BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kecamatan Medan Selayang, Medan Sumatera Utara. Berikut ini adalah pemaparan tentang gambaran lokasi penelitian secara
umum berdasarkan data yang didapatkan peneliti dari berbagai sumber selama melakukan penelitian. Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu
kecamatan dari 21 kecamatan yang ada di kota Medan yang memiliki luas wilayah yaitu 12,81 KM².
Kecamatan Medan Selayang terletak di wilayah Barat Daya Kota Medan dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Medan Sunggal. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Johor. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Tuntungan. Sebelah
Utara berbatasan dengan Medan Baru. Kecamatan Medan Selayang adalah daerah permukiman Kota Medan di sebelah Barat Daya, dengan penduduknya berjumlah
: 123.637 Jiwa. Kecamatan Medan Selayang terdiri dari 6 kelurahan yaitu Asam kumbang, Tanjung sari, PB Selayang I, Beringin, PB Selayang II, dan Sempakata.
Di Kecamatan Medan Selayang ini banyak terdapat perumahan- perumahan kelas sedang dan mewah, salah satunya adalah Perumahan Taman
Setia Budi Indah. Walaupun bukan sebagai daerah pusat industri di Kecamatan Medan Selayang ini juga banyak terdapat usaha industri kecil seperti : Industri
Perabot Rumah Tangga dari Kayu, Moulding dan Komp. Bahan Bangunan Kusen, Konveksi. Alamat Kantor Camat Medan Selayang: Jl.Bunga Cempaka
No.54A, Telp. 0618212556, 08126091260. Nama Camat: Zulfakhri Ahmadi, S.Sos.
Sumber: kantor camat Medan Selayang
Kecamatan Medan Selayang merupakan salah satu kawasan yang dikenal sebagai daerah pemukiman mahasiswa karena daerah tersebut berdekatan dengan
beberapa kampus seperti Universitas Sumatera Utara, Universitas Darma Agung, Universitas Medan Area, dan banyak akademi lainnya. Karena hal ini, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Kecamatan Medan Selayang.
Universitas Sumatera Utara
4.1.2 Profil Informan
Peneliti memilih beberapa orang informan sebagai subjek penelitian dengan menggunakan teknik purposive sampling yang penentuan sampelnya
disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun kriteria subjek penelitian ini yaitu :
5 Subjek penelitian anak bertempat tinggal di kecamatan Medan Selayang
6 Subjek penelitian melakukan komunikasi melalui telepon dan sms dengan orang tua
7 Subjek penelitian setidaknya telah tinggal terpisah selama lebih dari 1 tahun dan telah atau sedang mengalami konflik
8 Kisaran jarak tempat tinggal antara anak dan orang tua yang diteliti adalah berbeda kota, kota tersebut harus ditempuh dalam waktu kira-
kira 3 jam atau lebih dari kota Medan. Berdasarkan data yang telah berhasil peneliti kumpulkan dari informan
selama melakukan penelitian ini, peneliti telah menemukan data jenuh. Data jenuh didapatkan peneliti ketika sudah melakukan penelitian kepada 8 orang informan,
sehingga informan dalam penelitian ini berjumlah 8 orang. Berikut ini adalah profil informan dari komunikasi antarpribadi bermedia:
a. Informan 1 Informan 1 pada penelitian ini bernama Riya. Informan 1 sudah
tinggal terpisah dengan orang tuanya selama ±4 tahun. Informan 1 adalah mahasiswa yang berkuliah di jurusan Sosiologi Fisip USU.
Informan berasal dari kota Meulaboh, Aceh. Jarak yang harus ditempuh Informan 1 jika ingin pulang dari Medan ke Meulaboh
adalah 12 jam dengan menggunakan transportasi mobil rental. Informan 1 pulang hanya pada saat libur semester, hari raya Idul fitri
dan pada saat libur kuliah yang waktunya agak lama. Informan 1 pulang ke kampung halamannya lebih kurang 4 kali dalam setahun.
Universitas Sumatera Utara
b. Informan 2 Informan 2 pada penelitian ini bernama Yuni, mahasiswa yang
berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi Fisip USU. Informan 2 sudah tinggal terpisah dengan orang tuanya selama ±5 tahun. Informan 2
berasal dari provinsi Sumatera Barat tepatnya kota Padang. Jarak yang harus ditempuh Informan 2 jika ingin pulang dari Medan ke
Padang adalah 24 jam dengan menggunakan transportasi bus. Dikarekan jarak yang jauh, maka Informan 2 juga jarang pulang ke
kampung halamannya, Informan 2 pulang hanya pada saat libur semester dan hari raya Idul fitri. Informan 2 pulang ke kampung
halamannya lebih kurang 2 atau 3 kali dalam setahun. Selain itu, Informan 2 tidak bisa sering pulang karena ia juga bekerja di Medan.
c. Informan 3 Informan 3 pada penelitian ini bernama Zati, mahasiswa yang
berkuliah di jurusan Matematika FMIPA USU. Informan 3 sudah tinggal terpisah dengan orang tuanya selama ±5 tahun. Informan 3
berasal dari provinsi Aceh tepatnya kota Bireuen. Jarak yang harus ditempuh Informan 3 jika ingin pulang dari Medan ke Bireuen adalah
9 jam dengan menggunakan transportasi bus. Karena jarak yang tidak terlalu jauh, maka Informan 3 sering pulang ke kampung halamannya
jika ada libur kuliah. Biasanya informan 3 pulang lebih kurang 5 atau 6 kali dalam setahun, yaitu pada saat libur semester, libur setelah
ujian tengah semester dan pada saat hari raya Idul fitri dan Idul adha. d. Informan 4
Informan 4 pada penelitian ini bernama Ayu, mahasiswa yang berkuliah di jurusan Antropologi FISIP USU. Informan 4 juga sudah
tinggal terpisah dengan orang tuanya selama ±4 tahun. Informan 4 berasal dari kota Paluta padang lawas utara. Jarak yang harus
ditempuh Informan 4 jika ingin pulang dari Medan ke Paluta adalah 12 jam dengan menggunakan transportasi mobil travel. Informan 4
jarang pulang ke kampung halamannya. Informan 4 hanya pulang
Universitas Sumatera Utara
jika ada libur kuliah yang panjang. Biasanya informan 4 pulang lebih kurang 2 atau 3 kali dalam setahun, yaitu pada saat libur semester,
dan pada saat hari raya Idul fitri. e. Informan 5
Informan 5 pada penelitian ini bernama Tika mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Ekonomi. Informan 5 juga sudah tinggal
terpisah dengan orang tuanya selama ±6 tahun. Informan 5 berasal dari kota P.Siantar Jarak yang harus ditempuh Informan 5 jika ingin
pulang dari Medan ke P.Siantar adalah ±4 jam dengan menggunakan transportasi bus. Walaupun jarak dari Medan ke kampung halaman
tidak jauh, tetapi Informan 5 juga jarang sekali pulang ke kampung halamannya. Informan 5 hanya pulang jika ada libur kuliah panjang.
Biasanya informan 5 pulang lebih kurang 3 atau 4 kali dalam setahun, yaitu pada saat libur semester, dan pada saat hari raya Idul fitri.
f. Informan 6 Informan 6 pada penelitian ini bernama Tia. Informan 6 juga sudah
tinggal terpisah dengan orang tuanya selama ±2 tahun. Informan 6 adalah mahasiswa yang berkuliah di Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan UMSU. Informan 6 berasal dari kota Meulaboh, Aceh. Jarak yang harus ditempuh jika ingin pulang adalah 12 jam dengan
menggunakan transportasi mobil travel. Informan 6 hanya pulang jika ada libur kuliah. Biasanya informan 6 pulang lebih kurang 4 atau 5
kali dalam setahun, yaitu pada saat libur semester, libur tengah semester dan pada saat hari raya Idul fitri.
g. Informan 7 Informan 7 pada penelitian ini bernama Ima. Informan 7 juga sudah
tinggal terpisah dengan orang tuanya selama ±4 tahun. Informan 7 adalah mahasiswa yang berkuliah di jurusan Antropologi Fisip USU.
Informan 7 berasal dari kota Lhokseumawe Aceh, jarak yang harus ditempuh jika ingin pulang adalah 7 jam dengan menggunakan
transportasi bus. Informan 7 juga sering pulang ke kampung
Universitas Sumatera Utara
halamannya. Informan 7 biasanya pulang lebih kurang 6 kali dalam setahun, yaitu pada saat ada libur kuliah, libur semester, libur tengah
semester dan pada saat hari raya Idul fitri. h. Informan 8
Informan 8 pada penelitian ini bernama Andriana. Informan 8 sudah tinggal terpisah dengan orang tuanya selama ±3 tahun. Informan 8
adalah mahasiswa yang berkuliah di Jurusan Kesejahteraan Sosial Fisip USU. Informan 8 berasal dari kota P.Siantar. Jarak yang harus
ditempuh jika ingin pulang dari Medan ke P.Siantar adalah 3-4 jam dengan menggunakan transportasi bus. Dikarenakan jarak dari Medan
ke kampung halaman tidak terlalu jauh, maka Informan 8 juga lebih sering pulang ke kampung halamannya. Informan 8 pulang lebih
kurang 6 kali dalam setahun, yaitu pada saat libur kuliah, libur semester, libur tengah semester dan pada saat hari raya Idul fitri.
4.1.3 Penyajian Data Dari Informan
Dari temuan data yang telah berhasil peneliti kumpulkan selama melakukan penelitian ini, selanjutnya peneliti menganalisis data-data tersebut
menurut elemen komunikasi antarpribadi bermedia dan konflik yang terjadi. Pada dasarnya elemen-elemen pada proses komunikasi antarpribadi sama dengan
elemen-elemen pada komunikasi antarpribadi bermedia namun dengan perbedaan pada penggunaan media. Pada komunikasi antarpribadi bermedia yang menjadi
media komunikasi adalah alat elektronik atau nonelektronik misalnya telepon, komputer, atau pena. Pada penelitian ini, media yang digunakan oleh informan
adalah telepon. Analisis data dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada masing-masing informan adalah sebagai berikut:
1. Informan 1 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Source atau komunikator adalah pihak yang menyusun dan mengirimkan pesan, sedangkan receiver atau komunikan adalah pihak yang menerima dan
Universitas Sumatera Utara
mengartikan pesan” DeVito, 2007: 10. Pada informan 1, peran komunikator lebih sering dijalankan oleh orang tua informan. Pada saat orang tua informan
khususnya ibu ingin mengetahui kondisi anaknya, maka sang ibu yang akan menjadi komunikator sementara anak menjadi komunikan. Ketika ingin
mengetahui kondisi anak, maka ibu akan menelepon anak dan berusaha untuk menanyakan kondisi anak dan kegiatan anak yang ingin diketahuinya tersebut
sedangkan anak sebagai komunikan akan menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh ibu. Komunikasi pada informan biasanya diawali terlebih
dahulu oleh ibu informan atau dengan kata lain lebih banyak ibu informan yang menjadi komunikator. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“biasanya yang menelpon atau sms duluan itu mamak, kalau saya menelpon kalau saya kangen keduanya atau ada keperluan masalah
uang, kalau orang tua saya sering menelpon, biasanya menanyakan kabar saya atau tentang kuliah”
Namun adakalanya Informan 1 yang menjadi komunikator, yaitu pada saat ia memiliki keperluan yang harus diminta kepada ibunya. Pada saat informan
memiliki kepentingan yang mengharuskannya untuk berkomunikasi dengan ibunya, maka ia akan menjadi komunikator yang menghubungi ibunya terlebih
dahulu dan menanyakan hal yang menjadi kepentingannya tersebut. Sedangkan ibu informan yang akan menjadi komunikan yang menjawab dan merespon
pertanyaan dari informan tersebut. Informan 1 berperan sebagai komunikator hanya pada saat memiliki keperluan khusus, misalnya berkaitan dengan masalah
uang. Hal ini sesuai dengan penuturan informan 1 pada saat wawancara, yaitu: “kalau saya menelpon kalau saya kangen keduanya atau ada keperluan
masalah uang” Peneliti melihat bahwa ibu informan 1 lebih banyak menjadi
komunikator. Ibu informan sering menelepon informan 1 untuk mengetahui kondisi informan 1. Hanya pada saat benar-benar sibuk maka ibu informan 1
tidak akan menelepon atau menghubungi informan 1. Dari situ peneliti melihat bahwa keinginan ibu informan 1 untuk mengetahui tentang informan 1 lebih
besar bila dibandingkan dengan keinginan informan 1 untuk mengetahui kondisi
Universitas Sumatera Utara
ibunya. Keinginan ini didorong oleh rasa cemas ibu informan akan kondisi informan.
Encoding-Decoding
Pada informan dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang kecemasan dan rasa ingin tahunya mengenai kondisi informan 1 ke dalam
pertanyaan yang selanjutnya dikirim berupa gelombang suara melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu informan 1 menjadi
komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha untuk mengartikan pesan yang dikirimkan dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya
atau membaca SMS yang dikirimkan oleh ibu informan 1. Begitu pula sebaliknya pada saat informan 1 menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding
yaitu menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibu informan 1 yang berperan sebagai komunikan
akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan informan 1 untuk dapat memahami hal yang diinginkan oleh informan 1.
Messages
Pesan adalah “signal yang menstimuli penerima” DeVito, 2007: 12. Pesan dapat berupa pesan verbal dan pesan nonverbal. Pesan verbal merupakan
pesan yang diungkapkan melalui penggunaan bahasa dan kata-kata. Sedangkan pesan nonverbal adalah pesan yang diungkapkan tanpa menggunakan kata-kata,
akan tetapi dengan bahasa tubuh, senyum, atau ekspresi. Pada informan 1 dan ibu pesan lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk
pesan nonverbal hanya berupa nada bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan ibu
informan biasanya menanyakan tentang kondisi informan 1 dan kegiatan informan. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“orang tua saya sering menelpon, biasanya menanyakan kabar saya atau tentang kuliah. Kalau saya biasanya menanyakan kabar keluarga
di kampung dan bertanya kondisi keluarga disana. Selain itu, biasanya
Universitas Sumatera Utara
menelpon saat ada keperluan masalah uang. Dan juga membicarakan masalah kuliah, masalah kawan-kawan disini dan curhat masalah
lain.” Sedangkan pada saat berkomunikasi melalui SMS pesan yang
disampaikan informan 1 dan ibu informan biasanya mengenai kabar dan pesan- pesan singkat. Komunikasi jarang dilakukan melalui SMS, karena orang tua
informan 1 lebih suka berkomunikasi melalui telpon. Selain itu ibu informan juga tidak terlalu pandai dalam menggunakan dengan media SMS. Hal ini seperti
penuturan informan yaitu: “biasanya kalo SMS menanyakan kabar, bagaimana keadaan disini,
udah sholat atau belum, bagaimana dengan kuliahnya. Hanya pesan- pesan singkat saja, soalnya mamak juga gak senang SMS, lebih
senang menelpon”
Channel
Pada informan 1, media komuikasi yang digunakan adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS. Informan
1 hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibu informan. Komunikasi yang dilakukan lebih sering
menggunakan telepon daripada SMS. Penggunaan SMS sebagai media hanya pada saat ingin menyampaikan pesan-pesan singkat. Hal ini seperti penuturan
informan yaitu: “kalo komunikasi dari mamak saya kadang telepon kadang SMS juga,
tapi lebih sering telpon, biasanya SMS untuk minta uang aja. Hanya pesan-pesan singkat saja, soalnya mamak juga gak senang SMS, lebih
senang menelpon” Ibu informan lebih menyukai komunikasi menggunakan telepon karena
dapat langsung mendengar suara informan. Selain itu komunikasi melalui telepon lebih praktis dan mudah.
Noise
Pada informan 1 terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
Universitas Sumatera Utara
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ibu informan meneleponnya ketika
ia berada di kampus, di jalan, di mall, dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya
gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan, kampus informan, mall tempat informan berjalan-
jalan, tempat kerja ibu informan dan seluruh bagian rumah ibu informan. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan
waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi informan 1 dan ibu, saat ibu menjadi komunikator, biasanya dimensi waktunya pada sore hari atau malam
hari ketika ibu telah menyelesaikan aktifitasnya dan memiliki waktu luang utnuk menelepon. Namun tidak demikian dengan informan 1, pada saat ibunya
menelepon biasanya informan sedang memiliki aktivitas lain misalnya mengerjakan tugas, telepon dengan temannya atau pergi dengan temannya. Pada
saat informan 1 yang menjadi komunikator, dimensi waktunya dapat pada pagi, siang atau malam hari sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang perlu
disampaikan oleh informan 1.
Ethics
Pada komunikasi antara informan 1 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Pada saat berkomunikasi kembali informan mencoba untuk lebih fokus
berbicara dengan ibunya dan tidak berbicara dengan orang sekelilingnya. Namun bagi ibunya, tidak sepantasnya seorang anak berbicara dengan orang lain pada
saat sedang berkomunikasi dengan ibunya, hal tersebut membuat ibunya merasa tersinggung.
Competence
Pada komunikasi informan 1 dan ibu, terdapat dua macam kompetensi yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam
Universitas Sumatera Utara
memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi memahami lawan bicara ibu informan lebih memperhatikan kondisi Informan daripada sebaliknya.
Hal itu dapat dilihat dari sikap ibunya yang memberikan tanggapan yang baik yaitu apabila saat ditelepon Informan memiliki kegiatan lain, misalnya sedang
mengerjakan tugas, maka ibunya menyuruh Riya untuk segera menyelesaikan tugasnya. Terkadang ibunya juga mengurangi durasi telepon, agar Informan
berkonsentrasi mengerjakan tugas kuliahnya. Sedangkan Informan 1, apabila sedang sibuk dengan kegiatannya terkadang tidak menyadari bahwa ibunya cemas
dengan kondisinya. Kompetensi yang kedua yaitu kompetensi dalam menggunakan media komunikasi, dalam hal ini Informan 1 lebih unggul. Ibu
Informan 1 tidak terlalu paham dengan cara menggunakan media komunikasi.
B. Konflik
Pada komunikasi Informan 1 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan keinginan akibat komunikasi yang kurang baik. Pada
saat orang tua menelepon terkadang Informan 1 berbicara dengan teman lain yang ada di sebelahnya, sedangkan ibunya ingin saat berkomunikasi anaknya tidak
berbicara dengan orang lain karena hal tersebut menyinggung perasaan ibunya. Dalam hal ini ibunya merasa diabaikan oleh anaknya, dan merasa tidak
didengarkan dengan baik pembicaraannya oleh Informan 1. Dengan kondisi seperti itu ibu informan langsung menyudahi komunikasi dan mematikan
teleponnya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu: “kalau mamak lagi nelpon saya ngomong juga dengan kawan-kawan
di sebelah, jadinya mamak agak marah. Karena marah ya mama bilang yaudahlah kalau lagi sibuk, lalu dimatikan telponnya dan gak nelpon
lagi. Paling kalo nelpon pun 2 hari kemudian” Setelah konflik terjadi dan putusnya komunikasi Informan 1 dan ibu, hal
ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa hari. Pada konflik yang dialami informan 1 dan ibu tidak ada penyelesaian khusus
yang dilakukan Informan dan ibunya. Dalam menghadapi konflik pada saat berkomunikasi kembali, informan dan ibu membicarakan hal lain, konflik yang
terjadi berlalu begitu saja, dan dilupakan seiring berjalannya waktu. Masalah yang
Universitas Sumatera Utara
terjadi sebelumnya tidak diungkit-ungkit lagi. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“Biasanya ga ada cara menyelesaikan konflik, paling nanti mama telpon atau sms beberapa hari kemudian, ketika mamak nelpon lagi
ngomongnya seperti biasa lagi, yaudah masalahnya gak diingat-ingat lagi”
Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat berkomunikasi dengan ibunya, informan mencoba untuk lebih fokus berbicara
hanya dengan ibunya. Dengan tidak berkomunikasi dengan orang sekeliling maka ibu informan dapat merasa lebih dihargai oleh anaknya. Hal ini seperti penuturan
informan: “cara menghindari konflik dengan gak bicara dengan orang lain di
sebelah, lebih menghargai dan mementingkan mamak, fokus ke mamak saat mamak nelpon”
2. Informan 2 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Pada Informan 2 dan orang tua, peran komunikator dan komunikan dijalankan oleh keduanya secara bergantian. Informan lebih sering menjadi
komunikator pada saat melakukan komunikasi melalui sms. Sedangkan ibu Informan menjadi komunikator pada saat melakukan komunikasi melalui telepon.
Hal ini seperti penuturan Informan yaitu: “Sebenarnya sama saja, saya juga sering mengawali komunikasi,
orang tua saya juga sering mengawali komunikasi. Cuman bedanya kalau saya sms, tapi kalau orang tua saya sering menelpon”
Ibu Informan menjadi komunikator melalui telepon pada saat ingin mengetahui keadaan Informan, sedangkan Informan menjadi komunikan.
Kemudian Informan menjadi komunikator melalui telepon pada saat ia ingin mengetahui kabar keluarganya, ketika bercerita tentang kegiatannya dan ketika
ia memiliki keperluan yang harus diminta kepada ibunya, sedangkan ibu Informan pada saat itu menjadi komunikan. Informan juga menjadi komunikator
Universitas Sumatera Utara
saat melakukan komunikasi melalui SMS kepada ibunya. Biasanya pada saat melakukan komunikasi melalui SMS membicarakan hal-hal yang penting dan
singkat saja. Hal ini seperti penuturan Informan yaitu: “kalau sms paling saya menanyakan kabar mama dan minta di telpon
mama saya. Kalau SMS hal yang penting-penting saja”
Encoding-Decoding
Pada Informan 2 dan ibunya, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu Informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang semua pertanyaannya mengenai kondisi Informan ke dalam pertanyaan yang selanjutnya
dikomunikasikan melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu Informan 2 menjadi komunikan, maka ia melakukan decoding dengan
berusaha untuk mengartikan pesan dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya atau membaca SMS yang dikirimkan oleh ibunya. Begitu pula sebaliknya
pada saat Informan 2 menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu dengan menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui
telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibunya yang berperan sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan Informan
untuk dapat memahami hal yang diinginkan oleh Informan.
Messages
Pada komunikasi Informan 2 dan ibu pesan juga lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya
berupa nada bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi dengan ibu melalui telepon banyak sekali hal-hal yang dibicarakan
oleh Informan 2 dan ibunya. Pesan yang disampaikan ibu Informan 2 biasanya menanyakan tentang kondisi Informan, kegiatan Informan di Medan dan
menceritakan kondisi keluarga di Padang. Kegiatan yang ditanyakan seputar perkuliahan dan kegiatan Informan sehari-hari. Sedangkan pesan yang
disampaikan Informan adalah jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan oleh ibunya dan menceritakan kegiatan-kegiatannya. Hal ini seperti
penuturan Informan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“Kalau sudah telpon dengan orang tua banyak sekali hal-hal yang dibicarakan misalnya tentang kelucuan sehari-hari atau bagaimana
kabar ayah saya dan adik-adik saya disana, pekerjaan mama saya disana. Sering juga berbicara tentang uang, mau beli apa. Sering juga
curhat tentang teman-teman saya dan pacar.” Selain membicarakan tentang kondisi dan kegiatan Informan, hal lain
yang biasanya dibicarakan adalah tentang kondisi keluarga di Padang dan mengenai pekerjaan orang tua Informan. Selain itu, sering juga Informan
berbicara masalah keuangan, kepentingan-kepentingan lainnya. Pada saat berkomunikasi informan juga sering menceritakan tentang teman-temannya
kepada ibunya dan bercerita jika sedang ada masalah.
Channel
Pada Informan 2, media komuikasi yang digunakan juga adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS.
Informan 2 juga hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibunya. Pada komunikasi yang dilakukan oleh
Informan dan ibu lebih sering melalui telepon. Komunikasi yang diawali oleh Informan lebih sering menggunakan SMS, sedangkan komunikasi dari ibunya
lebih sering menggunakan telepon. Hal ini seperti penuturan informan yaitu: “Komunikasi yang saya lakukan dengan orang tua lebih sering dengan
telpon, tapi orang tua saya yang lebih sering menelepon. Kalau saya lebih sering meng-SMS duluan, lalu orang tua yang menelpon atau
membalas SMS saya, tapi lebih sering menelepon”.
Noise
Pada Informan 2 juga terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada Informan 2 saat ibunya meneleponnya ketika ia
berada di kampus, di jalan, di mall, di tempat kerja dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang
Universitas Sumatera Utara
digunakan, misalnya gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi Informan 2 dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
berlangsung. Pada komunikasi Informan 2 dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos Informan, kampus Informan, mall tempat Informan berjalan-
jalan, tempat kerja ibu Informan dan seluruh bagian rumah orang tua Informan di Padang. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan
dengan waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi Yuni dan ibu, saat ibu menjadi komunikator, biasanya dimensi waktunya pada siang hari atau
malam hari ketika ibunya memiliki waktu luang untuk menelepon. Begitu juga dengan informan, pada saat informan menjadi komunikator dimensi waktunya
bisa terjadi kapan saja ketika informan memiliki waktu luang untuk menelepon. Namun terkadang pada saat ibu informan menelepon informan juga sedang
memiliki aktivitas lain misalnya mengerjakan tugas bersama teman-teman, ataupun bekerja.
Pada saat Informan 2 yang menjadi komunikator, dimensi waktunya dapat pada pagi, siang atau malam hari sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan
yang perlu disampaikan oleh Informan 2. Proses komunikasi yang dilakukan Informan 2 dengan ibunya biasanya hampir setiap hari ada, hanya saat Informan 2
atau ibunya sedang sibuk saja maka komunikasi tidak ada. Hal ini sesuai penuturan Informan 2 yaitu:
“Hampir setiap hari ada komunikasi saya dengan orang tua, kadang- kadang saja tidak ada kalau misalnya orang tua saya sibuk atau saya
diketahui orang tua sedang sibuk maka tidak ada komunikasi. Tapi paling tidak satu SMS pasti ada, jarang sekali tidak ada komunikasi”.
Ethics
Pada komunikasi antara Informan 2 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Walaupun terkadang ada perbedaan pendapat dan keinginan, namun ia
tetap berusaha untuk menjaga komunikasinya dengan orang tua. Selain itu
Universitas Sumatera Utara
sekalipun informan merasa sebal dengan keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tua, namun ia tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi
dengan baik. “Walaupun tadinya konflik, saya akan menutup pembicaraan dengan
baik. Setelah menutup telepon saya pasti SMS mama saya untuk minta maaf”
Competence
Pada komunikasi antara Informan 2 dan ibunya juga terdapat kompetensi, yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam
memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara, Informan 2 memperhatikan kondisi ibunya dan begitupun
sebaliknya. Hal ini dapat dilihat dari sikap Informan yang tidak menelepon jika orang tuanya sedang sibuk dan memilih-milih waktu yang tepat ketika ingin
meminta uang kepada orang tua. Sedangkan pada ibuInforman, kompetensi memahami adalah tidak menelepon juga ketika tahu Informan 2 sedang sibuk atau
sedang ada kegiatan perkuliahan. Hal ini sesuai dengan penuturan Informan: “kalau misalnya orang tua saya sibuk atau saya diketahui orang tua
sedang sibuk maka tidak ada komunikasi. Tapi paling tidak satu SMS pasti ada, jarang sekali tidak ada komunikasi”.
Selain itu, kompetensi yang dilakukan dilakukan informan terkait dengan kompetensi memahami lawan bicara adalah memilih waktu yang tepat saat ingin
membicarakan masalah keuangan dengan orang tuanya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“melihat keadaan orang tua saya, apa sedang ada masalah atau sedang happy. Saya lihat lah apakah dia baru gajian. Jadi untuk menghindari
konflik itu memilih kata-kata dan waktu yang tepat saja.”
B. Konflik
Pada Informan 2 dan Ibu konflik yang terjadi pada saat berkomunikasi adalah konflik yang berkaitan dengan masalah keuangan. Konflik dapat terjadi
pada saat Informan meminta uang lebih pada orang tuanya, tetapi orang tuanya
Universitas Sumatera Utara
tidak dapat memenuhi hal tersebut. Hal ini seperti penuturan Informan yaitu sebagai berikut:
“kadang-kadang ada sesuatu hal bisa menimbulkan konflik, misalnya ketika meminta uang kepada orang tua lebih banyak dari biasanya lalu orang tua
bertanya untuk apa uang itu, lalu kita jelaskan, tapi orang tua malah menjelaskan kebutuhan biaya dia disana. Jadi kita merasa, saya kan juga
butuh untuk kuliah, kenapa untuk disana saja. Kan tinggal saya yang kuliah, tolonglah diperhatikan juga.”
Setelah konflik terjadi informan tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik. Kemudian setelah menutup telepon informan
segera mengirim SMS kepada orang tuanya untuk meminta maaf agar masalah tidak berlarut-larut. Selain itu informan juga ingin tetap menjaga hubungan
komunikasinya dengan orang tua, sehingga jika ada masalah ia segera menyelesaikannya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“Walaupun tadinya konflik, saya akan menutup pembicaraan dengan baik. Setelah menutup telepon saya pasti akan SMS mama saya untuk
minta maaf dan mama saya membalasnya dengan baik pula. Jadi konflik gak berlarut-larut langsung selesai pada saat itu”
Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi pada saat berkomunikasi informan mencoba memahami keadaan orang tuanya. Dalam hal ini informan
memilih waktu yang tepat saat ingin membicarakan masalah keuangan dengan orang tuanya. Hal ini seperti penuturan informan:
“Ketika meminta uang saya melihat keadaan orang tua saya, apa sedang ada masalah atau sedang happy. Saya lihat lah apakah dia baru
gajian. Jadi untuk menghindari konflik itu memilih kata-kata dan waktu yang tepat saja.”
3. Informan 3 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Pada Informan 3, saat melakukan komunikasi melalui telepon dengan orang tua peran komunikator lebih banyak dijalankan oleh informan daripada
Universitas Sumatera Utara
orang tua. Informan sering menelepon orang tuanya untuk menanyakan kabar keluarga di kampung dan menceritakan kegiatannya di Medan. Selain itu
komunikasi melalui telepon juga dilakukan pada saat informan memiliki kepentingan dan masalah yang membutuhkan solusi dari keluarga terutama ibu.
Informan 3 juga lebih sering menjadi komunikator pada saat melakukan komunikasi melalui sms. Hal ini seperti penuturan informan 3 yaitu:
“Yang lebih sering saya karena kalo ada keperluan dan masalah saya pasti nelpon keluarga terutama ummi saya. Karena ada masalah jadi
untuk tau solusi dari permasalahan yang saya alami. Selain itu untuk menanyakan kabar keluarga disana. Ummi saya jarang menelepon
karena dia sibuk, dia seorang pengajar yang pergi pagi pulangnya sore”
Ibu informan 3 menjadi komunikator pada saat ingin menyampaikan sesuatu yang penting Ibu informan jarang menjadi komunikator, hal ini
dikarenakan ibu informan sering sibuk dan tidak sempat menghubungi informan. Informan 3 menjadi komunikator saat ingin mengetahui kabar keluarganya,
sedangkan ibu informan pada saat itu menjadi komunikan. Sedangkan komunikasi melalui SMS hanya dilakukan saat adanya gangguan pada
komunikasi melalui telepon. Biasanya pada saat melakukan komunikasi melalui SMS membicarakan hal-hal yang penting dan singkat saja. Hal ini seperti
penuturan informan yaitu: “kalau setelah nelpon gak jelas suaranya atau telepon putus karena
sinyal jelek, diperjelas dengan SMS. Selain itu tentang uang yang akan dikirim”
Encoding-Decoding
Pada informan 3 dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuangkan rasa ingin tahunya mengenai kondisi keluarga ke dalam pertanyaan yang selanjutnya
dikatakan melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu ibu informan menjadi komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha
untuk mengartikan pesan dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh anaknya
Universitas Sumatera Utara
atau membaca SMS yang dikirimkan oleh informan 3. Begitu pula sebaliknya pada saat ibu informan menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding
yaitu dengan menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada anaknya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu informan 3 yang berperan sebagai
komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan ibunya untuk dapat memahami apa yang diinginkan oleh ibunya.
Messages
Pada informan 3 dan ibu pesan juga lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada
bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi pesan yang disampaikan oleh informan dan ibu biasanya adalah saling menanyakan
tentang kondisi masing-masing pihak. Selain itu, informan berbicara tentang kepentingannya dan masalah yang sedang dihadapi oleh informan. Sedangkan
pesan yang disampaikan ibu informan adalah menjawab solusi untuk permasalahan informan. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“biasanya nanya kabar dulu, selain itu membicarakan masalah keuangan. Kalo ada keperluan dan masalah saya pasti nelpon keluarga
terutama ummi saya. Karena ada masalah jadi untuk tau solusi dari permasalahan yang saya alami. Selain itu untuk menanyakan kabar
keluarga disana” Sedangkan melalui SMS pesan yang disampaikan hanya hal-hal yang
penting dan singkat saja Selain itu untuk memperjelas pesan-pesan saat komunikasi melalui telepon putus karena gangguan sinyal yang buruk. Hal ini
seperti penuturan informan: “Kalau setelah nelpon gak jelas suaranya atau telepon putus karena
sinyal jelek, diperjelas dengan SMS. Selain itu tentang uang yang akan dikirim”
Channel
Pada informan 3, komunikasi yang dilakukan oleh informan dan ibu lebih sering melalui telepon. Komunikasi lebih sering dilakukan melalui telepon
oleh Informan karena ingin langsung mendengarkan suara orang tuanya.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan pesan pada komunikasi melalui SMS biasanya hanya membicarakan hal-hal yang penting dan singkat saja. Selain itu untuk memperjelas pesan-pesan
saat komunikasi melalui telepon putus karena gangguan sinyal yang buruk. Hal ini seperti penuturan informan:
“melalui telepon, kalo melalui telepon bisa langsung mendengarkan suaranya dan kalo melalui SMS belum tentu di baca sama orang tua
saya. Kalau setelah nelpon gak jelas suaranya atau telepon putus karena sinyal jelek, diperjelas dengan SMS. Selain itu tentang uang
yang akan dikirim”
Noise
Pada informan 3 juga terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ia menelepon ibunya ketika ibunya
berada di sekolah dan sedang dalam proses mengajar, sehingga suara ibu informan tidak dapat terdengar dengan jelas dikarenakan suara ribut dari murid-murid.
Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan, kampus informan, mall tempat informan berjalan-
jalan, tempat kerja ibu informan dan seluruh bagian rumah ibu informan. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan
waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi informan 3 dan ibu, saat ibu menjadi komunikator, biasanya dimensi waktunya pada sore hari atau malam
hari ketika ibu telah menyelesaikan aktifitasnya dan memiliki waktu luang utnuk menelepon. Namun tidak demikian dengan informan 3, pada saat menelepon
ibunya atau berkumpul dengan teman-temannya. Pada saat informan 3 yang
Universitas Sumatera Utara
menjadi komunikator, dimensi waktunya dapat pada pagi, siang atau malam hari sesuai dengan kepentingan dan kebutuhan yang perlu disampaikan oleh informan.
Ethics
Pada komunikasi antara informan 3 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang cukup baik. Walaupun terkadang terdapat perbedaan keinginan dan
pendapat, namun ia tetap berusaha untuk berbicara dengan baik dan lembut kepada ibunya. Selain itu sekalipun informan merasa sebal dengan jawaban yang
diberikan ibunya mengenai solusi untuk solusi permasalahannya, namun ia tetap memiliki batas yaitu hanya sampai nada bicara yang lebih tinggi tidak sampai
menggunakan kata-kata kasar. Namun terkadang bagi ibunya, tidak sepantasnya seorang anak berbicara dengan nada tinggi kepada ibunya sehingga terkadang
nada bicara informan yang tinggi membuat ibunya merasa tersinggung dan mematikan telelponnya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“kalo udah gitu beliau langsung mematikan hpnya, kalo di telpon lagi pasti gak di angkat, paling besok atau kapan-kapan ditelpon lagi
dibicarakan baik-baik”
Competence
Pada komunikasi antara informan 3 dan ibunya juga terdapat kompetensi, yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan
kompetensi dalam memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara, informan memperhatikan kondisi ibunya
pada saat ingin berkomunikasi atau ingin menyampaikan sesuatu. Hal ini dapat dilihat dari sikap informan yang tidak menelepon jika orang tuanya sedang sibuk
mengajar dan memilih-milih waktu yang tepat ketika ingin berkomunikasi dengan orang tua. Biasanya komunikasi lebih sering dilakukan pada saat jam istirahat
ibunya, yaitu pada malam hari. Hal ini sesuai dengan penuturan informan yaitu: “kalau misalnya orang tua saya sibuk mengajar maka saya tidak
menelpon. Ketika jam istirahat orang tua saya baru saya menelpon.”
Universitas Sumatera Utara
B. Konflik
Pada informan 3 dan ibu konflik yang terjadi berhubungan dengan masalah keuangan. Ketika informan menyampaikan kebutuhan keuangannya,
ibunya tidak dapat memenuhi hal tersebut dan menjelaskan mengenai kebutuhan lainnya dikampung. Hal tersebut dapat memicu konflik antara informan dan orang
tua karena adanya keinginan yang berbeda sehingga menimbulkan perdebatan antara informan dan ibu. Selain itu, terkadang nada bicara informan yang agak
tinggi membuat orang tua tersinggung dan mematikan telponnya. Hal ini seperti penuturan informan:
“karena saya mau uang jajan ditambahin bulan ini, tapi orang tua saya kurang setuju dan membahas tentang keperluan dia. Mungkin ummi
saya mendengarkan pembicaraan tentang keuangan itu dia agak emosi dan saya menanggapinya dengan emosi dan berbicara dengan nada
tinggi” Setelah konflik terjadi, biasanya ibu informan langsung mematikan
telpon dan tidak dapat dihubungi lagi sampai beberapa hari. Pada konflik yang dialami informan 3 dan ibu juga tidak ada penyelesaian khusus yang dilakukan
informan dan ibunya. Pada saat berkomunikasi kembali, untuk membuat suasana membaik informan membicarakan hal lain dan berbicara dengan baik-baik kepada
ibunya. Selain itu untuk menghindari konflik, informan lebih menjaga intonasi bicara kepada ibunya untuk menjaga perasaan ibunya. Dan juga membahas hal
lain seperti tentang kegiatan perkuliahan informan. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“biasanya kalo udah gitu beliau ibu langsung mematikan hp nya, kalo di telpon lagi pasti gak diangkat. Paling ya besok atau kapan-
kapan ditelpon lagi dibicarakan baik-baik dan mengalihkan pembicaraan. Untuk menghindari konflik, saya berbicara dengan
lembut, membahas hal lain, seperti masalah kuliah dan tentang keluarga disana”
Universitas Sumatera Utara
4. Informan 4 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Pada informan 4, peran komunikator lebih sering dijalankan oleh orang tua informan. Pada saat orang tua informan khususnya ibu ingin mengetahui
kondisi anaknya, maka sang ibu yang akan menjadi komunikator sementara anak menjadi komunikan. Ketika ingin mengetahui kondisi anak, maka ibu akan
menelepon anak dan berusaha untuk menanyakan kondisi anak dan kegiatan anak yang ingin diketahuinya tersebut sedangkan anak sebagai komunikan akan
menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh ibu. Hal ini seperti penuturan informan 4 yaitu:
“biasanya orang tua lebih mudah rindu sama kita anaknya, tapi tidak menutup kemungkinan kita juga rindu tapi terkadang karena kita
dipenuhi dengan aktifitas-aktifitas nanti terkadang lupa” Peneliti melihat bahwa ibu informan 4 lebih banyak menjadi
komunikator. Ibu informan sering menelepon informan 4 untuk mengetahui kondisi informan 4. Keinginan ini didorong oleh rasa cemas ibu informan akan
kondisi informan.
Encoding-Decoding
Pada informan dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang kecemasan dan rasa ingin tahunya mengenai kondisi informan 4 ke dalam
pertanyaan yang selanjutnya dikirim berupa gelombang suara melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu informan 4 menjadi
komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha untuk mengartikan pesan yang dikirimkan oleh ibu informan dengan mendengarkan apa yang
dikatakan oleh ibunya atau membaca SMS yang dikirimkan oleh ibu informan 4. Begitu pula sebaliknya pada saat informan 4 menjadi komunikator, maka ia akan
melakukan encoding yaitu dengan menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibu informan 4 yang
berperan sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan
Universitas Sumatera Utara
pesan yang disampaikan informan 4 untuk dapat memahami apa yang diinginkan oleh informan 4.
Messages
Pada informan 4 dan ibu pesan lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada bicara
pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan oleh ibu informan adalah menanyakan kabar
informan dan kegiatan informan. Hal ini seperti penuturan informan yaitu: “biasanya tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian di kampung
halaman. Jadi ibu selalu ngasih diskusi, selalu ngingetin jangan ngikutin pergaulan gak bagus. Dan masalah adek karena adek juga
kuliah di medan, jadi menanyakan perkembangan adek. Selain itu menanyakan kabar.”
Sedangkan pada saat berkomunikasi melalui SMS pesan yang disampaikan informan 4 dan ibu informan biasanya mengenai kabar dan pesan-
pesan singkat. Komunikasi jarang dilakukan melalui SMS, karena orang tua informan 4 lebih suka berkomunikasi melalui telpon.
Channel
Pada informan 4, media komuikasi yang sering digunakan adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS.
Walaupun ada dua fungsi media yang digunakan oleh informan dan ibu, namun komunikasi yang dilakukan lebih sering menggunakan telepon. Penggunaan SMS
sebagai media hanya pada saat ingin menyampaikan pesan-pesan singkat. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“melalui telpon. Karena kan orang tua rindu sama kita, pengen dengar suara anaknya, jadi lebih enak melalui telpon lebih puas ngomongnya,
tapi kalo melalui SMS kan singkat, kadang orang tua gak mau capeklah ngetik-ngetik SMS”
Ibu informan lebih menyukai komunikasi menggunakan telepon karena dapat langsung mendengar suara informan dan lebih praktis. Komunikasi jarang
Universitas Sumatera Utara
dilakukan melalui SMS, karena orang tua informan 4 lebih suka berkomunikasi melalui telpon.
Noise
Pada informan 4 terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ibu informan meneleponnya ketika
ia berada di kampus, di jalan, dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya gangguan
sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan, kampus informan, dan seluruh bagian rumah ibu
informan. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi
informan 4 dan ibu, biasanya dimensi waktunya pada sore hari atau malam hari ketika telah menyelesaikan aktifitasnya dan memiliki waktu luang utnuk
menelepon.
Ethics
Pada komunikasi antara informan 4 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Walaupun terkadang informan tidak menyukai pembahasan yang
dibicarakan dengan ibu, namun ia tetap berusaha untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh ibunya. Selain itu sekalipun informan merasa sebal
dengan pertanyaan yang diajukan oleh ibunya, namun ia tetap berusaha menjaga nada bicaranya dan tidak menggunakan kata-kata kasar.
Competence
Pada komunikasi informan 4 dan ibu, terdapat dua macam kompetensi yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam
Universitas Sumatera Utara
memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi memahami lawan bicara ibu informan lebih memperhatikan kondisi informan daripada sebaliknya.
Hal itu dapat dilihat dari sikap ibunya yang memberikan tanggapan yang baik yaitu apabila saat ditelepon informan memiliki kegiatan lain, misalnya sedang
kuliah atau ada kegiatan kampus lainnya, maka ibunya tidak jadi menelepon informan. Kompetensi yang kedua yaitu kompetensi dalam menggunakan media
komunikasi, dalam hal ini kedua pihak sudah paham dengan cara menggunakan media komunikasi.
B. Konflik
Pada komunikasi Informan 4 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan oleh adanya masalah perbedaan keinginan antara anak dan orang tua.
Pada saat orang tua menelepon terkadang informan tidak suka jika orang tua terlalu sering menanyakan kabar adiknya, karena tinggal di tempat berbeda
sehingga informan jarang bertemu dengan adiknya. Selain itu, karena informan dan adik memiliki kesibukan masing-masing. Konflik dapat muncul dikarenakan
jawaban informan yang kurang memuaskan ketika ditanya tentang adiknya yang juga tinggal di Medan dan terjadi perdebatan antara informan dan ibu, ibu
informan menyudahi pembicaraan dan menutup telponnya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“biasanya berdebat tentang masalah adek, karena adek satu-satunya disini, kakak nya cuma saya jadi saya harus perhatikan dia, tapi
karena kita sama-sama sibuk jadi sering gak jumpa. Jadi itulah bisa jadi konflik kalau ibu bertanya masalah adek dan saya jawabannya
gak tau jadinya ibu terkadang marah, ibu maunya saya lebih perhatian sama adek saya.”
Pada konflik yang dialami informan 4 dan ibu tidak ada penyelesaian khusus yang dilakukan. Biasanya setelah konflik terjadi, dalam menghadapi
konflik tersebut informan mengganti topik pembicaraan dengan ibunya, konflik yang terjadi dilupakan seiring berjalannya waktu. Masalah yang terjadi
sebelumnya tidak diungkit-ungkit lagi dan informan dan ibu membicarakan hal lain. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“Biasanya langsung ganti topik, karena kalau terus membicarakan itu saja makin ribut. Jadi agak ngelantur-ngelantur sedikit lah
ngomongnya” Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat
berkomunikasi dengan ibunya informan lebih banyak membahas hal lain yang berkaitan dengan kegiatannya dan bertanya mengenai kondisi keluarga di
kampung. Hal ini seperti penuturan informan: “biasanya ayu lebih banyak cerita dibandingkan orang tua ayu dan
lebih banyak bertanya tentang keadaan di kampung itu gimana”
5. Informan 5 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Pada informan 5 dan orang tua, peran komunikator dan komunikan dijalankan oleh keduanya secara bergantian. Pada saat orang tua informan
khususnya ibu ingin mengetahui kondisi anaknya atau memiliki keperluan lain, maka sang ibu yang akan menjadi komunikator sementara anak menjadi
komunikan. Begitu pula dengan informan 5 ketika ia memiliki keperluan maka ia akan menjadi komunikator dan menghubungi ibunya. Hal ini seperti penuturan
informan 5 yaitu: “kadang-kadang kalau perlu saya menelpon duluan, kalau ibu yang
perlu maka menelepon saya” Informan 5 yang menjadi komunikator, yaitu pada saat ia memiliki
keperluan yang harus diminta kepada ibunya. Pada saat informan memiliki kepentingan yang mengharuskannya untuk berkomunikasi dengan ibunya, maka
ia akan menjadi komunikator yang menghubungi ibunya terlebih dahulu dan menanyakan hal yang menjadi kepentingannya tersebut. Sedangkan ibu
informan yang akan menjadi komunikan yang menjawab dan merespon pertanyaan dari informan tersebut. Informan 5 lebih sering menjadi komunikator
pada saat melakukan komunikasi melalui SMS.
Universitas Sumatera Utara
Encoding-Decoding
Pada informan 5 dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang rasa ingin tahunya mengenai kondisi informan ke dalam pertanyaan yang selanjutnya
dikirim berupa gelombang suara melalui telepon. Pada saat itu informan menjadi komunikan, maka ia melakukan decoding dengan mendengarkan yang dikatakan
oleh ibunya. Begitu pula sebaliknya pada saat informan 5 menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menyampaikan pesan yang ingin
ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibu informan 5 yang berperan sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu
mendengarkan pesan yang disampaikan informan untuk memahami apa yang diinginkan oleh informan.
Messages
Pada informan 5 dan ibu pesan juga lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada
bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan oleh informan adalah menceritakan masalah
pribadi, masalah kampus dan keperluan uang. Selain itu, menanyakan tentang kondisi informan 5 dan kondisi ibu. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“masalah pribadi, masalah kampus dan masalah keuangan. Selain itu menanyakan kabar keluarga”
Sedangkan pada saat berkomunikasi melalui SMS pesan yang disampaikan informan 5 dan ibu informan biasanya berupa pesan-pesan singkat.
Komunikasi jarang dilakukan melalui SMS, karena informan 5 dan ibu lebih suka berkomunikasi melalui telpon. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“Cuma bilang, ma, telpon balik atau pesan-pesan singkat lain, soalnya kalo SMS kan lama balesannya”
Channel
Pada informan 5, media komuikasi yang digunakan adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS. Informan
Universitas Sumatera Utara
5 hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibu informan. Walaupun ada dua fungsi media yang digunakan
oleh informan dan ibu, namun komunikasi yang dilakukan lebih sering menggunakan telepon. Penggunaan SMS sebagai media hanya pada saat ingin
menyampaikan pesan-pesan singkat. Hal ini seperti penuturan informan yaitu: “telpon, karena kalo melalui SMS ibu payah dan lama. Kalo SMS
kadang-kadang gak terdengar, hp ntah dimana atau udah denger tapi lupa buka SMS.”
Noise
Pada informan 5 terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ibu informan meneleponnya ketika
ia berada di kampus, di jalan, di mall, dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya
gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan 5 dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan, kampus informan, mall tempat informan berjalan-
jalan, tempat kerja ibu informan dan seluruh bagian rumah ibu informan. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan
waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi informan 5 dan ibu, biasanya dimensi waktunya pada siang hari, sore hari atau malam hari ketika
masing-masing pihak memiliki waktu luang untuk menelepon.
Ethics
Pada komunikasi antara informan 5 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Walaupun terkadang adanya perbedaan keinginan atau pendapat di
antara informan dan ibu. Informan tetap berusaha menjaga nada bicaranya dan tidak menggunakan kata-kata kasar. Selain itu sekalipun informan merasa sebal
Universitas Sumatera Utara
dengan keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tua, namun ia tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik.
Competence
Pada komunikasi informan 5 dan ibu, terdapat dua macam kompetensi yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam
memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi memahami lawan bicara ibu informan lebih memperhatikan kondisi Informan daripada sebaliknya.
Hal itu dapat dilihat dari sikap ibunya yang sering mengalah ketika terjadi perdebatan diantara ibu dan informan. Kompetensi yang kedua yaitu kompetensi
dalam menggunakan media komunikasi, dalam hal ini Informan lebih unggul. Ibu Informan tidak terlalu paham dengan cara menggunakan media komunikasi.
B. Konflik
Pada komunikasi Informan 5 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan perbedaan keinginan antara anak dan orang tua. Pada saat orang tua
menelepon terkadang ada pembicaraan mengenai keinginan informan yang bertolak belakang dengan keinginan orang tua. Dalam hal ini yang menjadi
penyebab adalah keinginan informan untuk pindah dari kos yang lama dan menyewa rumah kontrakan yang lebih bagus sedangkan ibu informan ingin
anaknya tinggal di rumah yang sederhana saja. Hal tersebut memicu perdebatan antara informan dan orang tua dan terkadang menimbulkan suasana yang tidak
harmonis. Hal ini seperti penuturan informan yaitu: “masalah pindah kos, karena berdua dengan adik jadi maunya nyewa
satu rumah untuk berdua biar lebih enak dari pada kos-kosan, Cuma kadang-kadang mama nyuruhnya yaudah cari aja rumah yang murah-
murah aja, sedangkan kami maunya menyewa rumah yang lebih bagus. Jadinya sampai ngotot gitu, sampai diem-diem walaupun
telepon masih hidup.” Setelah konflik terjadi antara Informan dan ibu, hal ini berakibat
putusnya pembicaraan antara Informan dan ibu sampai beberapa waktu, walaupun pada saat komunikasi melalui telepon masih berlangsung, walaupun pada saat
komunikasi melalui telepon masih berlangsung. Pada konflik yang dialami
Universitas Sumatera Utara
informan 5 dan ibu penyelesaian dilakukan dengan cara membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Penyelesaian lebih sering dilakukan oleh ibu informan,
pada saat pertengkaran akibat perbedaan keinginan terjadi maka ibu informan lebih memilih untuk mengalah pada pilihan anaknya. Hal ini seperti penuturan
informan yaitu: “biasanya diomongin baik-baik. Dan yang lebih sering mengalah ibu
saya.” Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat
berkomunikasi dengan ibunya, informan mencoba untuk tidak membicarakan masalah tersebut. Hal ini seperti penuturan informan:
“cara menghindari konflik dengan cerita hal yang lain, cerita yang biasa-biasa aja dan yang lucu-lucu. Tidak membicarakan hal yang
serius”.
6. Informan 6 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Pada informan 6 dan orang tua, peran komunikator peran komunikator lebih sering dijalankan oleh orang tua informan. Pada saat orang tua informan
khususnya ibu ingin mengetahui kondisi anaknya, maka sang ibu yang akan menjadi komunikator sementara anak menjadi komunikan. Ketika ingin
mengetahui kondisi anak, maka ibu akan menelepon anak dan berusaha untuk menanyakan kondisi anak dan kegiatan anak yang ingin diketahuinya tersebut
sedangkan anak sebagai komunikan akan menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh ibu. Komunikasi pada informan 6 biasanya diawali terlebih
dahulu oleh ibu informan atau dengan kata lain lebih banyak ibu informan yang menjadi komunikator sedangkan informan 6 menjadi komunikan. Hal ini seperti
penuturan informan 6 yaitu: “paling sering mami, karena mami khawatir. Selain itum lebih sering
mami karena tia lebih hemat pulsa jadi lebih sering nunggu mami nelpon. Tetapi kadang-kadang kalau ada keperluan yang penting tia
menelpon duluan”
Universitas Sumatera Utara
Informan 6 yang menjadi komunikator, yaitu pada saat ia memiliki keperluan yang harus diminta kepada ibunya. Pada saat informan memiliki
kepentingan yang mengharuskannya untuk berkomunikasi dengan ibunya, maka ia akan menjadi komunikator yang menghubungi ibunya terlebih dahulu dan
menanyakan hal yang menjadi kepentingannya tersebut. Sedangkan ibu informan yang akan menjadi komunikan yang menjawab dan merespon
pertanyaan dari informan tersebut. Informan 6 lebih sering menjadi komunikator pada saat melakukan komunikasi melalui SMS.
Encoding-Decoding
Pada informan dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang kecemasan dan rasa ingin tahunya mengenai kondisi informan 6 ke dalam
pertanyaan yang selanjutnya dikirim berupa gelombang suara melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu informan 6 menjadi
komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha untuk mengartikan pesan yang dikirimkan oleh ibu informan dengan mendengarkan apa yang
dikatakan oleh ibunya atau membaca SMS yang dikirimkan oleh ibu informan 6. Begitu pula sebaliknya pada saat informan 6 menjadi komunikator, maka ia akan
melakukan encoding yaitu dengan menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibu informan yang
berperan sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan informan 6 untuk dapat memahami apa yang diinginkan
oleh informan 6.
Messages
Pada informan 6 dan ibu pesan juga lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada
bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan oleh informan adalah masalah kuliah, masalah
kampus dan masalah keuangan yang digunakan. Selain itu, menanyakan tentang kondisi informan 6 dan kondisi ibu. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“yang dibicarakan masalah kuliah, masalah kampus dan masalah keuangan yang digunakan. Selain itu menanyakan kabar keluarga”
Sedangkan pada saat berkomunikasi melalui SMS pesan yang disampaikan informan 6 dan ibu informan biasanya berupa pesan-pesan singkat.
Komunikasi melalui SMS, lebih sering dilakukan oleh informan sedangkan ibu informan lebih suka berkomunikasi melalui telpon. Hal ini seperti penuturan
informan yaitu: “tia lebih sering SMS mami, biasanya bilang supaya dikirim uang
kalau akhir bulan, selain itu untuk minta ditelpon sama mami”
Channel
Pada informan 6, media komuikasi yang digunakan adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS. Informan
6 hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibu informan. Walaupun ada dua media yang digunakan oleh
informan dan ibu, namun komunikasi yang dilakukan lebih sering menggunakan telepon. Penggunaan SMS sebagai media hanya pada saat ingin menyampaikan
pesan-pesan singkat. Hal ini seperti penuturan informan yaitu: “melalui telpon, soalnya melalui telepon bisa secara langsung, kalo
melalui SMS takut tia ada bohongnya mengenai posisi lagi dimana, kalo melalui telpon bisa langsung tau tia lagi dimana.”
Noise
Pada informan 6 terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ibu informan meneleponnya ketika
ia berada di kampus, di jalan, di mall, dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya
gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan 5 dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
Universitas Sumatera Utara
berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan, kampus informan, dan seluruh bagian rumah ibu
informan. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi
informan 6 dan ibu, biasanya dimensi waktunya pada siang hari, sore hari atau malam hari ketika masing-masing pihak memiliki waktu luang untuk menelepon.
Ethics
Pada komunikasi antara informan 6 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Walaupun terkadang adanya perbedaan keinginan atau pendapat di
antara informan dan ibu. Informan tetap berusaha menjaga nada bicaranya dan tidak menggunakan kata-kata kasar. Selain itu sekalipun informan merasa sebal
dengan keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tua, namun ia tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik.
Competence
Pada komunikasi informan 6 dan ibu, terdapat dua macam kompetensi yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam
memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi memahami lawan bicara ibu informan lebih memperhatikan kondisi Informan daripada sebaliknya.
Hal itu dapat dilihat dari sikap ibunya yang sering mengalah ketika terjadi perdebatan diantara ibu dan informan. Kompetensi yang kedua yaitu kompetensi
dalam menggunakan media komunikasi, dalam hal ini Informan lebih unggul. Ibu Informan tidak terlalu paham dengan cara menggunakan media komunikasi.
B. Konflik
Pada komunikasi Informan 6 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan perbedaan keinginan antara anak dan orang tua. Pada saat melakukan
komunikasi melalui telepon terdapat beberapa hal yang menjadi pertentangan antara anak dan orang tua. Salah satu masalah yang menimbulkan konflik antara
informan dan ibu adalah karena keinginan informan untuk berlibur keluar kota bersama teman-temannya sedangkan ibunya tidak mengizinkan. Hal ini seperti
penuturan informan yaitu:
Universitas Sumatera Utara
“masalah paling besar karena tia minta izin liburan ke brastagi, padahal jarang-jarang tia liburan gitu tetapi mami gak bolehin karena
menurut mami gak boleh anak perempuan liburan jauh sampai nginap- nginap gitu. Tia mikir nya jarang-jarang liburan jadinya pergi juga
tanpa izin mami. Yaudah, terakhir ketahuan sama mami dan jujur sama mami. Jadinya mami marah dan kecewa, selain itu kepercayaan
mami udah mulai berkurang.” Setelah konflik terjadi antara Informan dan ibu, hal ini berakibat
berkurangnya kepercayaan orang tua informan kepada anaknya. Hal tersebut dikarenakan informan tidak mendengarkan larangan ibunya untuk tidak
berpergian jauh dengan teman-temannya. Pada saat berkomunikasi kembali konflik yang dialami informan 6 dan ibu penyelesaian dilakukan dengan cara
membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Penyelesaian dilakukan oleh informan dengan memberikan penjelasan kepada ibunya alasan informan pergi
tanpa izin orang tuanya. Selain itu informan juga meminta maaf kepada orang tuanya karena sudah tidak mendengarkan kata-kata orang tuanya. Hal ini seperti
penuturan informan yaitu: “kehilangan kepercayaan dari orang tua, udah pernah bohong jadi
kepercayaan udah gak penuh lagi. Untuk nyelesaikannya, Tia kasih penjelasan ke mami alasan tia pergi dan minta maaf juga ke mami”
Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat berkomunikasi dengan ibunya, informan mencoba untuk tidak membicarakan
masalah tersebut. Jika ibu informan membahas masalah itu lagi maka informan berusaha untuk membicarakan hal lain dengan ibunya. Hal ini seperti penuturan
informan: “untuk menghindari konflik itu timbul lagi, gak dibahas lagi masalah
itu. Kalau pun di bahas lagi sama mami tia berusaha untuk mengganti topik supaya gak bahas itu lagi”
Universitas Sumatera Utara
7. Informan 7 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Pada informan 7 dan ibu, peran komunikator lebih sering dilakukan oleh informan daripada ibu. Informan 7 yang menjadi komunikator, yaitu pada saat ia
memiliki keperluan yang harus diminta kepada ibunya. Pada saat informan memiliki kepentingan yang mengharuskannya untuk berkomunikasi dengan
ibunya, maka ia akan menjadi komunikator yang menghubungi ibunya terlebih dahulu dan menanyakan hal yang menjadi kepentingannya tersebut. Sedangkan
ibu informan yang akan menjadi komunikan yang menjawab dan merespon pertanyaan dari informan tersebut. Peneliti melihat bahwa pada komunikasi antara
informan 7 dan ibu, informan lebih banyak menjadi komunikator. Hal ini seperti penuturan informan 7 yaitu:
“lebih sering ima karena kebutuhan, selain itu karena mama juga ada kesibukan lain dan sibuk jaga adek. Terkadang mama nelpon juga tapi
lebih sering ima nelpon kesana”
Encoding-Decoding
Pada informan dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang kecemasan dan rasa ingin tahunya mengenai kondisi informan 7 ke dalam
pertanyaan yang selanjutnya dikirim berupa gelombang suara melalui telepon atau dengan mengetiknya ke dalam SMS. Pada saat itu informan 7 menjadi
komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha untuk mengartikan pesan yang dikirimkan oleh ibu informan dengan mendengarkan apa yang
dikatakan oleh ibunya atau membaca SMS yang dikirimkan oleh ibu informan 7. Begitu pula sebaliknya pada saat informan 5 menjadi komunikator, maka ia akan
melakukan encoding yaitu dengan menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibu informan 7 yang
berperan sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan informan 7 untuk dapat memahami apa yang diinginkan
oleh informan 7.
Universitas Sumatera Utara
Messages
Pada informan 7 dan ibu pesan juga lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada
bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan oleh informan adalah menceritakan masalah
keperluan uang dan kebutuhan lainnya. Selain itu, menanyakan tentang kondisi informan 7 dan kondisi ibu. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“masalah keperluan duit, jarang membicarakan masalah pribadi. Selain itu menanyakan kabar keluarga”
Sedangkan pada saat berkomunikasi melalui SMS pesan yang disampaikan informan 7 biasanya berupa pesan-pesan singkat. Komunikasi jarang
dilakukan melalui SMS, karena informan 5 lebih suka berkomunikasi melalui telpon. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“paling cuma bilang, ma, telpon balik atau pesan-pesan singkat lain”
Channel
Pada informan 7, media komuikasi yang digunakan adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS. Informan
7 hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibu informan. Komunikasi yang dilakukan lebih sering
menggunakan telepon daripada SMS. Penggunaan SMS sebagai media hanya pada saat ingin menyampaikan pesan-pesan singkat. Hal ini seperti penuturan
informan yaitu: “sering melalui telpon, karena lebih gampang. Lagian kalau melalui
SMS pasti jarang liat, mama gak terlalu pandai SMS. Dan kalau melalui SMS nada deringnya gak lama, kalo telpon lama jadi pasti
dengar, biasa ibu rumah tangga jadi sering di dapur”
Noise
Pada informan 7 terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ibu informan meneleponnya ketika
Universitas Sumatera Utara
ia berada di kampus, di jalan, di mall, dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya
gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan 7 dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan dan seluruh bagian rumah ibu informan. Kemudian
dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan waktu terjadinya komunikasi tersebut. Pada komunikasi informan 7 dan ibu, biasanya
dimensi waktunya pada siang hari, sore hari atau malam hari ketika masing- masing pihak memiliki waktu luang untuk menelepon.
Ethics
Pada komunikasi antara informan 7 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Walaupun terkadang adanya perbedaan keinginan atau pendapat di
antara informan dan ibu. Informan tetap berusaha menjaga agar tidak menggunakan kata-kata kasar. Selain itu sekalipun informan merasa sebal dengan
adanya perbedaan pendapat dan keinginan antara ia dan orang tua, tetapi ia tetap memiliki batas yaitu hanya sampai nada bicara yang lebih tinggi tidak sampai
memaki.
Competence
Pada komunikasi informan 7 dan ibu, terdapat dua macam kompetensi yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam
memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi memahami lawan bicara ibu informan lebih memperhatikan kondisi Informan daripada sebaliknya.
Hal itu dapat dilihat dari sikap ibunya yang sering mengalah ketika terjadi konflik diantara ibu dan informan. Kompetensi yang kedua yaitu kompetensi dalam
menggunakan media komunikasi, dalam hal ini Informan lebih unggul. Ibu Informan tidak terlalu paham dengan cara menggunakan media komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
B. Konflik
Pada komunikasi Informan 7 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan perbedaan pendapat antara anak dan ibu. Pada saat melakukan
komunikasi melalui telepon banyak hal yang menjadi pertentangan antara informan dan ibunya. Konflik sering terjadi karena adanya perbedaan dari pola
pikir ketika membahas mengenai suatu hal. Bahkan konflik dapat terjadi ketika membahas hal-hal kecil. Selain itu konflik juga terjadi karena sifat ibu informan
yang mudah marah ketika ada hal yang tidak disukainya dilakukan oleh informan. Salah satunya ketika informan menggunakan handphone ibunya untuk
menghubungi temannya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu: “beda pendapat karena pola pikir kami beda, cara ima pikir tentang
hidup dan mama beda. Sekecil apapun hal yang dibahas sama mama pasti nanti ujung-ujungnya beda pendapat. Pernah gara-gara masalah
handphone ima diem-dieman sama mama. Ima pake handphone mama buat SMS dan telpon teman jadi pulsanya habis, jadinya mama marah.
Mungkin karena ada kata-kata mama yang terasa gak enak di hati ima, dari situ ima mulai banyak diam karena kepikiran kata-kata mama.”
Setelah konflik terjadi antara Informan dan ibu, hal ini berakibat tidak adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa waktu. Pada konflik
yang dialami informan 7 dan ibu penyelesaian lebih sering dilakukan oleh ibu informan, pada saat pertengkaran akibat perbedaan pendapat atau konflik lainnya
terjadi maka ibu informan lebih memilih untuk mengalah dan berbicara baik-baik dengan anaknya. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“jarang ima coba nyelesaikan masalah. Ima kalau udah ada masalah yang menurut ima kecil walaupun menurut mama itu masalah besar
ima diam aja. Ima mulai diam dan gak ada menghubungi mama. Biasanya nanti mama yang menghubungi duluan, mama yang lebih
sering mengalah.” Selain itu, untuk menghindari konflik terjadi lagi pada saat
berkomunikasi dengan ibunya, informan mencoba untuk tidak membicarakan masalah tersebut. Hal ini seperti penuturan informan:
Universitas Sumatera Utara
“cara menghindari konflik dengan awal komunikasi menanyakan kabar mama dan memotong pembicaraan dari mama yang ima ga
suka, ima ganti topik terus, biar gak bahas itu lagi”.
8. Informan 8 A. Elemen Komunikasi Antarpribadi Bermedia
Source-Receiver
Pada informan 8 dan orang tua, peran komunikator lebih banyak dijalankan oleh ibu informan. Ketika ingin mengetahui kondisi anak, maka ibu
akan menelepon anak dan berusaha untuk menanyakan kondisi anak dan kegiatan anak yang ingin diketahuinya tersebut sedangkan anak sebagai komunikan akan
menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh ibu. Komunikasi pada informan 8 biasanya diawali terlebih dahulu oleh ibu, informan 8 lebih sering
menjadi komunikator pada saat melakukan komunikasi melalui SMS. Hal ini seperti penuturan informan 8 yaitu:
“biasanya orang tua yang nelpon duluan untuk nanya kabar, biasanya itu tiap hari nanya lagi ngapain. Sering telpon walaupun hanya 5 menit
pokoknya setiap hari ada”
Encoding-Decoding
Pada informan 8 dan ibu, keduanya juga melakukan encoding dan decoding secara bergantian sesuai dengan peran mereka. Pada saat ibu informan
menjadi komunikator, maka ia akan melakukan encoding yaitu menuang rasa ingin tahunya mengenai kondisi dan kegiatan informan 8 ke dalam pertanyaan
yang selanjutnya dikirim berupa gelombang suara melalui telepon. Pada saat itu informan menjadi komunikan, maka ia melakukan decoding dengan berusaha
untuk mengartikan pesan dengan mendengarkan apa yang dikatakan oleh ibunya. Begitu pula sebaliknya saat informan menjadi komunikator, maka ia akan
melakukan encoding yaitu menyampaikan pesan yang ingin ditanyakan kepada ibunya melalui telepon atau SMS. Maka pada saat itu ibu informan yang berperan
sebagai komunikan akan melakukan decoding yaitu mendengarkan pesan yang disampaikan informan untuk memahami hal yang diinginkan oleh informan.
Universitas Sumatera Utara
Messages
Pada informan 8 dan ibu pesan juga lebih banyak berupa pesan verbal yaitu berupa tulisan dan kata-kata. Untuk pesan nonverbal hanya berupa nada
bicara pada saat berkomunikasi melalui telepon. Pada saat berkomunikasi melalui telepon pesan yang disampaikan oleh informan adalah menceritakan tentang
kegiatan perkuliahannya, aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dan keperluan uang. Selain itu, menanyakan tentang kondisi informan dan kondisi ibu. Hal ini
seperti penuturan informan yaitu: “biasanya bicara tentang kuliah, menanyakan aktivitas yang dilakukan
dan masalah keuangan. Selain itu menanyakan kabar keluarga.” Komunikasi melalui SMS lebih sering dilakukan oleh informan.
Biasanya pesan yang disampaikan informan 8 berupa pesan-pesan singkat. Komunikasi jarang dilakukan melalui SMS, karena informan 8 lebih sering di
telpon oleh ibunya. Walaupun informan melakukan komunikasi melalui SMS, ibunya tidak membalasnya melalui SMS tetapi langsung menelepon informan. Hal
ini seperti penuturan informan yaitu: “Kalau aku sms duluan, paling nanya mama lagi ngapain. Biasanya
mama gak balas SMS, langsung menelpon”
Channel
Pada informan 8, media komuikasi yang digunakan adalah alat elektronik yaitu handphone yang digunakan untuk menelepon dan mengirim SMS. Informan
8 hanya menggunakan media tersebut karena hanya media tersebut yang dapat digunakan oleh ibu informan. Komunikasi yang dilakukan lebih sering
menggunakan telepon. Penggunaan SMS sebagai media hanya pada saat ingin menyampaikan pesan-pesan singkat. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“biasanya kalau dari orang tuaku telpon daripada SMS, karena kan banyak gratisan nelpon karena beli paket nelpon. Kalo dari aku
biasanya SMS, karena gak ada paketan. Jadinya nanti orang tua yang nelpon balik”
Universitas Sumatera Utara
Noise
Pada informan 8 terdapat gangguan yang berupa gangguan fisik, yaitu gangguan yang berada diluar diri informan dan ibu. Contoh gangguan fisik
tersebut adalah suasana ramai yang mengakibatkan suara tidak dapat terdengar jelas. Hal itu pernah terjadi pada informan saat ibu informan meneleponnya ketika
ia berada di kampus, di jalan, di mall, dan di tempat keramaian lainnya. Selain itu juga terdapat gangguan pada media komunikasi yang digunakan, misalnya
gangguan sinyal, baterai handphone yang lemah dan lain sebagainya.
Context
Ada dua macam konteks yang dapat dilihat pada komunikasi informan 8 dan orang tua. Yang pertama adalah dimensi fisik yaitu tempat komunikasi
berlangsung. Pada komunikasi informan dan ibu yang menjadi dimensi fisiknya adalah kamar kos informan, kampus informan, mall tempat informan berjalan-
jalan, dan seluruh bagian rumah ibu informan. Kemudian dimensi yang kedua adalah dimensi waktu, yaitu berhubungan dengan waktu terjadinya komunikasi
tersebut. Pada komunikasi informan 8 dan ibu, biasanya dimensi waktunya pada siang hari, sore hari atau malam hari ketika masing-masing pihak memiliki waktu
luang untuk menelepon.
Ethics
Pada komunikasi antara informan 8 dan ibu, peneliti melihat adanya etika yang baik. Walaupun terkadang adanya perbedaan keinginan atau pendapat di
antara informan dan ibu. Informan tetap berusaha menjaga nada bicaranya dan tidak menggunakan kata-kata kasar. Selain itu sekalipun informan merasa sebal
dengan keinginannya tidak dipenuhi oleh orang tua, namun ia tetap berusaha menjaga nada bicara dan menutup komunikasi dengan baik.
Competence
Pada komunikasi informan 8 dan ibu, terdapat dua macam kompetensi yaitu kompetensi dalam memahami kondisi lawan bicara dan kompetensi dalam
memahami penggunaan media komunikasi. Untuk kompetensi memahami lawan bicara ibu informan lebih memperhatikan kondisi Informan daripada sebaliknya.
Hal itu dapat dilihat dari sikap ibunya yang sering mengalah ketika terjadi
Universitas Sumatera Utara
perdebatan diantara ibu dan informan. Kompetensi yang kedua yaitu kompetensi dalam menggunakan media komunikasi, dalam hal ini Informan lebih unggul. Ibu
Informan tidak terlalu paham dengan cara menggunakan media komunikasi.
B. Konflik
Pada komunikasi Informan 8 dan orang tua konflik yang terjadi disebabkan perbedaan pendapat. Pada saat melakukan komunikasi melalui telepon
terdapat beberapa hal yang menjadi pertentangan antara anak dan orang tua. Konflik dapat timbul ketika informan menceritakan adanya masalah antara
informan dengan adik kandungnya yang juga tinggal di Medan. Ibu informan yang tidak suka mendengar adanya pertengkaran di antara anak-anaknya
memarahi informan selaku anak yang lebih tua. Tetapi informan tidak dapat menerima hal itu, dan membela diri dan menyalahkan adiknya. Hal tersebut dpat
menimbulkan perdebatan antara informan dan ibu. Hal ini seperti penuturan informan yaitu:
“biasanya ibu marah itu karena aku ngadu lagi berantem sama adek, jadinya aku dimarahin dan agak berdebat sama ibu. Karena menurutku
aku benar, dan adek yang salah. Akibat konflik itu jadi pernah berdiam diri sama orang tua sehari atau dua hari. Waktu di telpon lagi,
ditanyakan hubungan sama adik sudah baik atau belum, aku lebih mengalah, aku minta maaf sama orang tua, dan bilang gak berantem
lagi sama adek.” Setelah konflik terjadi antara Informan dan ibu, hal ini berakibat tidak
adanya komunikasi antara Informan dan ibu sampai beberapa waktu. Pada konflik yang dialami informan 8 dan ibu penyelesaian dilakukan dengan cara
membicarakan masalah tersebut dengan baik-baik. Selain itu informan lebih mengalah dan meminta maaf kepada orang tua. Selain itu, untuk menghindari
konflik terjadi lagi pada saat berkomunikasi dengan ibunya, informan mencoba untuk tidak memceritakan lagi jika ada masalah dengan adiknya. Informan lebih
berusaha untuk menyelesaikan sendiri masalah tersebut. Hal ini seperti penuturan informan:
Universitas Sumatera Utara
“cara menghindari konflik, gak terlalu mengadu ke orang tua lagi kalau berantem sama adek, supaya gak ada konflik sama orang tua
gara-gara berantem sama adek. Kalau ada masalah pinter-pinter menyelesaikan sendiri. Selain itu cerita tentang yang lain.”
4.2 Pembahasan