Kontrol Terhadap Serikat Buruh

UU No.25 tahun 1997, pasal 27, negara menyatakan kebebasan berdirinya serikat buruh dalam satu pabrik. 43 Tetapi, keinginan buruh untuk membentuk serikat buruh nasional tidak mungkin dapat berhasil karena dalam pasal 29 ayat 3, serikat buruh nasional hanyalah serikat yang berdasarkan kepentingan sektor. Artinya, serikat buruh otomatis tidak dapat bergabung dengan serikat buruh yang memiliki sektor berbeda.

F. Kondisi dan Resistensi Buruh

Pada era reformasi, pertumbuhan serikat-serikat buruh semakin meningkat. Hal itu disebabkan karena faktor situasi yang memang memungkinkan untuk membentuk serikat-serikat buruh secara bebas dan independen, disamping juga karena adanya ratifikasi Konvensi ILO tahun 1948. Berkaitan dengan ratifikasi itu, pada 18 Juni 1998, ILO mendeklarasikan prinsip yang berkembang bahwa ILO seolah-olah hanya mendukung kepentingan negara maju saja. Selain itu, ia juga merupakan jawaban terhadap tantangan globalisasi pasar kerja dan perdagangan yang telah menjadi fokus perdebatan internasional. Deklarasi ILO itu sendiri bertujuan merekonsiliasi keinginan semua pihak dalam hubungan industrial, menggairahkan usaha-usaha nasional seiring dengan kemajuan sosial-ekonomi, mengakomodir perbedaan kondisi lokal masing-masing negara, dan untuk menegakkan Hak Asasi Manusia HAM. 44 Reformasi yang terjadi pada 1998 merupakan momentum untuk diterimanya delapan buah konvensi dasar ILO, terutama konvensi No. 87. Sebagai 43 Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, Bagian Kedua Serikat Pekerja, Pasal 27. diakses pada 8 April 2015 dari http:www.portalhr.comwp- contentuploadsdatapdfspdf_peraturan1204001119.pdfsa 44 Abdul Jalil, Teologi Buruh, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara, 2008, h. 48. dampaknya, gerakan reformasi ini telah menstimulasi pembentukan serikat-serikat buruh baru. Dari pendataan yang dilakukan Kementrian Ketenagakerjaan Kemanaker per tahun 2014, tercatat ada 6 konfederasi, 100 federasi dan 6.808 serikat pekerja tingkat perusahaan di Indonesia. Jumlah itu meliputi 1.678.364 orang anggota serikat pekerja SP. 45 Serikat-serikat buruh ini memperoleh peluang yang luas untuk melakukan kerja sama atau berafiliasi dengan gerakan serikat buruh internasional. Hanya sayangnya, para pemimpinnya masih banyak yang berasal dari luar perusahaan sehingga sering mengalami resistensi, terutama dari kalangan para pengusaha. 46 Pergantian kepemimpinan nasional di era reformasi, selain berimplikasi pada hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha yang semakin rumit, juga berdampak pada bergesernya orientasi kebijakan perburuhan menjadi berstandar internasional, terutama yang berkaitan dengan kebebasan berserikat, penghapusan kerja paksa, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam jabatan dan pekerjaan, serta kebijakan terhadap pekerja anak. 47 Di satu sisi, fenomena tersebut membawa secercah harapan bagi buruh untuk sedikit menikmati kue industri. Tingkat kesejahteraan yang layak sangat didambakan oleh setiap buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat menciptakan ketenangan dalam bekerja dan menigkatkan produktivitas kerja. Akan tetapi, di sisi lain, pihak pengusaha tidak dapat segera memenuhi tuntutan kaum pekerja. 45 Data Serikat Pekerja di Indonesia 29 Juli 2015, diakses pada 8 Mei 2015 dari http:m.hukumonline.comberitabacainilah-data-serikat-pekerja-di-indonesia 46 Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 49. 47 Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 50. Hal itu disebabkan karena mereka harus terlebih dahulu menghitung produktivitas pekerja untuk mengetahui apakah nilai tambah sudah menunjukan efisiensi dalam penggunaan input pada proses produksinya ataukah belum, disamping itu juga karena mereka menghadapi sejumlah pilihan sulit, terutama yang berkaitan dengan pengeluaran sejumlah biaya „siluman’ yang tidak berhunungan dengan proses produksi. Selain itu, persediaan tenaga kerja yang berlimpah juga menjadi salah satu pertimbangan tersendiri untuk tidak segera merespons tuntutan buruh. 48 Kenyataan ini menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan dan produktivitas ibarat pisau bermata dua karena adanya perbedaan persepsi antara pekerja dengan pengusaha. Dua persepsi dan dua kepentingan yang berbeda ini diharapkan mampu diselesaikan oleh serikat buruh, sebagai lembaga perwakilan buruh yang mampu menjelaskan apa sesungguhnya yang mereka inginkan. 49 Lahirnya undang-undang Nomor 13 tahun 2003 adalah bagian dari skenario besar pemerintahan untuk menata dan menegosiasikan kepentingan bersama antara pengusaha, buruh, dan pemerintah. Jika perusahaan berkepentingan terhadap modal, buruh berkepentingan menaikkan pendapatan maka pemerintah berkepentinag mengamankan makro ekonominya. Sebab, tanpa kondisi yang kondusif, makro ekonomi sebuah negara akan terguncang. Dan, dalam posisi seperti ini, semua pihak akan terkena getahnya. 50 Paradigma berpikir model konvensional ini, disadari ataupun tidak, akan menjebloskan kaum buruh pada posisi inverior. Hal ini karena majikan akan 48 Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 51. 49 Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 51. 50 Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 8.