkaran di antara anak-anaknya memarahi informan selaku anak yang lebih tua. Tetapi informan tidak dapat menerima hal itu, dan membela diri dan menyalahkan adiknya. Hal tersebut dpat menimbulkan perdebatan antara informan dan ibu. Dampak dari konflik yang dialami oleh informan 1, 3, 7 dan 8 berujung pada putusnya komunikasi antara informan dan ibunya selama beberapa hari. Setelah konflik terjadi dan putusnya komunikasi Informan dan ibu, hal ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa hari. Universitas Sumatera Utara Sedangkan pada konflik yang dialami oleh Informan 2 dan 4, dampak konflik yang terjadi tidak sampai menyebabkan putusnya komunikasi sampai beberapa hari. Hal ini dikarenakan, setelah konflik terjadi Informan 2 dan 4 tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik. Kemudian setelah menutup telepon Informan 2 segera mengirim SMS kepada orang tuanya untuk meminta maaf agar masalah tidak berlarut-larut. Konflik yang terjadi pada Informan 5 dampak yang dialami berakibat putusnya pembicaraan antara Informan dan ibu sampai beberapa waktu, walaupun pada saat komunikasi melalui telepon masih berlangsung. Dan pada konflik informan 6 dampak yang dialami adalah berkurangnya kepercayaan orang tua informan kepada anaknya. Hal tersebut dikarenakan informan tidak mendengarkan larangan ibunya untuk tidak berpergian jauh dengan teman-temannya. Pada konflik yang dialami informan 1, 3 dan 4 tidak ada penyelesaian khusus yang dilakukan oleh Informan. Pada Informan 1 dan ibu saat berkomunikasi kembali, konflik yang terjadi berlalu begitu saja, dan dilupakan seiring berjalannya waktu. Masalah yang terjadi sebelumnya tidak diungkit-ungkit lagi dan informan dan ibu membicarakan hal lain. Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat berkomunikasi dengan ibunya, informan 1 mencoba untuk lebih fokus berbicara hanya dengan ibunya. Dengan tidak berkomunikasi dengan orang sekeliling maka ibu informan dapat merasa lebih dihargai oleh anaknya. Pada informan 3, untuk menghindari konflik, informan lebih menjaga intonasi bicara kepada ibunya untuk menjaga perasaan ibunya. Dan juga membahas hal lain seperti tentang kegiatan perkuliahan informan. Pada Informan 2 terdapat penyelesaian konflik yang sudah cukup baik. Setelah konflik terjadi informan tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik. Kemudian setelah menutup telepon informan segera mengirim SMS kepada orang tuanya untuk meminta maaf agar masalah tidak berlarut-larut. Selain itu informan juga ingin tetap menjaga hubungan komunikasinya dengan orang tua, sehingga jika ada masalah ia segera menyelesaikannya. Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi pada saat berkomunikasi informan mencoba memahami keadaan orang tuanya. Dalam hal Universitas Sumatera Utara ini informan memilih waktu yang tepat saat ingin membicarakan masalah keuangan dengan orang tuanya. Pada informan 5, 6 dan 7 penyelesaian dilakukan dengan cara membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Pada informan 5 dan 7, penyelesaian lebih sering dilakukan oleh ibu informan, pada saat pertengkaran akibat perbedaan keinginan atau perbedaan pendapat terjadi maka ibu informan lebih memilih untuk mengalah dan berbicara baik-baik dengan anaknya. Pada informan 6, dalam menghadapi konflik informan memberikan penjelasan kepada ibunya alasan informan pergi tanpa izin orang tuanya. Selain itu informan juga meminta maaf kepada orang tuanya karena sudah tidak mendengarkan larangan orang tuanya. Pada informan 8 dan ibu penyelesaian dilakukan dengan cara membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Selain itu informan lebih mengalah dan meminta maaf kepada orang tua. Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat berkomunikasi dengan ibunya, informan mencoba untuk tidak memceritakan lagi jika ada masalah dengan adiknya. Informan lebih berusaha untuk menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Konflik Informan Informan Penyebab Konflik Dampak Konflik Penyelesaian Konflik Informan 1 Masalah perbedaan keinginan antara informan dan ibu. Pada saat orang tua menelepon terkadang Informan berbicara dengan teman lain yang ada di sebelahnya, sehingga hal tersebut menyinggung perasaan ibunya. Dalam hal ini ibunya merasa diabaikan oleh anaknya, dan merasa tidak didengarkan dengan baik pembicaraannya oleh Informan. Dengan kondisi seperti itu ibu informan langsung menyudahi komunikasi dan mematikan teleponnya. Setelah konflik terjadi dan putusnya komunikasi Riya dan ibu, hal ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Riya dan ibu sampai beberapa hari Pada saat berkomunikasi kembali, konflik yang terjadi berlalu begitu saja, dan dilupakan seiring berjalannya waktu. Masalah yang terjadi sebelumnya tidak diungkit-ungkit lagi dan informan dan ibu membicarakan hal lain Informan 2 Konflik yang berkaitan dengan masalah keuangan. Konflik dapat terjadi pada saat Informan meminta uang lebih pada orang tuanya, tetapi orang tuanya tidak dapat memenuhi hal tersebut dan menjelaskan mengenai kebutuhan - Setelah konflik terjadi informan tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik. Kemudian setelah menutup telepon informan segera Universitas Sumatera Utara lainnya dikampung. Hal tersebut dapat memicu konflik antara informan dan orang tua karena adanya keinginan yang berbeda. mengirim SMS kepada orang tuanya untuk meminta maaf agar masalah tidak berlarut-larut Informan 3 Konflik yang berkaitan dengan masalah keuangan. Konflik dapat terjadi ketika informan menyampaikan kebutuhan keuangannya, ibunya tidak dapat memenuhi dan menjelaskan mengenai kebutuhan lainnya dikampung. Hal tersebut dapat memicu konflik antara informan dan orang tua karena adanya keinginan yang berbeda sehingga menimbulkan perdebatan antara informan dan ibu. Selain itu, terkadang nada bicara informan yang agak tinggi membuat orang tua tersinggung dan mematikan telponnya Ibu informan langsung mematikan telpon dan tidak dapat dihubungi lagi sampai beberapa hari Pada saat berkomunikasi kembali, untuk membuat suasana membaik informan membicarakan hal lain dan berbicara dengan baik-baik kepada ibunya. Selain itu untuk menghindari konflik, informan lebih menjaga intonasi bicara kepada ibunya untuk menjaga perasaan ibunya. Dan juga membahas hal lain seperti tentang kegiatan perkuliahan informan Informan 4 Adanya perbedaan keinginan antara anak dan orang tua. Pada saat orang tua menelepon terkadang - Pada konflik yang dialami informan 4 dan ibu tidak ada penyelesaian khusus Universitas Sumatera Utara informan tidak suka jika orang tua terlalu sering menanyakan kabar adiknya, karena tinggal di tempat berbeda sehingga informan jarang bertemu dengan adiknya. Selain itu, karena informan dan adik memiliki kesibukan masing-masing. Konflik dapat muncul dikarenakan jawaban informan yang kurang memuaskan dan adanya perdebatan sehingga ibu informan menyudahi pembicaraan dan menutup telponnya yang dilakukan. Biasanya setelah konflik terjadi, informan mengganti topik pembicaraan dengan ibunya, konflik yang terjadi dilupakan seiring berjalannya waktu. Masalah yang terjadi sebelumnya tidak diungkit-ungkit lagi dan informan dan ibu membicarakan hal lain Informan 5 Adanya perbedaan keinginan antara anak dan orang tua. Pada saat orang tua menelepon terkadang ada pembicaraan mengenai keinginan informan yang bertolak belakang dengan keinginan orang tua. Hal tersebut memicu perdebatan antara informan dan orang tua dan terkadang menimbulkan suasana yang tidak harmonis. Dalam hal ini yang Hal ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa waktu, walaupun pada saat komunikasi melalui telepon masih berlangsung Penyelesaian dilakukan dengan cara membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Penyelesaian lebih sering dilakukan oleh ibu informan, pada saat pertengkaran akibat perbedaan keinginan terjadi maka ibu informan lebih memilih untuk mengalah dan berbicara baik-baik Universitas Sumatera Utara menjadi penyebab adalah keinginan informan untuk pindah dari kos yang lama dan menyewa rumah kontrakan yang lebih bagus sedangkan ibu informan ingin anaknya tinggal di rumah yang sederhana saja. dengan anaknya. Informan 6 Adanya perbedaan keinginan antara anak dan orang tua. Pada saat melakukan komunikasi melalui telepon terdapat beberapa hal yang menjadi pertentangan antara anak dan orang tua. Salah satu masalah yang menimbulkan konflik antara informan dan ibu adalah karena keinginan informan untuk berlibur keluar kota bersama teman-temannya sedangkan ibunya tidak mengizinkan Hal ini berakibat berkurangnya kepercayaan orang tua informan kepada anaknya. Hal tersebut dikarenakan informan tidak mendengarkan larangan ibunya untuk tidak berpergian jauh dengan teman- temannya. Pada saat berkomunikasi kembali, penyelesaian dilakukan dengan cara membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Penyelesaian dilakukan oleh informan dengan memberikan penjelasan kepada ibunya alasan informan pergi tanpa izin orang tuanya. Selain itu informan juga meminta maaf kepada orang tuanya karena sudah tidak mendengarkan larangan orang tuanya. Informan 7 Adanya perbedaan pendapat antara anak dan Setelah konflik terjadi antara penyelesaian lebih sering dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara orang tua. Pada saat melakukan komunikasi melalui telepon banyak hal yang menjadi pertentangan antara anak dan orang tua. Konflik sering terjadi karena adanya perbedaan dari pola pikir anak dan ibu Informan dan ibu, hal ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa waktu ibu informan, pada saat pertengkaran akibat perbedaan pendapat atau konflik lainnya terjadi maka ibu informan lebih memilih untuk mengalah dan berbicara baik-baik dengan anaknya Informan 8 Adanya perbedaan pendapat antara anak dan orang tua. Pada saat melakukan komunikasi melalui telepon terdapat beberapa hal yang menjadi pertentangan antara anak dan orang tua. Konflik dapat timbul ketika informan menceritakan adanya masalah antara informan dengan adik kandungnya yang juga tinggal di Medan Hal ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa waktu. Penyelesaian dilakukan dengan cara membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Selain itu informan lebih mengalah dan meminta maaf kepada orang tua. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Antarpribadi Penarik Becak Wanita Di Kampus Universitas Sumatera Utara)

0 52 117

Komunikasi Antarpribadi Pasangan Suami Istri Banyak Anak Yang Kurang Mampu Dalam Mem-bentuk Konsep Diri Anak (Studi Deskriptif Di Kecamatan Medan Johor / Kelurahan Kwala Bekala Simalingkar Kota Medan Provinsi Sumatera Utara)

0 56 126

Hubungan Antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi Dengan Pembentukan Konsep Diri Melalui Penyesuaian Diri Pada Penyandang Cacat Fisik Bukan Bawaan Usia Dewasa Awal Correlation Between The Effectiveness of Interpersonal Communication With The Formation

0 35 424

PERBEDAAN KEBUTUHAN RASA AMAN ANTARA ANAK YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA DAN YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN

0 8 2

Efektivitas Komunikasi Antar Pribadi Antar Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak (Suatu Studi Deskriptif Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Antara Orang Tua Dengan Anak Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak Sekolah Dasar Di Kecamatan

0 20 130

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK YANG BERTEMPAT TINGGAL DI RUSUNAWA UPN “VETERAN” JAWA TIMUR DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR ANAK (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Vete

6 27 87

POLA KOMUNIKASI ANTARA ORANG TUA DENGAN ANAK KOMUNITAS PUNK di KOTA CIREBON (Studi Deskriptif Pola Komunikasi Antara Orang Tua Dengan Anak Yang Mengikuti Komunitas Punk).

2 3 90

Studi Komunikasi Antarpribadi Anak Dengan Orang Tua Tiri

0 0 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian 2.1.1 Konstruktivisme - Komunikasi Antarpribadi Bermedia Antara Anak Dan Orang Tua Yang Tinggal Terpisah

0 0 23

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG TUA DENGAN ANAK YANG BERTEMPAT TINGGAL DI RUSUNAWA UPN “VETERAN” JAWA TIMUR DALAM MEMBANGUN MOTIVASI BELAJAR ANAK (Studi deskriptif Kualitatif Komunikasi Interpersonal Orang Tua dengan Anak yang Tinggal di Rusunawa UPN “Vete

1 0 21