Industri Palet Kontinuitas Bahan Baku

Secara umum kegiatan industri mebel ini adalah merubah bahan baku papan sortimen kayu, menjadi produk-produk mebel, dimulai dengan pembuatan pola produk, pengukiran produk dan perakitan produk. Setelah produk selesai dirakit dilakukan finishing berupa dempul, amplas, pernis, plitur dan pemasangan asesoris mebel seperti engsel, kaca dan kunci hingga menjadi produk mebel yang utuh. Jika dilihat dari proses pembentukanya, industri ini lebih rumit dibandingkan dengan industri penggergajian.

c. Industri Jasa Penggergajian

Industri jasa penggergajian merupakan industri yang melakukan penyewaan alat penggergajian. Jika mengacu pada definisi industri, jasa penggergajian ini juga melakukan kegiatan industri, karena mereka melakukan konversi kayu dari log menjadi kayu gergajian yang siap pakai, hanya saja mereka tidak melakukan transaksi pembelian bahan baku dan penjualan bahan baku. Mereka hanya melakukan peminjamanpemberian jasa penggergajian berupa alat dan tenaga kerja penggergaji, sementara bahan baku disediakan oleh konsumen. Industri ini hanya terdapat satu buah, di masing-masing kecamatan. Jasa penggergajian ini lebih diperuntukan bagi masyarakat sekitar, biasanya masyarakat yang memiliki potensi kayu rakyat, untuk memenuhi kebutuhan akan kayu gergajian, masyarakat lebih memilih jasa ini, daripada harus membeli kayu gergajian yang telah jadi, hal ini dikarenakan, biaya yang dikeluarkan akan sangat mahal. Keuntungan memiliki jasa penggergajian yaitu tidak terlalu membutuhkan modal yang besar dan resiko kerugian yang ditanggung akan kecil meskipun laba yang diperoleh tidak seberapakecil.

d. Industri Palet

Palet merupakan susunan dari papan-papan bahan baku palet, yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan sebagai tempat penyimpanan dan pengangkutan barang seperti peti buah, peti telur, dudukan keramik dan dudukan batu bata. Industri palet merupakan usaha yang melakukan pengolahan dari bahan baku palet menjai palet yang siap pakai. Industri palet yang ditemui dilapangan sebanyak dua buah yaitu di Kecamatan Tanggeung dan di Kecamatan Pagelaran. Industri palet di Kecamatan Tanggeung berada di wilayah Desa Tanggeung, sedangkan untuk industri palet yang di Kecamatan Pagelaran terdapat di wilayah Desa Pagelaran. Sebetulnya Industri palet yang berada di daerah Pagelaran ini, tepat berada di perbatasan antara Kecamatan Tanggeung dan Pagelaran. Industri palet ini sendiri jarang ditemukan di lokasi penelitian mengingat, industri yang ada banyak bergerak dibidang pembuatan bahan baku palet. Bahan baku palet yang dihasilkan lansung dipasarkan ke wilayah yang berada di luar kabupaten, kota dan provinsi. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produknya, industri palet yang berada diwilayah penelitian, menggunakan bahan baku palet apkiran tidak lulus pasarreject. Alasan lain mengapa industri palet sedikit adalah karena pasar lebih menginginkan, membeli bahan baku dan mengolahnya sendiri, dibandingkan dengan membeli barang jadi.

e. Industri Kusen

Industri kusen merupakan industri yang bergerak dibidang bahan baku kayu bangunan. Industri kusen yang diperoleh terdiri dari dua industri dan kedua industri tersebut berada di wilayah Kecamatan Tangeung tepatnya di Desa Sirna Jaya dan Desa Bojongpetir. Dalam menjalankan kegiatannya industri kusen sangat bergantung kepada industri penggergajian. Industri kusen ini hampir mirip dengan industri mebel dan merupakan konsumen dari industri penggergajian, hanya saja industri kusen ini lebih bergerak pada bidang perkakas bangunan. Pada lima jenis industri tersebut industri penggergajian umumnya mempunyai jumlah produksi yang relatife lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah produksi industri kayu rakyat lainnya, hal ini dikarenakan industri penggergajian memiliki kecepatan produksi yang yang lebih besar. Jenis-jenis industri kayu rakyat pada Tabel 4, memiliki bentuk usaha yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya. Hal ini bergantung kepada motif masing-masing pengusaha dalam melakukan kegiatan usahanya. Pada lokasi penelitian terdapat tiga bentuk industri kayu rakyat yang ditemukan, yaitu Perseorangan, Perseroaan Terbatas PT dan Persekutuan Komanditer CV. Jumlah bentuk industri tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. Gambar 1 Bentuk industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung. Berdasarkan Gambar 1, dari kedelapan belas industri yang ditemukan, dua industri berbentuk perseroan terbatas PT, dua industri berbentuk persekutuan komanditer CV dan empat belas industri berbentuk perseorangan. Untuk Kecamatan Cibinong dari enam industri yang ditemukan, satu industri berbentuk perseroan terbatas PT dan sisanya lima industri berbentuk perseorangan. Sementara untuk di Kecamatan Tanggeung, dari dua belas industri yang ditemukan, dua diantaranya berbentuk persekutuan komanditer CV, satu berbentuk perseroan terbatas PT dan sembilan berbentuk perseorangan. Bentuk industri yang paling banyak terdapat di kedua lokasi penelitian adalah perseorangan. Hal ini dapat dimengerti mengingat industri perseorangan merupakan badan usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh satu orang. Pembutannya pun tergolong gampang, individu dapat membuat badan usaha perseorangan tanpa izin dan tata cara tententu. Semua orang bebas membuat bisnis personal tanpa adanya batasan untuk mendirikannya. Memang pada umumnya industri yang berada di kedua lokasi ini bermodal kecil, memiliki keterbatasan jenis serta jumlah produksi, memiliki tenaga kerjaburuh yang sedikit dan penggunaan alat produksi berteknologi sederhana. Selain karena alasan diatas, para pengusaha industri kayu rakyat di lokasi penelitian lebih memilih bentuk industri perseorangan karena, bentuk industri ini banyak memberikan keuntungan kepada para pengusaha, mereka bebas mengatur segala sesuatunya sesuai dengan kehendak sendiri. Industri perseorangan yang ditemukan di lokasi penelitian memiliki ciri-ciri sebagai berikut: relatif mudah didirikan dan juga dibubarkan, tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi, tidak ada pajak, yang ada adalah pungutan dan retribusi berupa biaya pembuatan usaha, seluruh keuntungan dinikmati sendiri, sulit mengatur roda perusahaan karena diatur sendiri, keuntungan yang kecil yang terkadang harus mengorbankan penghasilan yang lebih besar, jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup, sewaktu-waktu dapat dipindah tangankan diwariskan. Persekutuan komanditer CV, bentuk usaha yang sedikit diminati oleh para pengusaha, karena dibutuhkan modal yang besar. Persekutuan komanditer merupakan suatu bentuk badan usaha bisnis yang didirikan dan dimiliki oleh dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dengan tingkat keterlibatan yang berbeda-beda diantara anggotanya. Satu pihak dalam CV mengelola usaha secara aktif, yang melibatkan harta pribadi dan pihak lainnya hanya menyertakan modal saja tanpa harus melibatkan harta pribadi. Yang aktif mengurus perusahaan CV disebut sekutu aktif, dan yang hanya menyetor modal disebut sekutu pasif. Ciri dan sifat perusahaan berbentuk CV, yang ditemukan dilapangan adalah sulit untuk menarik modal yang telah disetor, modal besar karena didirikan banyak pihak, mudah mendapatkan kredit pinjaman, ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif tinggal menunggu keuntungan, relatif mudah untuk didirikan. Berbeda dengan perseroan terbatas. Perseroan terbatas, merupakan organisasi bisnis yang memiliki badan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada didalamnya. Di dalam PT pemilik modal tidak harus memimpin perusahaan, karena dapat menunjuk orang lain di luar pemilik modal untuk menjadi pimpinan. Untuk mendirikan PT dibutuhkan sejumlah modal minimal dalam jumlah tertentu dan berbagai persyaratan lainnya. Modal PT terdiri dari beberapa saham. Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, maka perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan. Setiap orang dapat memiliki lebih dari satu saham yang menjadi bukti pemilikan perusahaan. Pemilik saham mempunyai tanggung jawab yang terbatas yaitu sebanyak saham yang dimiliki. Apabila utang perusahaan melebihi kekayaan perusahaan, maka kelebihan utang tersebut tidak menjadi tanggung jawab para pemegang saham. Apabila perusahaan mendapat keuntungan maka keuntungan tersebut dibagikan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemilik saham akan memperoleh bagian keuntungan yang disebut dividen yang besarnya tergantung pada besar-kecilnya keuntungan yang diperoleh perseroan terbatas. Selain berasal dari saham, modal PT dapat pula berasal dari obligasi. Keuntungan yang diperoleh para pemilik obligasi adalah mereka mendapatkan bunga tetap tanpa menghiraukan untung atau ruginya perusahaan tersebut. Sedikitnya bentuk industri ini mengingat, pembentukannya membutuhkan birokrasi yang panjang dan para pengusaha berasumsi bahwa, semakin panjang birokrasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Industri yang berbentuk ini adalah industri yang memiliki modal besar dengan skala usaha yang besar. Perbedaan mendasar dari ketiga bentuk tersebut adalah dari kepemilikan usaha, modal yang dimiliki dan proses perizinannya. Dengan demikian jika dikaji berdasarkan jenis dan bentuknya, maka industri kayu rakyat yang terdapat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung umumnya adalah jenis industri penggergajian yang memiliki bentuk usaha perseorangan.

5.1.2 Modal Dan Sumber Modal

Modal dapat dikatakan sebagai korbanan sumberdaya ekonomi untuk melaksanakan suatu kegiatan usaha, yang diharapkan akan dapat mendatangkan manfaat dan keuntungan Nugroho 2008. Modal tersebut dapat berupa benda- benda modal dan uang. Benda–benda modal adalah semua alat-alat produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi sebagai contoh: bangunan, mesin, dan alat angkut. Modal berbentuk uang adalah uang yang dimiliki seseorang atau sebuah badan usaha, guna kelestarian produksi. Pada sub bab ini yang akan dibahas adalah modal dalam bentuk uang. Untuk mendirikan suatu industri kayu rakyat dibutuhkan modal seperti yang terdapat pada Tabel 5. Tabel 5 Modal rata-rata industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No Jenis Industri Jumlah Modal Awal Industri Rata-rata Rp 1 Penggergajian 9 67,000,000 2 Mebel 4 60,000,000 3 Kusen 2 15,000,000 4 Palet 1 20,000,000 5 Jasa Penggergajian 2 25,000,000 Modal merupakan pengahalang utama industri kayu rakyat untuk mengembangkan usahanya. Modal yang dimiliki dapat menentukan besar kecilnya jenis industri kayu rakyat yang diusahakan. Keterbatasan modal dapat berakibat pada tersendatnya proses produksi dan keberlangsungan usaha, mengingat mahalnya harga bahan baku yag harus dibeli. Berdasarkan hasil penelitian untuk membangun sebuah industri kayu rakyat di lokasi penelitian dibutuhkan modal awal kurang lebih sebagai berikut: industri penggergajian Rp.67.000.000; industri meubel Rp.60.000.000; industri kusen Rp.15.000.000; industri palet Rp.20.000.000 dan jasa penggergajian Rp.25.000.000. Dalam industri penggergajian besarnya modal tersebut adalah untuk pembelian band saw, bahan baku, pendirian bangunan untuk lokasi penggergajian dan izin usaha, begitupun dengan industri lain, besarnya modal tersebut dipergunakan untuk membeli peralatan dan perlengkapan industri. Jika dikaji berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, pasal 6 tentang industri mikro, kecil dan menengah, maka kelima jenis industri yang terdapat di lokasi penelitian tidak memenuhi kriteria syarat industri sebagaimana mestinya. Menurut undang-undang tersebut industri kecil merupakan industri yang sedikitnya memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.50.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, sementara kekayaanmodal yang dimiliki industri tersebut diatas, sudah termasuk dengan tanah dan bangunan tempat usaha. Besarnya modal yang dipergunakan dalam industri tersebut, dapat berasal dari modal pribadi, pinjaman melalui bank ataupun non-bank. Sumber modal yang digunakan oleh para pengusaha di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung dapat dilihat pada Gambar 2 berikut. Gambar 2 Sumber perolehan modal industri kayu rakyat. Terdapat dua sumber yang digunakan oleh para pengusaha untuk memperoleh modal yaitu modal berasal dari milik pribadi dan pinjaman. Modal milik pribadi adalah modal yang berasal dari kekayaanmilik pengusaha itu sendiri. Pengusaha industri kayu rakyat, dalam melakukan usahanya lebih senang menggunakan modal pribadi, hal ini dapat dilihat pada gambar, industri yang menggunakan modal pribadi lebih banyak, yaitu 16 industri. Kelebihan dari modal yang bersumber dari uang pribadi adalah tidak adanya beban yang harus ditanggung oleh pengusaha untuk membayar utang dan keutungan yang diperoleh hanya untuk dirinya sendiri. Kekurangan dari menggunakan modal pribadi adalah kurang menguntungkan bagi perkembangan produksi, karena keuntungan yang diperoleh akan sama dengan modal yang ditentukan dan bahkan kurang, sehingga jika ada perubahan-perubahan pasar maka industri ini tidak akan dapat mengembangkan diri. Hal ini diakibatkan oleh ketidak pahaman pengusaha akan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam sistem pinjam meminjam. Industri yang mendapatkan pinjaman modal melalui bank dan non-bank terdiri dari tiga industri. Dua industri mendapatkan pinjaman modal berasal dari non-bank dan satu industri dari bank. Pinjaman non-bank dalam hal ini adalah pinjaman yang berasal dari badan yang tidak berbadan hukum, seperti tetanggakeluarga dekat, pihak pemesan dan bank keliling. Dari kedelapan belas industri hanya satu industri yang menggunakan fasilitas bank untuk mendapatkan pinjaman modal, industri yang memanfaatkan fasilitas kredit dari bank ini adalah industri yang pemiliknya telah mengetahui tentang kegunaan dan syarat-syarat yang diperlukan dalam proses kredit. Perusahaan yang memanfaatkan fasilitas ini selain karena tingkat pengetahuannya, biasanya adalah perusahaan yang telah memiliki skala usaha besar, mampu menghasilkan produk secara kontinu dan memiliki manajemen perusahaan yang rapih. Motif para pengusaha untuk melakukan pinjaman dikarenakan terjadinya peningkatan permintaan pasar dan keterbatasan modal. Modal industri kayu rakyat saat ini masih bersumber dari milik pribadi, hal ini sangat memprihatinkan, ditengah marakya bantuan pemodalan baik dari pemerintah, maupun swasta bagi pengusaha kecil di Indonesia, akan tetapi untuk industri kayu rakyat, masih belum dapat memanfaatkan hal ini, selain dari kurangnya informasi juga karena industri yang berbentuk perorangan yang belum berbadan hukum dan tidak memiliki jaminan yang cukup sehingga tidak dapat memenuhi persyaratan kredit bank.

5.1.3 Ketenagakerjaan dan Sistem Upah

Tenaga kerja merupakan sumberdaya manusia yang sangat penting bagi kelangsungan industri kayu rakyat. Tenaga kerja yang dipakai oleh setiap industri kayu rakyat di lokasi penelitian berasal dari daerah sekitar dan hampir seluruhnya masih ada keterikatan keluarga. Oleh karena itu dengan adanya industri kayu rakyat ini dapat membantu penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk, terutama yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Karena pada umumnya jenis pekerjaan di industri kayu rakyat tidak memerlukan spesialis pendidikan, hanya saja diperlukan motivasi dan keterampilan yang diperoleh saat bekerja. Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam industri ini tidak banyak, karena memang industri yang dikembangkan adalah industri berskala kecil, yang masih dapat dikatakan sebagai industri rumah tangga. Jumlah tenaga kerja yang terdapat di lokasi penelitian, tersebut sangat beragam, ini sangat tergantung pada besar-kecil skala usaha yang dijalankan. Jumlah tenaga kerja untuk masing-masing industri dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6 Jumlah tenaga kerja industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No Kecamatan Nama Industri Tetap Harian 1 Cibinong Apih Sadili 3 2 2 Sawargi 3 2 3 Sumber Karya Abadi 6 4 Tunggal Maju 5 5 Ukim 4 6 Sinar Mulya 2 7 Tanggeung Mahoni Jaya Abadi 35 8 H. Faridnudin 6 9 Tiga Berlian 20 7 10 Saprudin 3 11 Surya Mebeul 7 15 12 Cipta Karya Mandiri 50 13 Sukawangi 50 200 14 Mumus 2 15 Karya Palet 7 16 Ikbal Jaya 3 17 Sumpena 2 18 Hamid 3 Pada lokasi penelitian tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja tetap adalah tenaga kerja yang bekerja tanpa batas waktu tidak dikontrak dan dapat bekerja selama perusahaan berproduksi. Tenaga kerja harian adalah tenaga kerja yang mendapatkan upah berdasarkan banyaknya hari kerja. Jika dilihat dari banyaknya jumlah tenaga kerja, industri di lokasi penelitian berdasarkan Badan Pusat Statistika dalam Dewi 2008, dapat dikelompokan kedalam dua jenis industri yaitu industri kecil dan industri menengah. Dikatakan industri kecil karena memiliki rata-rata jumlah tenaga kerja tetap 3-19 orang, hampir seluruh industri yang ditemukan adalah industri kecil yaitu 14 industri. Sedangkan untuk industri menengah, memiliki tenaga kerja tetap 20-100 orang, di lokasi penelitian industri ini ditemukan sebanyak 4 buah. Banyak tidaknya tenaga kerja yang digunakan dalam suatu usaha bergantung kepada skala usaha yang dilakukan. Semakin besar skala usaha maka semakin besar produksi yang dilakukan dan membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak. Untuk setiap jenis industri pekerja-pekerja ini, memiliki tugas yang berbeda-beda. Pada industri penggergajian dan jasa penggergajian berskala kecil, jumlah tenaga kerja yang digunakan adalah 3 orang, yaitu operator, helper dan kavling. Pada industri mebel tenaga kerja yang ada digunakan untuk pembuatan pola desain mebel, penyerut kayu, tukang amplas, finishing dan pembentuk model. Pada industri kusen tidak ada spesifikasi khusus, jumlah pekerja yang ada melakukan kegiatan yang sama yaitu membuat kusen, begitupun dengan industri palet. Pekerja harian disini merupakan pekerja harian lepas. Pekerja ini biasanya digunakan secara situasional khususnya harian lepas, dan umumnya para pekerja harian ini bekerja sebagai kuli panggul, kuli tebang, kuli muat bongkar, pembersih serbuk gergaji. Setiap pekerja akan mendapatkan upah gaji, sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah mereka lakukan. Sistem upah yang ditentukan tergantung kepada kebijkan perusahaan yang bersangkutan. Sistem upah yang digunakan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7 berikut : Tabel 7 Sistem upah industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No Nama Industri Sistem Upah Keterangan A B C D E F 1 Apih Sadili x Kecamatan 2 Sawargi x Cibinong 3 Sumber Karya Abadi x 4 Tunggal Maju x 5 Ukim x 6 Sinar Mulya x 7 Mahoni Jaya Abadi x Kecamatan 8 H. Faridnudin x Tanggeung 9 Tiga Berlian x 10 Saprudin x 11 Surya Mebeul x 12 Cipta Karya Mandiri x 13 Sukawangi x 14 Mumus x 15 Karya Palet x 16 Ikbal Jaya x 17 Sumpena x 18 Hamid x Ket : A : Tidak Dibayar B : Harian C : Borongan D : Tidak Dibayar + Harian E : Tidak Dibayar + Borongan F : Borongan + Harian Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa, sistem upah yang digunakan pada industri kayu rakyat adalah upah harian dan borongan.Upah harian adalah pembayaran upah didasarkan pada jumlah hari kerja dan upah yang diterima dalam bentuk paket artinya upah antara gaji pokok dan tunjangan tidak dapat dipisahkan. Pada industri penggergajian, upah ini diberlakukan untuk para pekerja kavling. Sedangkan upah borongan adalah upah kerja yang didasarkan pada hasil kerja dan dihitung berdasarkan persatuan hasil. Upah ini diperuntukan pada operator dan helper. Upah harian dan borongan ini juga digunakan pada industri kusen. Pada industri mebel sistem upah yang digunakan adalah sistem borongan, upah dibayar berdasarkan banyaknya barang yang dibuat oleh pekerja yaitu berdasarkan banyaknya set barang yang dibuat. Industri kayu rakyat di lokasi penelitian merupakan industri kayu berskala kecil tenga kerja 3-19 orang, industri ini mulai memiliki penugasan kerja dalam melakukan kegiatan pengusahaannya. Perekrutan tenaga kerja pun masih didasarkan pada hubungan kekeluargaan. Pekerja yang digunakan adalah pekerja tetap dengan upah yang diterapkan untuk setiap pekerja adalah borongan.

5.1.4 Kondisi dan Lokasi Tempat Usaha

Dalam membangun suatu industri, pemilihan tempat dan lokasi industri akan sangat penting, untuk keberlangsungan industri. Kondisi tempat kerja yang baik akan menambah semangat kerja para pekerja sedangkan lokasi tempat usaha, akan memberikan kemudahan dalam proses pengangkutan. Kondisi dan situasi tempat kerja dapat dilihat pada Gambar 3 berikut. Gambar 3 Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat. Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat ini dapat dilihat salah satunya adalah dari kedekatan letak industri kayu rakyat dengan tempat tinggal pemilik. Dilihat dari hal tersebut maka kondisi tempat usaha dapat digolongkan menjadi tiga yaitu letak industri menyatu dengan tempat tinggal, terpisah tetapi dekat dengan tempat tinggal dan khusus, dalam artian jauh dari tempat tinggal dan diperlukan kendaraan untuk menuju ke tempat industri tersebut. Berdasarkan Gambar 3, dari 18 industri yang ditemui 50 lokasi industri dibangun secara khusus, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmawan 1993 industri kayu rakyat seluruhnya dibangun menyatu dengan tempat tinggal sehingga dengan demikian industri kayu rakyat ini sedikit demi sedikit telah mengalami pergeseran konsep, yang awalnya industri kayu rakyat indentik dengan industri kecil rumah tangga, yang keberadaan lokasinya selalu dekat dengan rumah, tetapi saat ini mulai mengalami perkembangan, para pengusaha sudah mulai berfikir untuk melakukan usaha, secara terkonsentrasi tanpa melibatkan unsur kedekatan rumah tangga. Kendati demikian masih ada industri-industri yang dibangun secara tidak terkonsentrasi yaitu letak industri masih menyatu dan dekat dengan rumah, hal ini dikarenakan alasan mahalnya sewa tanah dan memanfaatkan potensi yang ada. Lokasi tempat usaha yang dibangun haruslah memudahkan pengangkutan bahan baku maupun pemasaran produknya. Untuk industri kayu rakyat yang kondisi tempat usahanya dibuat secara khusus, lokasi tempat usaha rata-rata berada di tepi jalan degan kodisi jalan angkut yang baik dalam artian tidak menyulitkan pengangkutan, akses keluar masuk kayu gampang dan bisa cepat. Untuk industri yang kondisi tempatnya dekat dengan rumah dan menyatu dengan rumah, biasanya industri ini sedikit sulit untuk melakukan akses pegangkutan, karena lokasi industri berada di dalam perkampungan yang kondisi jalan angkut tidak memadai, hal ini akan mempengaruhi besarnya biaya pengangkutan dan muat bongkar. Sehingga untuk menyiasati hal tersebut, sebagian pengusaha akan menaikan harga produk.

5.1.5 Kontinuitas Industri

Kontinuitas industrikeberlangsungan suatu industri, sangat bergantung kepada kepiawaian pengusaha dalam memanajemen usahanya. Kontinuitas industri dapat dilihat dari kemampuan industri dalam mempertahankan kontinuitas bahan baku dan kontinuitas produksi. Kontinuitas bahan baku menunjukan ketersediaan bahan baku. Kontinuitas bahan baku dapat dikatakan baik jika bahan baku yang diperlukan tersedia dan mudah diperoleh. Kontinuitas bahan baku perlu diperhatikan karena bahan baku merupakan faktor terpenting dalam proses produksi. Dengan tidak adanya bahan baku maka setiap perusahaan tidak dapat menjalankan usahanya. Kontinuitas bahan baku dapat ditinjau dari pengadaan bahan baku. Pengadaan bahan baku sangat bergatung kepada volume produksi, jenis bahan baku serta lokasi pembelian. Kontinuitas produksi adalah kemampuan suatu industri dalam menghasilkan suatu produk pada waktu tertentu. Kontinuitas produksi dikatakan baik jika suatu perusahaan mampu menghasilkan produkmemenuhi permintaan pasar secara berkesinambungan setiap waktu produksi. Kontinuitas produksi dipengaruhi kontinuitas bahan baku, proses produksi, waktu produksi dan produk yang dihasilkan. Kontinuitas bahan baku dan produksi merupakan faktor terpenting dalam keberlangsungan suatu industri kayu rakyat, mengingat bahan baku yang digunakan adalah kayu, yaitu bahan baku yang keberadaanya tahunan dalam waktu lama. Diperlukan manajemen yang tepat dalam pengelolaannya sehingga perusahaan dapat berjalan secara lestari.

a. Kontinuitas Bahan Baku

1 Jenis dan Bentuk Bahan Baku Jenis bahan baku dan bentuk bahan baku yang digunakan pada industri kayu rakyat, secara singkat dapat dilihat pada Tabel 8 berikut. Tabel 8 Jenis bahan baku yang digunakan oleh industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No Nama Jenis Nama Latin Jumlah Industri Persentase 1 Albasia Paraserianthes falcataria 16 42.11 2 Manii Maeosopsis eminii 12 31.58 3 Mahoni Swetinia macrophylla 10 26.32 Jumlah 38 100 Tabel 9 Bentuk bahan baku yang digunakan oleh industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No Bentuk Jumlah Persentase 1 Log 11 61.11 2 Timpleng Persegian 0.00 3 Papan 6 33.33 4 Bahan baku Palet 1 5.56 Jumlah 18 100 Industri yang diteliti merupakan industri kayu rakyat, mengapa demikian karena bahan baku utama yang digunakan adalah kayu yang berasal dari lahan masyarakatrakyat. Terdapat tiga jenis bahan baku utama yang digunakan dalam industri kayu rakyat di wilayah penelitian, yaitu jenis albasia, manii dan mahoni. Jenis–jenis bahan baku ini sangat ditentukan oleh pesanan. Albasia Paraserianthes falcataria atau sengon, di Jawa Barat dikenal dengan sebutan kayu jengjen, merupakan bahan baku dominan yang dipakai dalam industri kayu rakyat. Albasia banyak ditanam oleh masyarakat, karena kayu sengon memiliki karakteristik cepat tumbuh jika dibandingkan dengan pohon lainya, dalam jangka waktu umur lima tahun pohon sengon sudah dapat ditebangpanen. Selain cepat tumbuh jenis kayu ini termasuk kedalam kayu ringan, sehingga mudah dalam pengerjaan dan harganya pun relatif murah. Sengon banyak digunakan sebagai bahan baku palet. Di lokasi Penelitian sedikitnya terdapat 16 42,11 industri yang menggunakan jenis albasia. Banyaknya jumlah penggunaan jenis ini tidak didasarkan pada besarnya kubikasi yang dikonsumsi, tetapi dilihat dari segi jumlah industrinya, hal ini dikarenakan hampir seluruh industri yang terdapat dilokasi penelitian memesan bahan baku kayu rakyat, tidak per jenis melainkan campuran sehingga mengalami kesulitan dalam menentukan berapa kubikasi albasia yang digunakan dalam setiap industri. Setiap industri yang menggunakan bahan baku jenis kayu ini akan dikenakan tarif retribusi kayu sebesar Rp.3.500m 3 , retribusi ini digunakan sebagai pengganti biaya administrasi dan Rp.3.000m 3 untuk jasa pelayanan penerbitan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan SKSHH untuk jenis kayu rakyat. Manii Maeosopsis eminii, merupakan jenis kayu yang cepat tumbuh dan banyak ditanam oleh masyarakat selain karena cepat tumbuh juga karena hampir seluruh bagian dari kayu ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat seperti daunya dapat digunakan sebagai pakan ternak, akar dan ranting dapat digunakan sebagai kayu bakar. Kayu manii ini tergolong kedalam kayu yang memiliki kekuatan sedang, sehingga dalam peggunaanya kayu jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi bangunan seperti tiang, kaso, reng dan galar. Sama dengan sengon kayu ini juga tidak dapat ditentukan berapa kubikasi yang digunakan, karena pemesananya dicampurkan dengan jenis kayu lain. Terdapat 12 industri yang menggunakan bahan baku kayu ini atau sekitar 31,58 . Tarif retribusi yang dikenakan pada kayu ini sama dengan kayu sengon karena kayu manii dan sengon ini dalam perdagangan kayu rakyat digolongkan ke dalam kayu rakyat yang tidak dikenakan “Palu Tok”. Palu tok ini dilakukan khusus untuk jenis kayu rakyat yang tergolong kedalam jenis perum perhutani atau kayu negara, sebagai bukti asal usul kayu. Mahoni Swetinia macrophylla, merupakan jenis kayu yang cukup bagus digunakan sebagai bahan baku mebel dan perkakas bangunan. Tergolong kayu rakyat yang memiliki harga cukup mahal dan merupakan jenis kayu rakyat yang perlu di “Palu Tok”, karena termasuk kedalam jenis kayu negara Perum Perhutani. Tarif retribusi yang dikenakan pada jenis ini adalah Rp. 7.500m 3 untuk jasa administrasi dan Rp. 5.000m 3 untuk jasa SKSHH. Industri kayu rakyat menggunakan kayu ini jika ada pesanan dari konsumen, tetapi jika tidak maka biasanya hanya menggunakan bahan baku jenis albasia dan afrika. Industri yang menggunakan bahan baku ini hanya 10 industri atau 23.31 dari jumlah total industri pengguna jenis kayu albasia dan manii. Selain dari ketiga jenis pohon tersebut, khusus untuk industri mebel dan kusen juga menggunakan jenis kayu lain seperti jati, salam, sonokeling dan meranti, hal ini tergantung kepada pesanan pelanggan. Bahan baku yang digunakan dapat dikonsumsi oleh industri kayu rakyat dalam berbagai bentuk. Terdapat 4 bentuk kayu yang dapat dikonsumsi yaitu log kayu bulat, timpleng persegian, papan dan bahan baku palet. Hal ini bergantung kepada jenis industri. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dilapangan, industri kayu rakyat khususnya industri penggergajian lebih senang menggunakan bahan baku bentuk kayu bulat log yaitu sebesar 61,11 dari jumlah total industri yang didapat, nilai persentase ini lebih besar dibandingkan dengan dengan penggunaan bentuk lain, mengingat mayoritas industri kayu rakyat, yang terdapat di wilayah penelitian adalah industri penggergajian. Industri penggegajian sendiri lebih tertarik menggunakan kayu bulat dibandingkan dengan timpleng, harga bahan baku kayu bulat lebih murah karena timpleng adalah bahan baku industri yang telah dipotong bagian-bagian tertentu membentuk balok, sehingga ada biaya tambahan yang harus dibebankan, meskipun sebenarnya keberadaan timpleng ini dapat memberikan kemudahan dalam penggergajian yaitu dapat mempersingkat proses penggergajian. Industri mebel dan palet menggunakan bahan baku dalam bentuk papan. Keberadaan industri yang mengkonsumsi bentuk ini sangat kecil yaitu 38,89, karena sangat sedikitnya jumlah industri yang bergerak dibidang mebel dan industri palet. Penggunaan jenis dan bentuk bahan baku industri bergantung kepada jenis industri dan keperluan masig-masing industri. 2 Pengadaan Bahan Baku dan Asal Bahan Baku Cara pengadaan bahan baku dan tempat pembelian bahan baku untuk setiap kayu rakyat berbeda-beda hal ini bergantung kepada kebutuhan masing- masing. Pengadaan bahan baku untuk dilokasi penelitian sendiri dapat dilihat pada skema gambar berikut ini. TengkulakPetani Ind. Penggergajian Toko Materialperkakas bangunan Swadaya Sendiri Meubel Kusen Palet Gambar 4 Skema pengadaan bahan baku industri kayu rakyat . Pengadaan bahan baku pada industri penggergajian dapat melalui dua cara yaitu swadaya sendiri dan tengkulakpetani secara langsung melalui jasa ranting. Bahan baku yang berasal dari swadaya sendiri maksudnya adalah bahan baku yang berasal dari industri itu sendiri yakni bahan baku tersebut sengaja disiapkan oleh pengusaha untuk kelangsungan produksinya, dalam rangka mengurangi biaya pengadaan bahan baku. Pengusaha membangun hutan rakyat sendiri demi kepentingan usahanya, sehingga pengusaha tersebut selain menguasai industri hulu juga menguasai industri hilir. Industri yang memiliki bahan baku berasal dari swadaya sendiri adalah industri kayu rakyat yang telah berkembang yaitu industri yang telah memiliki kontinuitas produksi baik memiliki industri dalam skala besar. Selain berasal dari swadaya sendiri, hampir seluruh industri penggergajian yang terdapat di wilayah penelitian memperoleh bahan baku dari tengkulak dan petani dengan memanfaatkan jasa ranting. Ranting adalah orangjasa yang diberi kepercayaan oleh industri untuk mencari bahan baku demi kelangsungan produksi. Ranting yang dipilih harus memiliki kriteria: pandai tawar menawar, pandai membaca situasi ketersediaan bahan baku dan dapat menganalisis kualitas dan kuantitas kayu yang akan dibelidipesan. Dalam menjalankan tugasnya ranting tidak terikat secara langsung dengan pihak industri bukan bagian dari pekerja, ranting bekerja secara situasional yaitu ketika kesulitan bahan baku. Ranting bekerja sesuai dengan perintah pengusaha dan dia mampu mendapatkan bahan baku dari tempat mana pun. Pengusaha memesan bahan baku kepada ranting dengan menyebutkan jenis, bentuk, kubikasi serta sortimen yang dibutuhkan. Selanjutnya ranting akan mulai mencari dan menyisir tempat-tempat yang memiliki persediaan bahan baku yang sesuai dengan pesanan. Diperlukan biaya yang sangat besar untuk memanfaatkan fasilitas ranting. R Ranting Industri mebel memperoleh bahan baku melalui industri penggergajian secara langsung dan melalui toko material. Bahan baku yang dibutuhkan oleh mebel adalah papan. Mebel membeli bahan baku secara langsung tanpa melalui perantara. Para pengusaha mebel di wilayah penelitian lebih senang mendapatkan bahan baku dari toko material daripada langsung dari industri penggergajian, meskipun harga bahan baku sedikit mahal. Hal ini dikarenakan beberapa alasan, yaitu industri penggergajian yang ada dilokasi penelitian lebih banyak menghasilkan papan bahan baku palet, sehingga industri mebel mengalami kesulitan dalam mendapatkan bahan baku di wilayah sekitar. Dalam memperoleh bahan baku industri mebel lebih percaya dengan kualitas kayu dari toko material daripada industri penggergajian, bahan baku dari toko material memiliki kesesuaian antara harga dengan ukuran sortimen. Tetapi hal tersebut dilakukan hanya untuk untuk jenis produk mebel tertentu yang membutuhkan kualitas baik seperti jati dan mahoni, sedangkan untuk produk mebel tertentu yaitu produk yang tidak terlalu membutuhkan bahan baku kualitas yang baik seperti albasia dan manii misalnya orderan pembuatan kursi belajar sekolah, biasaya industri ini langsung memesan bahan baku dari industri penggergajia. Bahan baku papan yang berbeda kualitasnya didasarkan kepada pemesanan konsumen. Industri kusen memperoleh bahan baku papan langsung dari industri penggergajian khusus untuk jenis albasia dan manii, sedangkan untuk jenis mahoni dan jati bahan baku diperoleh dari toko material. Karena industri penggergajian jarang sekali mengguakan jenis mahoni dan jati mengingat, mahoni kayu cukup mahal dan tergolong kelas hardwood, sehingga dalam proses penggergajiannya membutuhkan biaya tambahan. Industri palet memperoleh bahan baku langung dari industri penggergajian. Industri palet yang berada di wilayah penelitian adalah industri palet yang menggunakan bahan baku palet berkualitas reject apkiran yaitu kualitas papan yang tidak lolos pasar karena alasan cacat atau tidak sempurna dalam pemotongan. Sedangkan untuk bahan baku palet berkualitas super, diperuntukan untuk industri besar yang berada di wilayah Jakarta, Bogor, Tanggerang, Bekasi Jabotabek, sebagai bahan baku bingkai kaca, dudukan keramik dan batu bata. Palet yang dihasilkan dari bahan baku kualitas apkiran ini dapat berupa peti sayuran dan buah buahan. Pada dasarnya industri kayu rakyat di wiayah penelitian tidak begitu mengalami kesulitan dalam perolehan bahan baku industri, bahan baku tersebut dapat diperoleh dari dari daerah manapun. Jenis dan bentuk kayu yang didapatkan atau diperoleh oleh para industri berasal dari daerah-daerah yang memiliki potensi kayu rakyat, dapat dari dalam kecamatan luardalam desa, luar kecamatan, kabupaten atau bahkan dapat dari luar kota. Asal kayu yang diperoleh oleh para industri kayu rakyat di wilayah penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 berikut. Gambar 5 Asal kayu bahan baku industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung . Gambar tersebut menjelaskan bagaimana asal kayu, yang dijadikan sebagai bahan baku. Asal kayu dikelompokan menjadi 4 kelompok berdasarkan wilayah administratifnya yaitu dalam kecamatan dalam desa DKDD, dalam kecamatan luar desa DKLD, luar kecamatan dalam kabupaten LKDK dan luar kabupaten LK. Asal kayu dari dalam kecamatan dalam desa DKDD adalah kayu yang berasal dari sekitar wilayah desa dimana industri kayu rakyat itu berdiri dari 18 industri yang diamati 6 industri memperoleh bahan baku berasal dari DKDD. Asal kayu dari dalam kecamatan luar desa DKLD, asal kayu yang berasal dari tetangga desa tempat dimana industri kayu rakyat berada, terdapat 10 industri yang mendapatkan bahan baku dari kelompok ini. Hal ini biasanya terjadi jika pasokan bahan baku dalam desa mengalami penurunan dan keterbatasan dalam pemanenan tujuannya adalah untuk mempertahankan kelangsungan produksi. Asal kayu dari luar kecamatan dalam kabupaten LKDK, yaiu kayu yang berasal dari tetangga kecamatan tetapi masih termasuk kedalam satu kabupaten, biasanya bahan baku dari kelompok ini banyak diperoleh dari Kecamatan Sukanegara, Kecamatan Agrabinta, Kecamatan Leles, Kecamatan Sindangbarang dan Kecamatan Pagelaran. Jika pasokan bahan baku kayu di wilayah DKLD, sudah tidak memenuhi maka LKDK adalah tujuan selanjutnya pemasok bahan baku. Terdapat 7 industri yang menggunakan bahan baku kayu berasal dari kelompok ini. Untuk asal kayu dari luar kabupaten LK, biasanya para industri memperoleh bahan baku dari sukabumi, terdapat 4 industri yang menggunakan kayu pada kelompok ini. Jumlah industri yang memperoleh asal kayu dari kelompok tersebut untuk masing-masing tidak mutlak, dalam artian satu industri tidak hanya memperoleh bahan baku dari satu kelompok wilayah saja, dapat juga dari dua wilayah, atau bahkan jika terjadi kelangkaan bahan baku bisa saja hingga empat kelompok wilayah. Khusus untuk industri yang memperoleh bahan baku hingga luar kabupaten adalah industri yang tergolong cukup besar, dan mengalokasikan dana untuk kekurangan bahan baku ini. Dengan demikian potensi bahan baku di ke-4 kelompok wilayah tersebut harus tetap dipertahankan, salah satu caranya adalah dengan melakukan penanaman. Dalam penelitian ini tidak dapat menentukan besarnya volume bahan baku yang digunakan untuk setiap kelompok wilayah asal bahan baku, hal ini dikarenakan para industri kayu rakyat yang diamati belum memiliki manajemen yang baik, sehingga setiap pembelian bahan baku tidak ada pencatatan secara jelas, berapa m 3 kayu yang diperoleh dari wilayah tersebut. Secara umum industri kayu rakyat di di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung, memiliki kontinuitas bahan baku yang cukup baik, karena industri kayu rakyat masih dapat memenuhi kebutuhan akan bahan baku. Dalam menjalankan kegiatanya industri kayu rakyat banyak menggunakan bahan baku kayu jenis albasia, manii dan mahoni, dengan bentuk yang beragam tergantung kepada jenis industri dapat berupa kayu bulat dan papan. Bahan baku tersebut banyak diperoleh di wilayah dalam kecamatan luar desa DKLD. 3 Cara Pembelian Dan Pembayaran Bahan Baku Cara yang dilakukan oleh setiap industri kayu rakyat dalam pengadaan bahan baku berbeda-beda, pembelian bahan baku biasanya dilakukan di tempat kayu rakyat, dengan cara pembayaran kontan ataupun angsuran. Untuk mengetahui cara pembelian dan cara pembayaran oleh industri kayu rakyat, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut. Tabel 10 Cara pembelian dan pembayaran bahan baku industri kayu rakyat di Kecamatan Cibinong dan Tanggeung No Nama Industri Cara Pembelian Cara Pembayaran Loco Franco Kontan Angsuran 1 Apih Sadili x x 2 Sawargi x x 3 Sumber Karya Abadi x x 4 Tunggal Maju x x 5 Ukim x x x 6 Sinar Mulya x 7 Mahoni Jaya Abadi x x x 8 H. Faridnudin x x 9 Tiga Berlian x x x 10 Saprudin x x 11 Surya Mebeul x x 12 Cipta Karya Mandiri x x x 13 Sukawangi x x x 14 Mumus x x 15 Karya Palet x x x 16 Ikbal Jaya x x 17 Sumpena x x 18 Hamid x x x Cara pembelian bahan baku dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan loco dan franco. Cara pembelian ini dibedakan berdasarkan tempat pembelian bahan bakunya. Jika pembelian bahan baku langsung dari tempat asal kayu maka, cara pembelian ini disebut dengan loco, akan tetapi jika cara pembelian dilakukan di tempat industri kayu rakyat, maka cara pembelian ini dikenal dengan sebutan franco. Biasanya franco ini untuk industri yang membeli bahan baku dan bahan baku langsung diantar ke lokasi industri, transaksi dilaksanakan di lokasi industri kayu rakyat. Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa secara umum industri kayu rakyat di lokasi penelitian melakukan cara pembelian bahan baku langsung di tempat industri, tetapi untuk sebagian industri melakukan cara pembelian bahan baku ditempat asal kayu. Satu industri kayu rakyat dapat melakukan kedua cara pembelian ini. Kedua cara pembelian bahan baku ini memiliki kekurangan dan kelebihan, kekurangan dan kelebihan tersebut berbeda jika dilihat dari sudut penjual dan pembeli. Jika dilihat dari sudut pandang pembeli cara pembelian dengan franco lebih efektif, karena kayu bisa langsung dipesan pembeli tanpa harus pergi ke lokasi asal kayu, yang biasanya memiliki akses angkut yang sulit. Akan tetapi cara ini membutuhkan biaya yang besar, karena selain harus membayar biaya bahan baku, industri kayu rakyat harus membayar ongkos angkut dan muat bongkar, berhubung industri kayu rakyat yang ada masih dalam tahap perkembangan, sehingga untuk transportasi dan alat angkut mereka masih harus memanfaatkan jasa penyewaan atau langsung disediakan oleh petani. Cara pembayaran bahan baku yang dilakukan pada umumnya adalah dengan cara kontan. Cara pembayaran kontan biasanya dilakukan setelah kayu di sortir sesuai dengan kualitas yang dibutuhkan, kemudian kayu diukur setelah itu baru dilakukan pembayaran kepada supplier. Jika pembayaran secara angsuran maka biasanya pada saat kayu datang ke tempat industri kayu rakyat, maka akan diberi kas bon, pembayaran dilakukan apabila produk yang dihasilkan telah laku terjual, industri yang melakukan pembayaran secara angsur ini adalah industri kecil yang memiliki kekurangan modal.

b. Kontinuitas Produksi