C : Borongan D : Tidak Dibayar + Harian
E : Tidak Dibayar + Borongan F : Borongan + Harian
Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa, sistem upah yang digunakan pada industri kayu rakyat adalah upah harian dan borongan.Upah harian adalah
pembayaran upah didasarkan pada jumlah hari kerja dan upah yang diterima dalam bentuk paket artinya upah antara gaji pokok dan tunjangan tidak dapat
dipisahkan. Pada industri penggergajian, upah ini diberlakukan untuk para pekerja kavling. Sedangkan upah borongan adalah upah kerja yang didasarkan pada hasil
kerja dan dihitung berdasarkan persatuan hasil. Upah ini diperuntukan pada operator dan helper. Upah harian dan borongan ini juga digunakan pada industri
kusen. Pada industri mebel sistem upah yang digunakan adalah sistem borongan,
upah dibayar berdasarkan banyaknya barang yang dibuat oleh pekerja yaitu berdasarkan banyaknya set barang yang dibuat.
Industri kayu rakyat di lokasi penelitian merupakan industri kayu berskala kecil tenga kerja 3-19 orang, industri ini mulai memiliki penugasan kerja dalam
melakukan kegiatan pengusahaannya. Perekrutan tenaga kerja pun masih didasarkan pada hubungan kekeluargaan. Pekerja yang digunakan adalah pekerja
tetap dengan upah yang diterapkan untuk setiap pekerja adalah borongan.
5.1.4 Kondisi dan Lokasi Tempat Usaha
Dalam membangun suatu industri, pemilihan tempat dan lokasi industri akan sangat penting, untuk keberlangsungan industri. Kondisi tempat kerja yang
baik akan menambah semangat kerja para pekerja sedangkan lokasi tempat usaha, akan memberikan kemudahan dalam proses pengangkutan. Kondisi dan situasi
tempat kerja dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.
Gambar 3 Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat. Kondisi tempat usaha industri kayu rakyat ini dapat dilihat salah satunya
adalah dari kedekatan letak industri kayu rakyat dengan tempat tinggal pemilik. Dilihat dari hal tersebut maka kondisi tempat usaha dapat digolongkan menjadi
tiga yaitu letak industri menyatu dengan tempat tinggal, terpisah tetapi dekat dengan tempat tinggal dan khusus, dalam artian jauh dari tempat tinggal dan
diperlukan kendaraan untuk menuju ke tempat industri tersebut. Berdasarkan Gambar 3, dari 18 industri yang ditemui 50 lokasi industri dibangun secara
khusus, berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusmawan 1993 industri kayu rakyat seluruhnya dibangun menyatu dengan tempat tinggal sehingga dengan
demikian industri kayu rakyat ini sedikit demi sedikit telah mengalami pergeseran konsep, yang awalnya industri kayu rakyat indentik dengan industri kecil rumah
tangga, yang keberadaan lokasinya selalu dekat dengan rumah, tetapi saat ini mulai mengalami perkembangan, para pengusaha sudah mulai berfikir untuk
melakukan usaha, secara terkonsentrasi tanpa melibatkan unsur kedekatan rumah tangga. Kendati demikian masih ada industri-industri yang dibangun secara tidak
terkonsentrasi yaitu letak industri masih menyatu dan dekat dengan rumah, hal ini dikarenakan alasan mahalnya sewa tanah dan memanfaatkan potensi yang ada.
Lokasi tempat usaha yang dibangun haruslah memudahkan pengangkutan bahan baku maupun pemasaran produknya. Untuk industri kayu rakyat yang
kondisi tempat usahanya dibuat secara khusus, lokasi tempat usaha rata-rata berada di tepi jalan degan kodisi jalan angkut yang baik dalam artian tidak
menyulitkan pengangkutan, akses keluar masuk kayu gampang dan bisa cepat. Untuk industri yang kondisi tempatnya dekat dengan rumah dan menyatu dengan
rumah, biasanya industri ini sedikit sulit untuk melakukan akses pegangkutan,
karena lokasi industri berada di dalam perkampungan yang kondisi jalan angkut tidak memadai, hal ini akan mempengaruhi besarnya biaya pengangkutan dan
muat bongkar. Sehingga untuk menyiasati hal tersebut, sebagian pengusaha akan menaikan harga produk.
5.1.5 Kontinuitas Industri