Peran Serikat Buruh Dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh Di PT. Gloria Satya Kencana Gunungn Sindur Parung Bogor

(1)

PERAN SERIKAT BURUH DALAM PERLINDUNGAN

HAK-HAK BURUH DI PT. GLORIA SATYA KENCANA

GUNUNGN SINDUR PARUNG BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

AINUN NAJIB

NIM: 109054100009

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2016 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 4 Juni 2016


(5)

i ABSTRAK

Ainun Najib

Peran Serikat Buruh Dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh di PT. Gloria Satya Kencana

Meskipun sudah jelas dipaparkan pengertian mengenai buruh dan upah dalam undang-undang ketenagakerjaan, pada prosesnya pekerja atau buruh masih jauh dari kata sejahtera sehingga posisi mereka seolah menjadi korban ekploitasi para pengusaha. Sedangkan sebagai partner dari industri, pekerja menginginkan

keadilan dan mendapatkan “kembalian-hak” sebagai hasil pelaksana industri. Untuk itu pekerja harus memiliki kekuatan untuk menghilangkan permasalahan pemenuhan hak-hak mereka, seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya. Tetapi secara individu pekerja tidak mampu untuk memperjuangkan hak-haknya melawan hebatnya kombinasi antara pemodal dan manajemen dimana mereka mempunyai kekuasaan, uang dan pengaruh. Sehingga buruh harus mengetahui dan memahami bahwa dengan posisi mereka sebagai buruh dan perseorangan tidak akan banyak yang bisa dicapai. Untuk itu diperlukan penyatuan kekuatan antara para buruh di suatu perusahaan untuk memperkuat posisi dan menjamin kesejahteraan mereka.

Dalam konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya. Untuk itu, penelitian ini akan memaparkan peran serikat buruh dalam hal memperjuangkan dan melindungi hak-hak anggotanya.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan bagaimana serikat buruh menjalankan perannya dalam melindungi hak-hak buruh yang bekerja di PT. Gloria Satya Kencana dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan bentuk rumusan masalah deskriptif yang memandu peneliti untuk mengeksplorasi dan atau memotret situasi sosial yang akan diteliti secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan 3 orang informan.

Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa belum semua hak-hak buruh di PT. Gloria Satya Kencana tersebut terpenuhi secara sempurna. Misalnya untuk pemenuhan kebutuhan akan penyediaan sarana komunikasi, konslutasi dan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja).


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya serta limpahan anugerah yang tak terhitung penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Serikat Buruh dalam Perlindungan Hak-hak Buruh di PT. Gloria Satya Kencana, Gn. Sindur Parung, Bogor”dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabat nya.

Skripsi ini penulis persembahkan khusus untuk ayahanda dan ibunda tercinta, yang tidak pernah lelah dan sabar dalam membantu penulis untuk terus menjadi pribadi yang lebih baik. Terima kasih untuk semua kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga yang telah diberikan kepada penulis. Dan penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A. selaku Dekan Fakultasb Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta. Bapak Dr. Suparto, S.Ag. M.Ed. selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik. Ibu Dr. Hj. Raudhanah, M.Ag. selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum. Dr. Suhaimi, M.Si. selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida, M.Si. selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan Sosial. Ibu Nunung Khairiyah, MA selaku Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial.

3. Bapak Budi Rahman Hakim, MSW selaku Pembimbing yang sudah membimbing penulis dalam pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas waktu,


(7)

iii

tenaga, dan pikiran yang telah dicurahkan kepada penulis demi terselesaikan nya penelitian ini.

4. Kepada Tim Penguji Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan arahan serta masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmunya dengan tulus dan ikhlas.

6. Kepada Serikat Pekerja Logam, Elektronik, & Mesin (Indonesia Metal, Electronics, and Machine Workers Union) Serikat Pekerja Seluruh Indonesia PT. Gloria Satya Kencana/ Magna Furniture atas izin dan informasi yang diberikan guna penyelesaian skripsi ini.

7. Sahabat yang sudah bagaikan saudara yang tak lelah memberi doa, berbagi suka dan duka, mengangkat kala penulis terjatuh, dan pengingat kala salah melangkah Slamet Nurmawanto, Raditya Pradiptassa, Hairul Saleh, Ahmad Ghazali, Gardika Kay Rizka, Momba Donna Sari, Fatkhur Rohman, M. Nizar Hakim. semoga kelak kita berkumpul teriring tawa dan suka penuh kesuksesan. Dan juga untuk mereka yang senaniasa mendukung serta membantu tetapi tidak bisa disebutkan satu per satu.

8. Kawan-kawan Keluarga Besar KESSOS 2003-2015, HMI KOMFAKDA Cabang Ciputat, yang telah menjadi tempat yang nyaman untuk berproses, berjuang, belajar, dan berkawan bagi penulis.


(8)

9. Partner terbaik yang tak lelah mendoakan, penyemangat saat mulai menyerah, penyejuk saat amarah, dan pendengar yang setia, Ajeng Retno Kusumawati. Semoga semua niat baik kita diijabah oleh Allah SWT. Amin.

Ciputat, 4 Juni 2016 Penulis,


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...6

1. Manfaat Akademis ...6

2. Manfaat Praktis ...7

E. Tinjauan Pustaka ...7

F. Metode Penelitian...9

1. Pendekatan Penelitian ...9

2. Metode Penentuan Lokasi Penelitian ...9

3. Teknik Pengumpulan Data ...9


(10)

b. Wawancara ...10

c. Dokumentasi ...10

4. Keabsahan Data ...11

G. Pedoman Penulisan Skripsi ...12

H. Sistematika Penulisan ...12

BAB II KAJIAN TEORI A. Buruh ...14

B. Hak Buruh ...16

1. Hak Bersifat Ekonomis ...17

2. Hak Bersifat Politis ...17

3. Hak Bersifat Medis ...17

4. Hak Bersifat Sosial ...18

C. Serikat Buruh ...18

D. Peran Serikat Buruh/Serikat Pekerja ...22

1. Peran Serikat Buruh Menurut ILO (International Labor Organization) ...24

2. Peran dan Fungsi Serikat Pekerja: Intisari dari UU Serikat Buruh/Serikat Pekerja No. 21 Th. 2000 ...27

3. Peran dan Fungsi Serikat Prekerja/Serikat Buruh Menurut UU RI ...30

E. Kontrol Terhadap Serikat Buruh ...32


(11)

vii

BAB III

PROFIL SPSI-LEM CABANG BOGOR DAN PUK SP-LEM DI PT. GLORIA SATYA KENCANA

A. SPSI-LEM CABANG BOGOR ...38

1. Sejarah FSP LEM-SPSI ...38

2. Visi dan Misi ...39

3. Fungsi Serikat Buruh/Pekerja ...39

4. Lambang dan Makna ...40

5. Struktur organisasi DPC FSP LEM SPSI Kab. Bogor Periode 2011-2016 ...41

6. Tugas dan Fungsi Pengurus DPC FSP LEM SPSI Kab. Bogor Periode 2011-2016 ...41

B. PUK SP-LEM DI PT. GLORIA SATYA KENCANA ...45

1. Sejarah PUK SP-LEM ...45

2. Perjanjian Kerja Bersama 2014-2016 ...46

3. Struktur Organisasi Pengurus PUK SP-LEM SPSI ...50

4. Tugas dan Fungsi Pengurus PUK SP-LEM SPSI ...50

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Profil Informan ...52

B. Temuan dan Analisis ...54

a. Melindungi dan Memperjuangkan Perbaikan Upah ...56 b. Melindungi Pekerja Terhadap Ketidakadilan dan


(12)

Diskriminasi ...57

c. Memperbaiki Kondisi Kerja dan Melindungi Lingkungan Kerja ...58

d. Mengupayakan Agar Manajemen Mendengarkan Suara Pekerja Sebelum Membuat Keputusan ...59

e. Mencegah Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja ...61

f. Perjanjian Kerja Bersama ...63

g. Menangani keluh kesah anggota ...64

h. Menyediakan manfaat lainnya (untuk kesejahteraan anggota) ...66

i. Menyediakan sarana komunikasi ...68

j. Meningkatakan pelaksanaan hubungan industrial untuk menciptakan keharmonisan ...70

k. Melakukan kerjasama dan menjalin solidaritas dengan Pekerja..73

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...73

B. Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

ix

DAFTAR TABEL


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Lambang Organisasi SPSI-LEM ...40 Gambar 3.2 Struktur Pengurus SPSI Kab. Bogor ...41 Gambar 3.3 Struktur Organisasi PUK SP LEM-SPSI ...50


(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Persetujuan Pembimbing Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Persetujuan Penelitian

Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam dengan Pengurus Cabang dan PUK SPSI-LEM PT. Gloria Satya Kencana

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Mendalam dengan Anggota PUK SPSI-LEM PT. Gloria Satya Kencana

Lampiran 6 Transkrip Wawancara Sugimin Lampiran 7 Transkrip Wawancara Gozali Sahwan Lampiran 8 Transkrip Wawancara Pernadi


(16)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri atau perusahaan adalah kombinasi dari modal, manajemen dan pekerja. Mereka adalah suatu kesatuan yang terpisah dan mempunyai motivasi yang berbeda. Pemodal adalah yang menanamkan modal dengan perhatian utama mereka adalah untuk mendapat keuntungan semaksimal mungkin. Manajemen selalu berada disana untuk melindungi kepentingan dari para pemodal. Kemudian aspek berikutnya yang tidak kalah penting di dalam proses perindustrian adalah pekerja atau buruh.

Menurut Prof. Imam Soepomo Buruh adalah seseorang yang menjalankan pekerjaan untuk majikan, dalam hubungan kerja dengan menerima upah.1 Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.2

اوطْعأ

َريجأا

هر ْجأ

َلْبق

َْنأ

َ فجي

َهقرع

Berikan kepada seorang pekerja upahnya sebelum keringatnya kering.” (HR. Ibnu Majah).

1

Iman Soepomo, Penghantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan, 2003). h. 28.

2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Bab I, Pasal 1 ayat 30.


(17)

2

Maksud hadits ini adalah bersegera menunaikan hak si pekerja setelah selesainya pekerjaan, begitu juga bisa dimaksud jika telah ada kesepakatan pemberian gaji setiap bulan.

Meskipun sudah jelas dipaparkan pengertian mengenai buruh dan upah, pada prosesnya pekerja atau buruh masih jauh dari kata sejahtera sehingga posisi mereka seolah menjadi korban ekploitasi para pengusaha. Sedangkan sebagai partner dari industri, pekerja menginginkan keadilan dan mendapatkan

“kembalian-hak” sebagai hasil pelaksana industri. Untuk itu pekerja harus memiliki kekuatan untuk menghilangkan permasalahan pemenuhan hak-hak mereka, seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya.

Tetapi secara individu pekerja tidak mampu untuk memperjuangkan hak-haknya melawan hebatnya kombinasi antara pemodal dan manajemen dimana mereka mempunyai kekuasaan, uang dan pengaruh. Sehingga buruh harus mengetahui dan memahami bahwa dengan posisi mereka sebagai buruh dan perseorangan tidak akan banyak yang bisa dicapai. Untuk itu diperlukan penyatuan kekuatan antara para buruh di suatu perusahaan untuk memperkuat posisi dan menjamin kesejahteraan mereka.

Kesejahteraan pekerja/buruh adalah suatu pemenuhan kebutuhan dan/atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat.3 Kesejahteraan pekerja/buruh merupakan aspek yang tidak kalah penting didalam dunia

3

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Bab I, Pasal 1 ayat 31.


(18)

perindustrian. Bilamana hak-hak buruh tersebut tidak terpenuhi, akan menimbulkan permasalahan diantara buruh dan pemilik usaha.

Untuk itu dirasakan perlunya menciptakan hubungan yang harmonis diantara kedua belah pihak agar proses produksi terus berlanjut dan para buruh melakukan pekerjaannya tanpa tekanan serta diberlakukan adil sebagaimana hak dasarnya sebagai manusia. Namun, siapakah yang dapat menjamin atau paling tidak mengusahakan agar hak-hak buruh tersebut dipenuhi?

Salah satu komitmen Bangsa Indonesia terhadap penghormatan dan jaminan perlindungan hak asasi manusia terkandung dalam sila kedua Pancasila,

dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia, yaitu “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”. Selanjutnya, sejumlah pasal dalam Undang-Undang Dasar 1945 beserta amandemennya secara tegas mengatur jaminan perlindungan hak-hak asasi manusia yang paling utama, yaitu di bidang politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan.

Bahkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 ini dirumuskan tiga tahun sebelum Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (Universal of Human Rights) 1948 dicetuskan. Salah satu perlindungan hak asasi manusia yaitu asas principle of liberty (prinsip kebebasan) dalam bidang hubungan kerja di Indonesia terdapat dalam Pasal 28 D Ayat (2) Amandemen Undang-Undang Dasar 1945. 4

Dalam pasal tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Ketentuan ini mengandung pengertian bahwa setiap warga negara memandang

4

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretariat Jendral MPR RI, pasal 28D ayat 2, Trinity. 2013. Cetakan ke-12. h.16.


(19)

4

segala perbedaan yang ada pada diri seseorang berhak mendapatkan dan melakukan pekerjaan serta menerima imbalan secara adil.

Selain dalam bentuk undang-undang agaknya dirasakan perlu adanya badan yang bergerak untuk mengorganisir para buruh untuk membangun solidaritas dan kekuatan dalam memperjuangkan kesejahteraannya. Untuk itu, dalam bagian umum penjelasan atas Undang-undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, menyatakan bahwa serikat pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dalam menciptakan hubungan industrial yang armonis, dinamis dan berkeadilan. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh didasarkan pada Pasal 28 E perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization) Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang No.18.

Tahun 1956, tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar daripada Hak untuk berorganisasi dan untuk Berunding Bersama. Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO No 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan


(20)

Berserikat serta diundangkannya Undang-Undang Nomor No 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh,

maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah secara radikal. Kebebasan untuk mendirikan organisasi buruh telah dimanfaatkan oleh para aktivis perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan bermacam nama dan bermacam orientasi kepentingan. Namun secara prinsip, organisasi buruh dibentuk dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup dan melindungi hak-hak buruh.5

Dalam konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya.

Sejarah telah membuktikan bahwa peranan serikat pekerja/serikat buruh dalam memperjuangkan hak anggotanya sangat besar, sehingga pekerja/buruh telah banyak merasakan manfaat organisasi serikat pekerja/serikat buruh yang betul-betul mandiri (independence) dan konsisten dalam memperjuangkan hak-hak buruh. Umumnya pekerja secara individual berada dalam posisi lemah dalam memperjuangkan hak-haknya, dengan menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh akan meningkatkan bargaining baik secara individu maupun keseluruhan.

Misalnya saja di PT. Gloria Satya Kencana yang sebelum berdirinya serikat buruh di PT tersebut kondisi pengupahan dan jaminan untuk keselamatan

5

Payaman J. Simanjuntak, Undang-undang yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Seikat Buruh; Buku Panduan The New Law on Trade unions; A Guide. (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2002). h. 10.


(21)

6

kerja sangat jauh dari kata layak. Upah buruh dibayarkan hanya berdasarkan perhitungan perusahaan tanpa mempertimbangkan kebutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh buruh dan keselamatan kerja yang menjadi tanggungjawab pribadi buruh tanpa adanya tunjangan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja.

Namun, sejak serikat buruh hadir di PT tersebut, kondisi pengupahan, kesehatan dan jaminan keselamatan kerja menjadi lebih baik. Pengupahan dibayarkan sesuai dengan standar upah minimum regional yang telah ditetapkan. Selain itu, para buruh juga kini telah mendapatkan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja. Hak-hak buruh tersebut dapat terpenuhi atas perjuangan serikat buruh yang didirikan pada tahun 2013 lalu. Hal tersebut adalah satu dari banyak hak buruh yang harus dipenuhi sebagai upaya perbaikan kondisi perburuhan di Indonesia dan PT. Gloria Satya Kencana Khususnya.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan di atas maka peneliti bermaksud mengangkatnya ke dalam sebuah penelitian yang akan dilakukan di Lokasi Industri Gunung Sindur, dimana terdapat Serikat Buruh yang menjadi serikat buruh pertama di lokasi tersebut dengan judul penelitian “PERAN SERIKAT

BURUH DALAM PERLINDUNGAN HAK-HAK BURUH DI PT. GLORIA

SATYA KENCANA, GN. SINDUR PARUNG, BOGOR”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan dengan tujuan untuk membatasi ruang lingkup dan objek yang akan di teliti agar pelaksanaan kegiatan penelitian tidak terlalu meluas dan disesuaikan dengan keterbatasan


(22)

kemampuan. Oleh karena itu penulis membatasi hanya pada Peran Serikat Buruh dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh di PT. Gloria Satya Kencana. 2. Perumusan Masalah

Yang akan dibahas oleh peneliti adalah bagaimana peran serikat buruh dalam perlindungan hak-hak buruh di PT. Gloria Satya Kencana.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian skripsi ini adalah untuk menggambarkan bagaimana serikat buruh menjalankan perannya dalam melindungi hak-hak buruh yang bekerja di PT. Gloria Satya Kencana.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian skripsi ini adalah: 1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan wawasan sebagai bahan rujukan tambahan referensi bagi bidang studi Kesejahteraan Sosial dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan informasi awal untuk penelitian lebih lanjut.

b. Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan konsep maupun metodologi dan pengetahuan tentang peran serikat buruh dalam perlindungan hak-hak buruh di PT. Gloria Satya Kencana. c. Bagi masyarakat hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan

menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya buruh.


(23)

8

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menyusun skripsi ini, penulis merujuk pada buku dan penelitian terdahulu yang memiliki pembahasan dengan objek yang sama untuk dijadikan sebagai bahan referensi dan pembanding. Adapun penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai bahan referensi adalah:

1. Dwi Pujiastuti, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “Peranan Serikat Pekerja Dalam Menciptakan Hubungan Industrial Yang Harmonis Di PT. Air Mancur

Karanganyar”. Skripsi ini meneliti mengenai Peranan SP dalam

menciptakan hubungan industrial yang harmonis PT. Air Mancur adalah dengan melindungi hak anggota, turut serta menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangan keterampilan dan keahlian anggota, ikut memajukan perusahaan, memperjuangankan kesejahteraan anggota dan keluarganya.

2.

Teti, Fakultas Hukum, Sekolah Pascasarjana Magister Kenotariatan,

Universitas Surnatera Utara, dengan judul “Tugas dan Fungsi Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam Menyelesaikan Pemutusan Hubungan Kerja

(PHK)” dengan pembahasan mengenai peranan Serikat Pekerja/Serikat Buruh untuk memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja/buruh dalam sistem hukum ketenagakerjaan di Indonesia, sejauh mana hak-hak yang dimiliki pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan di Indonesia dalam terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), bagaimana peranan Serikat Pekerja/Serikat Buruh dalam menyelesaikan sengketa yang timbul akibat adanya Pemutusan Hubungan kerja (PHK).


(24)

3. Geger Teguh Priyo Sampurno, Konsentrasi Hukum Perburuhan, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, dengan judul “Efektivitas Peranan Serikat

Pekerja dalam Pembuatan dan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Bersama”

(Studi di Serikat Pekerja Seluruh Indonesia Unit Kerja PT. Ekamas Fortuna Kabupaten Malang). Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana efektivitas peranan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) unit kerja PT. Ekamas Fortuna dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama di PT. Ekamas Fortuna serta faktor-faktor penghambat efektivitas peranan serikat pekerja dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama dan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut dengan hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan SPSI unit kerja PT. Ekamas Fortuna dalam pembuatan dan pelaksanaan perjanjian kerja bersama mengalami beberapa hambatan sehingga peranan SPSI unit kerja PT. Ekamas Fortuna dapat dikatakan belum efektif.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data sesuai dengan apa yang diperlukan maka metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus. Jenis penelitian tersebut dimaksudkan agar penelitian ini dapat lebih fokus pada contoh kasus yang sesuai dengan permasalahan penelitian.


(25)

10

2. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Metode penentuan lokasi penelitian ini dengan menggunakan metode Purposive. Metode Purposive adalah teknik penentuan lokasi penelitian secara sengaja berdasarkan atas pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tersebut didasarkan pada, lokasi wilayah yang dekat dengan wilayah perindustrian dan tentunya banyak objek penelitian yang berdomisili di wilayah tersebut. Lokasi penelitian ini dilakukan di Jl. Gunung Sindur, Gg. Intan 2 Parung-Bogor.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan perwujudan dari informasi dengan sengaja digali untuk dikumpulkan guna mendeskripsikan suatu peristiwa atau kegiatan lainnya, dan instrument yang di gunakan adalah :

a. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomenal sosial dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Teknik observasi dalam penelitian ini dengan melakukan pengamatan dan mencatat secara langsung terhadap objek penelitian yaitu Peran Serikat Buruh dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh Di PT. Gloria Satya Kencana.

b. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviwer) yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai (interviewe) yang memberi Jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Pewawancara yang dimaksud adalah


(26)

Penulis dan pihak diwawancarai adalah buruh. Wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara agar pertanyaan terarah. Penentuan informan yang dilakukan dalam penelitian ini, sesuai dengan pendekatan penelitian kualitatif yang diambil, yaitu purposive sampling, adalah informan yang diambil berdasarkan tujuan, alasan atau pertimbangan tertentu.6

Teknik pengambilan informan didasarkan pada kelompok sampling dengan identifikasi dari pengelompokan informan. Adapun kelompok informan yang diwawancarai dibagi beberapa kelompok, 1) pengurus serikat buruh dan 2) anggota serikat buruh.

c. Dokumentasi adalah Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.7 Adapun dokumentasi yang dijadikan data pada penelitian ini bersumber dari profil serikat buruh Federasi Serkat Pekerja Logam Elektroik dan Mesin – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.

4. Keabsahan Data

Keabsahan data adalah, data yang diperoleh data yang telah teruji dan valid, dalam hal ini peneliti menulis keabsahan data diujikan lewat

6

Lexy J. Moleong, Metodolgi Penelitian Kualitatif , Edisi Revisi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), Cet-ke20, h.135.

7

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: IKAPI, 2011) Cet. Ke-13. h.240.


(27)

12

diskusi atau sharing terhadap teman sejawat, referensi teori dan melihat realitas sosial serta tentang isu-isu yang sedang berkembang, karena itu peneliti melakukan perbaikan-perbaikan untuk mendapatkan data yang relevan.

Selain itu teknik untuk keabsahan data yang berikutnya adalah dengan Triangulasi sumber yang berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.8 Sebagai gambaran atas data yang telah dikumpulkan dari sumber yang berbeda sebagai cara perbandingan data yang didapat dari observasi dan wawancara. Penulis melakukan wawancara dari informan yang satu ke informan yang lain, dan melakukan wawancara terhadap hasil dari observasi.

G. Pedoman Penulisan Skripsi

Adapun teknik penulisan dalam penelitian ini adalah menggunakan "Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)" yang diterbitkan oleh CeQDA (Center For Quality Development and Assurance) UIN Syarif Hidayatullah, 2007.9

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini dibagi dalam lima bab, setiap bab dirinci kedalam sub-sub sebagai berikut :

8

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, 5th ed, (Bandung: CV Alvabeta, 2007). h. 83.

9

Hamid Nasuhi, dkk., Idris Thaha, ed., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) (Jakarta: CeQDA (Center for Quality Development and Assurance, 2007).


(28)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini akan memaparkan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dengan sub bab penjelasan tentang metode penelitian, lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, teknik pengumpulan data yang berupa observasi, wawancara, dokumentasi, teknik penulisan. Kemudian sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Bab ini akan menguraikan pengertian pekerja/buruh, serikat pekerja, peran serikat pekerja berdsarkan buku pegangan yang dikeluarkan oleh ILO.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG OBJEK PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan profil Federasi Serikat Pekerja Logam Elektroik dan Mesin – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

Bab ini berisikan tentang temuan lapangan dan anaisis mengenai peran Peran Serikat Buruh dalam Perlindungan Hak-Hak Buruh di PT. Gloria Satya Kencana.

BAB V PENUTUP


(29)

14 BAB II KAJIAN TEORI

A. Buruh

Menurut Marx dan Engels, manusia memperoleh harkat kemanusiaannya melalui bekerja. Lewat pekerjaan tersebut terbentuklah suatu karya yang membangun realitas sosial. Kekaryaannya diperoleh dengan menjual jasa, bahkan dalam sistem kapitalis pekerja dituntut bekerja dari yang ia perlukan sehingga menimbulkan surplus value. Kekuasaan pekerja/buruh hanya terdapat pada proses atau metode produksi, sedangkan modal dan alat-alat produksi dikuasai oleh pengusaha.1 Pekerja/buruh merupakan orang yang bekerja dan terikat pada proses ketenagakerjaan dalam proses produksi di sebuah industri atau perusahaan dengan menerima upah atas kerja yang dilakukannya.

Dalam pekerjaannya, buruh terikat pada pengusaha yang memberikan upah atas kerja yang telah dilakukannya. Menurut Trimurti, buruh adalah orang yang bekerja pada orang atau golongan lain, mendapat upah, tetapi tidak mempunyai hak atas alat produksi dan produksinya.2

Berkaitan dengan pemaparan tersebut, buruh menurut hemat Wahyudi adalah sebagai berikut:3

“Dengan demikian pengertian buruh meliputi tenaga kerja tetap, yaitu tenaga di bidang-bidang administatif, prosessing di lapangan, transport dan lain-lainnya. Termasuk didalamnya buruh harian tetap, buruh tidak tetap, buruh harian lepas, buruh borongan serta maro (Perjanjian membagi dua

1

Tony J. Watson, Sociology of Work & Industry. (London: Routledge, 1997) h. 69-71.

2

Trimukti, Sk. Perjuangan Buruh. (Jakarta: Widjaya, 1951) h. 10.

3

Sarjana Sigit Wahyudi, Ketika Sarbupri Mengguncang Pabrik Karung Delangu 1948, Sebuah Studi Awal dari Pemberontakan PKI Madiun. (Semarang: CV Aini dan Bendera, 2001) h. 31.


(30)

hasil tanah antara penggarap dan pemilik tanah (pd masyarakat Jawa dan Sunda).”

Sedangkan pengertian buruh menurut undang-undang RI Nomor 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 1 (3) adalah setiap orang yang bekerja dan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.4

Para pekerja di perusahaan pada mulanya digolongkan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah pekerja operasional atau kadang-kadang disebut pekerja kasar. Mereka pada umumnya bekerja dengan mesin-mesin sehingga pakaiannya cepat kotor. Supaya tidak cepat kotor, pakaian pekerja kasar tersebut biasanya diberi warna biru dan kemudian dinamakan blue-collar workers atau pekerja kerah biru. Di negara Barat mereka juga disebut labourers dan di Indonesia sering disebut buruh.5

Kelompok kedua adalah pekerja yang melakukan kegiatan di kantor. Mereka biasanya memakai baju kerah putih atau white collar. Karena sifat pekerjaannya, pakaian putih tersebut tidak cepat kotor. Mereka kadang-kadang disebut employees atau karyawan. Istilah yang lebih tepat untuk semua adalah pekerja atau workers, mencakup pekerja kerah putih dan pekerja kerah biru di perusahaan serta pekerja mandiri dan pekerja keluarga. Pengertian pekerja lebih luas daripada buruh, dan penggunaan istilah pekerja lebih tepat daripada buruh.6

Apapun istilah yang digunakan untuk penyebutan bagi para buruh/pekerja, mereka tetaplah pihak yang di upah oleh pihak pengusaha dan tidak memiliki hak

4

ILO, Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia; Major Labour Laws of Indonesia. (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2004). h. 7.

5

Payaman J. Simanjuntak, Undang-undang yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Seikat Buruh; Buku Panduan The New Law on Trade unions; A Guide. (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2002). h. 9.

6

Payaman J. Simanjuntak, Undang-undang yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Seikat Buruh; Buku Panduan The New Law on Trade unions; A Guide. h. 9.


(31)

16

atas alat-alat produksi di perusahaan terkait dan berada di posisi rentan sehingga membutuhkan perlindungan. Kemudian, dari uraian-uraian diatas dalam hubungannya dengan penelitian ini dapat dirumuskan bahwa buruh/pekerja yang dimaksud dalam penelitian ini adalah setiap orang yang bekerja pada PT. Gloria Satya Kencana. Baik yang termasuk ke dalam bagian manajemen pabrik maupun yang masuk ke dalam golongan produksi atau pekerja kasar yang juga disebut sebagai blue-collar workers. Dalam praktiknya, pekerja/buruh yang dapat menjadi anggota serikat pekerja hanyalah pekerja/buruh yang berada di bagian produksi, karena pekerja/buruh yang termasuk ke dalam manajemen pabrik dianggap sebagai bagian dari pihak pengusaha atau pemilik pabrik.

B. Hak Buruh

Hak buruh menurut ICDHRE (Islamic Center for Democracy and Human Rights Empowerment) adalah suatu kehendak atau kepentingan yang dilindungi oleh aturan-aturan tata tertib (hukum atau peraturan perundangan) yang berlaku. Secara umum dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Bab X Perlindungan, Pengupahan, dan Kesejahteraan. Tentang Ketenagakerjaan, hak buruh jika dikaitkan dengan hubungan kerja, maka hak buruh yang harus ada adalah hak kebebasan berserikat, berkumpul dan mengemukakan pendapat, hak atas upah, istirahat, jaminan keselamatan, dan kesehatan kerja. Kemudian hak-hak buruh tersebut dirangkum oleh ICDHRE (Islamic Center for Democracy and Human Rights Empowerment) menjadi beberapa kategori antara lain sebagai berikut:7

7

www.ngo.or.id/icdhre/bukusakuburuh.html diakses pada 13 Maret 2016 Pada pukul 12.12 WIB.


(32)

1. Hak Bersifat Ekonomis

Adalah hak yang diperhitungkan berdasarkan sejumlah uang yang harus dibayarkan pengusaha kepada buruh pada suatu periode yang telah ditentukan, meliputi:

a) Hak atas upah

b) Hak atas fasilitas perumahan c) Hak atas tunjangan hari tua

d) Hak atas tunjangan-tunjangan lain yang berhubungan dengan perkerjaan buruh

2. Hak Bersifat Politis

Merupakan hak yang berkaitan dengan hak-hak buruh sebagai warga negara. Meliputi:

a) Hak untuk membentuk serikat buruh b) Hak untuk menjadi anggota serikat buruh c) Hak untuk melakukan mogok kerja d) Hak untuk berunding dengan pengusaha

e) Hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi 3. Hak Bersifat Medis

Hak yang dihubungkan dengan keselamatan dan kebugaran tubuh, meliputi:

a) Hak atas keselamatan dan kesehatan kerja b) Hak atas asuransi kecelakaan kerja

c) Hak atas haid, melahirkan dan menyusui d) Hak atas istirahat


(33)

18

4. Hak Bersifat Sosial

Maksudnya adalah yang berkaitan dengan fungsi individu buruh dalam masyarakat yang meliputi:

a) Hak atas liburan resmi b) Hak atas peribadatan agama c) Hak atas cuti kawin

d) Hak atas pembatasan kerja anak

Hak- hak tersebut merupakan kewajiban bagi pengusaha dan pemberi kerja lainnya untuk memenuhi dan membayarkannya kepada buruh, karena hak buruh merupakan hak yang mucul sebagai akibat adanya perjanjian kerja dan hubungan kerja/industrial yang muncul dari perjanjian tersebut. Perjanjian kerja, maupun peraturan kerja yang ada sebagai akibat hubungan industrial yang dijalankan pengusaha dan buruh tersebut, harus secara tegas memuat syarat-syarat kerja yang meliputi hak dan kewajiban pengusaha dan buruh atas pekerjaan yang telah dikerjakan. Artinya jelas bahwa hak buruh merupakan hak yang wajib dibayarkan oleh pengusaha setelah buruh selesai bekerja dalam rangka memenuhi kesejahteraannya.

C. Serikat Buruh

Manusia mengorganisasi diri untuk menjadi kuat, untuk mengembangkan kekuasaan. Bagi kaum buruh, bersatu atau tetap terberai, merupakan hal berada atau tidak berada. Dengan tidak memiliki alat produksi, atribut par excellence dari


(34)

kekuatan dan kekuasaan, kaum buruh telah mencari dan menemukan alternatif pada kepemilikan material di dalam persatuan, organisasi dan aksi bersama.8

Dalam konteks perjuangan hak-hak pekerja/buruh ada beberapa pilar yang sangat berperan dalam penegakan serta melindungi hak-hak pekerja/buruh dalam mewujudkan kesejahteraannya. Salah satu pilar itu adalah organisasi serikat pekerja/serikat buruh. Eksistensi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya.

Menurut Watson, serikat buruh merupakan suatu himpunan pekerja yang dibentuk unuk meningkatkan kemampuan mereka menegosiasikan kondisi kerja dan hasil (rewards) dari upaya mereka dengan yang mempekerjakan mereka, dan kadangkala, untuk menunjukkan kepentingan dalam lingkup politik di luar tempat kerja.9

Selain itu, Serikat buruh juga dianggap sebagai suatu organisasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para pekerja yang berusaha untuk mengorganisasikan dan menyampaikan kepentingan-kepentingan mereka baik di tempat kerja maupun di masyarakat, serta berusaha untuk mengatur hubungan ketenagakerjaan mereka melalui suatu proses perundingan kolektif (collective bargaining) secara langsung dengan manajemen.10 Perundingan secara kolektif ini dilakukan karena dianggap lebih memiliki kekuatan untuk mempengaruhi perundingan dengan pihak manajemen dibandingkan jika para pekerja atau buruh melakukan perundingan secara individu.

8

Iskandar Tedjasukmana, Surya Tjandra, ed., Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia, (Jakarta: TURC, 2008). h. 137.

9

Tony J. Watson, Sociology of Work & Industry. h. 311.

10

Theodore Caplow, The sociologi of Work. (Minneapolis: Univ. of Minneota Press, 1954). h. 21.


(35)

20

Berdasarkan sejarah panjang dunia perburuhan, di Indonesia sendiri pemerintah dipandang berkewajiban unuk melindungi perburuhan, membela hak-hak kaum buruh dan memajukan kondisi-kondisi kerja yang adil. Sudah dianggap dengan sendirinya bahwa pemerintah berada di pihak kaum buruh di dalam perjuangan terhadap eksploitasi dan penindasan. Ini adalah sangat wajar karena RI adalah produk dari suatu revolusi di mana kaum buruh mempunyai suatu bagian yang aktif.11

Berdirinya FBSI pada tanggal 20 Februari 1973 yang kemudian berubah menjadi SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) pada tahun 1985 telah membuka sejarah baru bagi kaum buruh di Indonesia. Kaum buruh di Indonesia telah mampu mempersatukan dirinya dalam satu wadah perjuangan dan satu tujuan bersama, yaitu suatu organisasi di bidang perburuhan yang bersifat sosial-ekonomi. Dengan demikian orientasi utama dari wadah organisasi SPSI adalah berupaya meningkatkan kesejahteraan para anggota dan keluarganya.12

Dalam bagian umum penjelasan atas Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, menyatakan bahwa pekerja/buruh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya, sehubungan dengan hal itu, serikat pekerja/serikat buruh merupakan sarana untuk memperjuangkan kepentingan pekerja/buruh dalam menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan

11

Iskandar Tedjasukmana, Watak Politik Gerakan Serikat Buruh Indonesia, h. 182.

12

Agus Soedono, Sejarah Kelahiran dan Perkembangan FBSI, (Jakarta: FBSI. 1979). h. 24.


(36)

berkeadilan.13 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh didasarkan pada Pasal 28 E perubahan Kedua Undang- Undang Dasar 1945 dan Konvensi ILO (Internasional Labour Organization) Nomor 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan berserikat di ratifikasi oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan Undang-Undang No.18 Tahun 1956, tentang Persetujuan Konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No. 98 Tahun 1949 mengenai Berlakunya Dasar-Dasar daripada Hak untuk berorganisasi dan untuk Berunding Bersama.

Dengan telah diratifikasinya Konvensi ILO No. 98 Tahun 1949, tentang Hak Berorganisasi dan Kemerdekaan Berserikat serta diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000, tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, maka bidang perburuhan sesungguhnya telah berubah secara radikal. 14 Kebebasan untuk mendirikan organisasi buruh telah dimanfaatkan oleh para aktivis perburuhan untuk mendirikan organisasi dengan bermacam nama dan bermacam orientasi kepentingan buruh, khususnya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup dan melindungi hak-hak buruh.

Selain landasan hukum mengenai pembentukan dan pendirian serikat buruh, Indonesia juga mengatur mengenai keanggotaan federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh harus terbuka untuk menerima anggota tanpa membedakan aliran politik, agama, suku bangsa, dan jenis kelamin.15 Dengan demikian kebebasan berserikat bagi buruh mutlak adanya dan dilindungi oleh

13

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh diakses pada 15 Maret 2015 dari . www.hukumonline.com/pdf. h. 2.

14

Payaman J. Simanjuntak, Undang-undang yang Baru Tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. h. 9.

15

Major Labour Laws of Indonesia, Undang-undang No. 21/2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, Pasal 12 tentang keanggotaan. h. 9.


(37)

22

undang-undang untuk memperjuangkan, membela serta melindungi hak-hak dan kepentingannya tanpa pandang bulu dan diskriminasi. Karena pada hakikatnya pendirian serikat buruh/serikat pekerja itu sendiri adalah untuk melindungi anggotanya secara keseluruhan.

D. Peran Serikat Buruh /Serikat Pekerja

Peranan adalah sesuatu yang diharapkan yang dimiliki oleh individu yang mempunyai kedudukan lebih tinggi dalam kehidupan masyarakat.16 Peran erat kaitannya dengan status,17 dimana di antara keduanya sangat sulit dipisahkan. Soerjono Soekanto melanjutkan bahwa peran adalah pola perilaku yang terkait dengan status. Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan kewajiban sesuai dengan kedudukan maka ia menjalankan suatu peranan. Jadi peran adalah tugas dan fungsi ideal yang seharusnya dilakukan seseorang yang memiliki kedudukan tertentu, sedangkan peranan adalah perwujudan daripada peran ideal itu sendiri.

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan peran sebagai pemain. Peran adalah orang yang menjadi atau melakukan sesuatu yang khas, atau “perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat”. Jika ditujukan pada hal yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, seperti himpunan, gerombolan, atau organisasi, maka peranan berarti “perangkat

16

Peter Salim dan Yeni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press, 1991), h. 1132.

17


(38)

tingkah yang diharapkan dimiliki oleh organisasi yang berkedudukan di dalam sebuah mayarakat”.18

Peranan (role) memiliki aspek dinamis dalam kedudukan (status) seseorang. Peranan lebih banyak menunjuk satu fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Keberadaan individu dalam sebuah organisasi memiliki dampak yang cukup signifikan. Dalam hubungan industrial, serikat buruh memainkan peran yang sangat penting dalam kedudukannya sebagai wakil buruh yang mendorong proses pemenuhan hak dan kewajiban buruh yang menjadi anggotanya.

Untuk mencapai tujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/buruh dan keluarganya, serikat buruh memainkan peranannya dengan cara menjalankan fungsi-fungsinya dalam hubungan industrial. Salah satu dari fungsi serikat buruh ialah mengadakan perundingan dengan pihak majikan mengenai tingkat upah dan kondisi kerja pada perusahaan.19 Perundingan kolektif merupakan suatu cara untuk menyetujui kondisi kerja dan penghargaan (rewards) melalui proses negosiasi antara perwakilan perusahaan dan perwakilan pekerja yang terorganisir secara kolektif.20

Peran atau fungsi serikat buruh lebih lengkapnya akan dijabarkan pada pembahasan berikut mengenai peran serikat pekerja/serikat buruh yang bersumber dari beberapa lembaga.

18

Definisi Peran Menurut Para Ahli, dikases pada 13 Maret 2016 dari http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-peranan-definisi-menurut.html

19

Parker SR, dkk., Sosiologi Industri, (Jakarta: Rineka Cipta. 1990). h. 201.

20


(39)

24

1. Peran Serikat Buruh Menurut ILO (International Labor Organization)21 a. Melindungi dan Memperjuangkan Perbaikan Upah

Serikat pekerja/serikat buruh menyatukan kepentingan dan hak pekerja dengan satu suara bulat untuk menekan pengusaha agar memberikan upah yang wajar dan layak. Tuntutan pekerja untuk memperoleh upah yang layak tidak akan didengar dan pekerja terpaksa harus menerima begitu saja apa yang ditawarkan pengusaha kalau masing-masing pekerja mengajukan tuntutan sendiri-sendiri dan tidak mau bergabung menjadi satu. Hanya bila pekerja mau bersatu dalam serikat pekerja/serikat buruh, barulah mereka dapat mendesak pengusaha untuk memberikan upah yang layak. Dengan bersatu dalam serikat pekerja/serikat buruh, pekerja dapat membuat perjanjian atau persetujuan kerja dengan pengusaha dan mengawasi agar pengusaha menepati perjanjian itu.

Perjanjian atau persetujuan kerja ini juga dapat mencakup hal-hal yang berhubungan dengan hari-hari libur, uang lembur, tunjangan kesehatan, pensiun dan lain-lain. Dewasa ini kondisi ekonomi tidak mengijinkan terjadinya kemajuan. Banyak pekerja yang harus bersiap-siap kehilangan pekerjaan atau merelakan taraf hidupnya turun. Meskipun demikian, pekerja akan mendapatkan jauh lebih banyak kesulitan kalau mereka tidak mempunyai serikat pekerja/serikat buruh untuk menyuarakan kepentingan mereka.22

21

ILO Jakarta, “Buku Pegangan Untuk Serikat Pekerja”, diakses pada 20 Februari 2016 dari www.un.or.id/ilo/bahasa/actrav.htm.pdf h. 7-9.

22


(40)

b. Melindungi Pekerja Terhadap Ketidakadilan dan Diskriminasi Seorang pekerja tidak akan sanggup berjuang sendirian melawan ketidakadilan di tempat kerja, misalnya, seandainya mereka dipecat secara semena-mena, atau diperlakukan seenaknya oleh atasan. Tetapi bila pekerja itu menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh, serikat pekerja/serikat buruh akan bertindak mewakili kepentingannya dan membantunya pada saat ia dikenai tindakan disiplin atau dipecat, serta memastikan agar pekerja itu mendapatkan perlakukan yang adil.

Serikat pekerja/serikat buruh dapat saja menyetujui tindakan pihak manajemen dalam menjalankan prosedur yang harus diikuti untuk mendisiplinkan pekerja. Namun, serikat pekerja/serikat buruh juga dapat menekan manajemen guna memastikan bahwa semua pekerja mendapat kesempatan untuk mendapatkan pembelaan yang layak sebagaimana seharusnya dan didengar keterangannya secara adil. Serikat pekerja/serikat buruh juga bertugas mengupayakan kesempatan yang sama bagi pekerja wanita dan mengupayakan penghapusan diskriminasi terhadap kaum pekerja minoritas.23

c. Memperbaiki Kondisi Kerja dan Melindungi Lingkungan Kerja Pekerja menghadapi banyak resiko kesehatan dan keselamatan kerja. Karena itu, serikat pekerja/serikat buruh bertanggung jawab menekan pengusaha agar memperbaiki kondisi kerja yang ada. Serikat pekerja juga bertanggung jawab menekan pemerintah agar memperketat standar hukum yang ada serta mengupayakan agar

23


(41)

26

standar-standar dan hukum-hukum yang erat kaitannya dengan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja benar-benar diterapkan sebagaimana mestinya.24

d. Mengupayakan Agar Manajemen Mendengarkan Suara Pekerja Sebelum Membuat Keputusan

Dengan menyatukan kepentingan bersama, maka, melalui serikat pekerja/serikat buruh, pekerja memiliki kedudukan yang kuat untuk menekan dan mempengaruhi kebijakan dan keputusan yang dibuat perusahaan. Jadi, meskipun serikat pekerja/serikat buruh terpisah dari manajemen perusahaan, serikat pekerja/serikat buruh juga mempunyai hak untuk mengetahui rancangan keputusan yang akan diambil pihak manajemen. Selain itu, sebelum membuat keputusan-keputusan penting, pihak manajemen hendaknya juga mengkonsultasikannya terlebih dahulu dengan serikat pekerja/serikat buruh.25

e. Mencegah Terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja

Hal ini merupakan bagian tugas serikat buruh untuk berjuang melindungi pekerja-pekerja yang menjadi anggotanya agar mereka tidak sampai diputuskan hubungan kerjanya, dan untuk memastikan agar pekerja mendapatkan jaminan yang memadai untuk dapat terus bekerja. Hal ini jelas tidak mudah, khususnya pada masa-masa sulit yang diakibatkan oleh krisis ekonomi.26

24

ILO Jakarta, “Buku Pegangan Untuk Serikat Pekerja”, h. 8.

25

ILO Jakarta, “Buku Pegangan Untuk Serikat Pekerja”, h. 9.

26


(42)

2. Peran dan Fungsi Serikat Pekerja: Intisari dari UU Serikat Buruh/Serikat Pekerja No. 21 Th. 2000

a. Perlindungan

Menjadi anggota, pekerja terlindungi dari tercabutnya hak hidupnya, dimana menyediakan perlindungan akan pekerjaan (job security). Serikat pekerja menjamin bahwa pekerja tidak menjadi korban, dipermainkan, dilecehkan atau diberhentikan dari pekerjaannya tanpa alasan yang jelas.27

b. Peningkatan akan kondisi dan syarat kerja

Sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan mengacu pada kebutuhan akan perkembangan teknologi yang modern dan modern-nya kondisi kerja, serikat pekerja berusaha keras untuk meningkatkan kondisi dan syarat-syarat kerja dan hidup anggotanya.28

c. Perjanjian Kerja Bersama

Salah satu peran dan fungsi utama serikat pekerja adalah menjamin kepentingan anggotanya melalui perjanjian tawar menawar kolektif. Melalui perjanjian tawar menawar kolektif serikat pekerja berjuang untuk kondisi pengupahan yang lebih baik, kondisi dan syarat kerja yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik bagi anggota dan keluarganya. Dan melalui perjanjian tawar menawar kolektif akan banyak pekerja menjadi anggota karena mereka melihat dan merasakan hal yang baik serta bermanfaat menjadi anggota.29

27Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition

-April 2008. h. 4.

28Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition

-April 2008. h. 4.

29Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition


(43)

28

d. Menangani keluh kesah anggota

Serikat pekerja mewakili anggotanya yang mempunyai keluh kesah dengan membantu mereka dalam mencari dan menangani secara wajar dan adil akan permasalahan dan persoalan yang dimilikinya.30

e. Menyelesaikan perselisihan

Serikat pekerja harus mempunyai pengetahuan, kemampuan dan sumber-sumber untuk melakukan negosiasi dan meyelesaikan perselisihan atas nama pekerja.31

f. Menyediakan manfaat lainnya (untuk kesejahteraan anggota) Disamping menjamin manfaat yang didapat pekerja dari pengusaha, serikat pekerja juga menyediakan manfaat lainnya seperti kesehatan, beasiswa, penginapan, rekreasi, asuransi dan sebagainya, bilamana itu memungkinkan.32

g. Sebagai suara pekerja

Serikat pekerja adalah wakil pekerja dalam menyuarakan dan menyampaikan pandangan dan permasalahan pekerja serta kondisi sosial saat ini. Karena serikat pekerja adalah tanpa disadari berusaha untuk mengembalikan nilai-nilai yang telah hilang; keamanan (security), keadilan (justice), kebebasan (freedom) dan keyakinan (faith). Nilai-nilai tersebut secara tegas dan melekat pada manusia dimana mereka menemukan martabatnya sebagai manusia (human

30Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition

-April 2008. h. 5.

31Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition

-April 2008. h. 5.

32Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition


(44)

dignity) seperti yang dikatakan oleh Frank Tannenbourn dalam

“Philosophy of Labour”.33

h. Menyediakan sarana komunikasi

Komunikasi adalah sarana yang paling efektif dalam menyampaikan suatu pengetahuan atau informasi. Komunikasi harus selalu dipupuk dan dikembangkan dalam serikat pekerja sebagai saran mengadakan hubungan dengan anggotanya, hal itu bisa dilakukan melalui; pertemuan, jurnal atau bulletin, surat kabar, brosur, fasilitas pendidikan dan personal kontak antara pengurus dengan anggota.34 i. Meningkatakan pelaksanaan hubungan industrial untuk

menciptakan keharmonisan hubungan antara pekerja/serikat pekerja dengan pengusaha/manajemen

Hubungan industrial yang harmonis antara pekerja/serikat pekerja dengan manajemen/pengusaha bukan hanya suatu slogan atau usaha dari satu pihak saja untuk mempertahankan tetapi kedua belah pihak. Kita mengingat bahwa pekerja/serikat pekerja-pengusaha/manajemen adalah hubungan jangka panjang (long-term relationships). Jadi sudah sepantasnya jika hubungan jangka panjang tersebut berjalan dengan suasana yang menyenagkan bagi kedua belah pihak.

j. Melakukan kerjasama dan menjalin solidaritas dengan buruh atau serikat buruh lainnya baik secara nasional ataupun internasional

Kerjasama dan solidaritas antar sesama buruh baik secara nasional dan internasional adalah suatu hal yang sangat penting untuk

33Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition

-April 2008. h. 5.

34Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised


(45)

30

meningkatkan pengaruh yang lebih luas, hal ini memungkinkan buruh menjadi lebih terwakili dan mempertinggi kekuatan yang efektif dalam menghadapi tekanan. Kerjasama dan solidaritas serikat buruh adalah kesempatan untuk buruh dalam perwakilan kepentingan secara kolektif menjadi satu, satu suara bulat, berbasis pada keyakinan akan

“divided we fall, united we stand”.35

Serikat buruh bisa bergabung dengan organisasi nasional ataupun internasional, bergabung atau bekerja sama dengan organisasi internasional seperti PSI - Public Services International atau federasi serikat global lainnya (Global Union Federations) ataupun dengan ITUC – International Trade Unions Confederation. Melalui mereka kita akan bergabung bersama dengan jutaan pekerja diseluruh dunia yang berjuang bagi kepentingan dan hak buruh. Melalui bergabung dengan organisasi lain akan mendapatkan manfaat seperti program pendidikan, konferensi, seminar, workshop ataupun kegiatan lainnya yang diselenggarakan oleh organisasi nasional ataupun internasional.36

3. Peran dan Fungsi Serikat Prekerja/Serikat Buruh Menurut UU RI

a. UU Serikat Pekerja/buruh BAB VI Hak dan Kewajiban Pasal 27 Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan berkewajiban:37

35Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition

-April 2008. h. 6.

36Indah Budiarti, “Serikat Pekerja” Revised Edition

-April 2008. h. 6.

37Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia; Major Labour Laws of

Indonesia.. (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2004). Cet. Ke-2. h. 16.


(46)

1. Melindungi dan membela anggota dari pelanggaran hak-hak dan memperjuangkan kepentingannya;

2. Memperjuangkan peningkatan kesejahteraan anggota dan keluarganya;

3. Mempertanggungjawabkan kegiatan organisasi kepada anggotanya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.

b. UU Ketenagakerjaan Bab XI Hubungan Industrial Bagian Kesatu Umum Pasal 102 ayat 2

Dalam melaksanakan hubungan industrial, pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruhnya mempunyai fungsi menjalankan pekerjaan sesuai dengan kewajibannya, menjaga ketertiban demi kelangsungan produksi, menyalurkan aspirasi secara demokratis, mengembangkan keterampilan, dan keahliannya serta ikut memajukan perusahaan dan memperjuangkan kesejahteraan anggota beserta keluarganya.38

c. UU Serikat Pekerja Bab II Asas, Sifat, dan Tujuan Pasal 4

(1) Serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh bertujuan memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan, serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja/ buruh dan keluarganya.39

38Undang-undang Ketenagakerjaan Indonesia; Major Labour Laws of

Indonesia. h. 53.

39

ILO: Undang-undang Serikat Pekerja, (Jakarta: Kantor Perburuhan Internasional, 2004). h. 8.


(47)

32

(2) Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) serikat pekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi:40

a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan industrial;

b. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;

c. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;

e. Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku;

f. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham di perusahaan.

E. Kontrol Terhadap Serikat Buruh

Organisasi adalah alat yang paling penting bagi buruh untuk menyatukan aspirasi mereka. Hal ini tampaknya juga disadari oleh negara orde baru pada saat itu. Pada saat 1955, sejumlah serikat buruh banyak berdiri dan ada dibawah afiliasi partai-partai dengan ciri ideologinya masing-masing. Keadaan ini

40


(48)

dianggap akan menyulitkan investasi modal karena setiap serikat buruh dapat melakukan gerak politik tertentu yang dapat mengganggu keamanan modal. Oleh sebab itu, control dan penataan serikat buruh menjadi salah satu tugas penting untuk menyiapkan infrastruktur akumulasi modal.

Pada tahun 1973 berdiri sebuah serikat buruh yang disebut Federasi Buruh Seluruh Indonesia yang menjadi salah satu organisasi buruh yang diakui oleh pemerintah. Sebagaimana telah diungkapkan dalam seminar perburuhan sebelumnya, serikat buruh ini menyatakan prinsipnya bahwa gerakan buruh harus independen dari seluruh kepentingan politik, tidak dibiayai oleh kepentingan dari luar kepentingan buruh baik sumber dana dari dalam atau luar negeri, aktivitas buruh harus berkaitan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mengembangkan hubungan industrial yang harmonis.41

Dalam prakteknya serikat ini tidak pernah membela kepentingan buruh melainkan malah berlaku sebaliknya. Dari segi kepengurusan sebagian besar dari pengurus diangkat oleh manajemen perusahaan sehingga otomatis memiliki kepentingan berlawanan.42 Serikat buruh ini bukan menjadi sebuah kekuatan yang mampu menggerakan kesejahteraan buruh tetapi justru menjadi legitimasi pabrik untuk menekan aktivitas tersebut. Secara efektif, serikat buruh ini menjadi kepanjangan tangan pemerintah untuk menjaga modal.

Di akhir tahun 1998, sentralisasi serikat buruh dianggap banyak orang telah hilang tetapi secara substansial, negara tetap berkepentingan untuk mengontrol dan tidak membiarkan banyak serikat buruh untuk berdiri. Didalam

41

Vedi R. Hafiz, Workers and The State In New Order Indonesia, Routhledge Studies In The Growth Economic Of Asia, (New York: Routhledge, 1997) h. 77.

42

Vedi R. Hafiz, Workers and The State In New Order Indonesia, Routhledge Studies In The Growth Economic Of Asia, h. 92.


(49)

34

UU No.25 tahun 1997, pasal 27, negara menyatakan kebebasan berdirinya serikat buruh dalam satu pabrik.43 Tetapi, keinginan buruh untuk membentuk serikat buruh nasional tidak mungkin dapat berhasil karena dalam pasal 29 ayat 3, serikat buruh nasional hanyalah serikat yang berdasarkan kepentingan sektor. Artinya, serikat buruh otomatis tidak dapat bergabung dengan serikat buruh yang memiliki sektor berbeda.

F. Kondisi dan Resistensi Buruh

Pada era reformasi, pertumbuhan serikat-serikat buruh semakin meningkat. Hal itu disebabkan karena faktor situasi yang memang memungkinkan untuk membentuk serikat-serikat buruh secara bebas dan independen, disamping juga karena adanya ratifikasi Konvensi ILO tahun 1948.

Berkaitan dengan ratifikasi itu, pada 18 Juni 1998, ILO mendeklarasikan prinsip yang berkembang bahwa ILO seolah-olah hanya mendukung kepentingan negara maju saja. Selain itu, ia juga merupakan jawaban terhadap tantangan globalisasi pasar kerja dan perdagangan yang telah menjadi fokus perdebatan internasional. Deklarasi ILO itu sendiri bertujuan merekonsiliasi keinginan semua pihak dalam hubungan industrial, menggairahkan usaha-usaha nasional seiring dengan kemajuan sosial-ekonomi, mengakomodir perbedaan kondisi lokal masing-masing negara, dan untuk menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM).44

Reformasi yang terjadi pada 1998 merupakan momentum untuk diterimanya delapan buah konvensi dasar ILO, terutama konvensi No. 87. Sebagai

43

Undang-undang RI Nomor 25 Tahun 1997 Tentang Ketenagakerjaan, Bagian Kedua Serikat Pekerja, Pasal 27. diakses pada 8 April 2015 dari http://www.portalhr.com/wp-content/uploads/data/pdfs/pdf_peraturan/1204001119.pdf&sa

44


(50)

dampaknya, gerakan reformasi ini telah menstimulasi pembentukan serikat-serikat buruh baru. Dari pendataan yang dilakukan Kementrian Ketenagakerjaan (Kemanaker) per tahun 2014, tercatat ada 6 konfederasi, 100 federasi dan 6.808 serikat pekerja tingkat perusahaan di Indonesia. Jumlah itu meliputi 1.678.364 orang anggota serikat pekerja (SP).45

Serikat-serikat buruh ini memperoleh peluang yang luas untuk melakukan kerja sama atau berafiliasi dengan gerakan serikat buruh internasional. Hanya sayangnya, para pemimpinnya masih banyak yang berasal dari luar perusahaan sehingga sering mengalami resistensi, terutama dari kalangan para pengusaha.46

Pergantian kepemimpinan nasional di era reformasi, selain berimplikasi pada hubungan industrial antara pekerja dan pengusaha yang semakin rumit, juga berdampak pada bergesernya orientasi kebijakan perburuhan menjadi berstandar internasional, terutama yang berkaitan dengan kebebasan berserikat, penghapusan kerja paksa, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan dalam jabatan dan pekerjaan, serta kebijakan terhadap pekerja anak.47

Di satu sisi, fenomena tersebut membawa secercah harapan bagi buruh untuk sedikit menikmati kue industri. Tingkat kesejahteraan yang layak sangat didambakan oleh setiap buruh untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat menciptakan ketenangan dalam bekerja dan menigkatkan produktivitas kerja. Akan tetapi, di sisi lain, pihak pengusaha tidak dapat segera memenuhi tuntutan kaum pekerja.

45

Data Serikat Pekerja di Indonesia 29 Juli 2015, diakses pada 8 Mei 2015 dari http://m.hukumonline.com/berita/baca/inilah-data-serikat-pekerja-di-indonesia

46

Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 49.

47


(51)

36

Hal itu disebabkan karena mereka harus terlebih dahulu menghitung produktivitas pekerja untuk mengetahui apakah nilai tambah sudah menunjukan efisiensi dalam penggunaan input pada proses produksinya ataukah belum, disamping itu juga karena mereka menghadapi sejumlah pilihan sulit, terutama yang berkaitan dengan pengeluaran sejumlah biaya „siluman’ yang tidak berhunungan dengan proses produksi. Selain itu, persediaan tenaga kerja yang berlimpah juga menjadi salah satu pertimbangan tersendiri untuk tidak segera merespons tuntutan buruh.48

Kenyataan ini menunjukan bahwa tingkat kesejahteraan dan produktivitas ibarat pisau bermata dua karena adanya perbedaan persepsi antara pekerja dengan pengusaha. Dua persepsi dan dua kepentingan yang berbeda ini diharapkan mampu diselesaikan oleh serikat buruh, sebagai lembaga perwakilan buruh yang mampu menjelaskan apa sesungguhnya yang mereka inginkan.49 Lahirnya undang-undang Nomor 13 tahun 2003 adalah bagian dari skenario besar pemerintahan untuk menata dan menegosiasikan kepentingan bersama antara pengusaha, buruh, dan pemerintah.

Jika perusahaan berkepentingan terhadap modal, buruh berkepentingan menaikkan pendapatan maka pemerintah berkepentinag mengamankan makro ekonominya. Sebab, tanpa kondisi yang kondusif, makro ekonomi sebuah negara akan terguncang. Dan, dalam posisi seperti ini, semua pihak akan terkena getahnya.50

Paradigma berpikir model konvensional ini, disadari ataupun tidak, akan menjebloskan kaum buruh pada posisi inverior. Hal ini karena majikan akan

48

Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 51.

49

Abdul Jalil, Teologi Buruh, h. 51.

50


(52)

selalu mencari peluang untuk menurunkan upah buruh demi meminimalisir biaya (cost minimalitation), disamping juga karena tidak adanya sistem yang memungkinkan bagi kaum buruh untuk berposisi sejajar (egaliter) bersama majikan dalam suatu perusahaan tertentu. Buruh akan selamanya menjadi buruh.51

Lemahnya perlindungan negara terhadap buruh menyebabkan keleluasaan bagi para pemilik modal untuk mengurangi kesejahteraan buruh. Salah satu contoh misalnya dengan tidak memberikan upah di atas upah maksimum. Kebijakan upah minimum yang dikeluarkan pemerintah justru disalahtafsirkan menjadi kebijakan upah maksimum dimana berusaha untuk tidak memberikan upah di atas kebijakan itu.

Bila dihitung dari biaya produksi, kenaikan upah sebesar 20-30% sebenarnya tidak mengganggu biaya produksi pabrik. Pengeluaran pabrik justru lebih banyak dialokasikan kepada biaya birokrasi yang terdiri dari iuran tetap ke birokrasi militer ataupun sipil.

Kelemahan struktur itu tampaknya tidak dapat ditutupi UU ketenagakerjaan. UU ketenagakerjaan yang diharapkan dapat melindungi buruh ternyata justru secara implicit melindungi kepentingan modal. Salah satu contoh, seperti pembentukan serikat buruh, telah mengakibatkan serikat buruh telah terpisah-pisah berdasarkan sektor. Demikian pula misalnya dengan hak mogok yang diakui tetapi harus berkaitan dengan permasalahan yang di dalam pabrik dan tidak boleh dilakukan diluar lokasi pabrik. Pengakuan ini adalah pembatasan bagi buruh untul mengekspresikan kepentingan politik mereka.

51


(53)

38 BAB III

PROFIL SPSI-LEM CABANG BOGOR DAN PUK SP-LEM DI PT. GLORIA SATYA KENCANA

Pada bab ini peneliti akan menjabarkan mengenai Profil SPSI-LEM Cabang Bogor dan PUK SP-LEM di PT. Gloria Satya Kencana yang didalamnya akan dijelaskan mengenai sejarah, lambang, visi dan misi, serta tugas dan fungsi pengurus serikat buruh.

A. SPSI-LEM CABANG BOGOR

1. Sejarah FSP LEM-SPSI

Berawal dari Deklarasi Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) pada 20 Februari 1973 dengan Agus Sudono sebagai Ketua Umum pertama. Kemudian pada 1985 terjadi perubahan istilah dari Federasi menjadi Unitaris (kesatuan), yang kemudian mengganti nama dari FBSI menjadi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Fusi 3 SB (SBLK-SBE-SBAMP) menjadi SPSI Sektor LEM dengan ketua Alm. Hikayat Atika Karwa (1985-2007). Kemudian, pada 1994 organisasi mengubah bentuk menjadi Federasi dan mengubah nama SPSI menjadi Federasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSPSI). FSPSI: SP-LEM.

Kemudian, pada tahun 2000, dideklarasikan perubahan bentuk organisasi FSPSI menjadi Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) dan SPA SPSI menjadi Federasi Serikat Pekerja Anggota (FSPA). FSP LEM – SPSI (Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik & Mesin- Serikat Pekerja Seluruh Indonesia).


(54)

2. Visi dan Misi

Adapun visi dan misi dari serikat buruh/pekerja ini sendiri yaitu: Visi:

Melindungi dan mensejahterahkan adalah tujuan kami, Kemitraan menjadi kekuatan kami, Semangat menjadi kepedulian kami.

Misi:

Membangun silaturahmi, komunikasi dan kordinasi, untuk meningkatkan sumber daya manusia, sehingga membentuk kekuatan dalam membela kebenaran dan keadilan.

3. Fungsi Serikat Buruh/Pekerja

Adapun fungsi dari serikat pekerja atau serikat buruh sendiri antara lain adalah:

a. Sebagai wadah dan wahana pembinaan pekerja Indonesia untuk berpartisipasi dalam pembangunan nasional melalui peningkatan kualitas disiplin, etos dan produktivitas kerja.

b. Sebagai pendorong dan penggerak anggota, dalam ikut serta mensukseskan program pembangunan nasional khususnya sektor ekonomi dan sosial budaya.

c. Sebagai wahana peningkatan kesejahteraan pekerja dan keluarganya lahir dan batin serta sebagai pelindung dan pembela hak-hak dan kepentingan pekerja.


(1)

Apa sejauh ini ada kasus yang sampai melibatkan semua divisi? Misalnya tadi soal upah, atau diskriminasi?

Biasanya kawan-kawan kalo perundingan PHK ditolak kan maunya mogok kerja saja, disikapin DPC dengan bijak. Karena ada konsekuensi yang di hal-hal seperti itu bisa turun, kalo masih 2-3orang kita temanin mereka perundingan dulu lah.

Masalah yang sampai sekarang masih sering timbul itu soal apa Pak?

Biasanya, upahlah, kalo diskriminasi gak ada. Perusahaan yang sektoral biasanya merasa berat, bahkan yang menetap rata-rata di PHK, diganti dengan kontrak kerja, seperti itu.

Kalo digambarkan Pak, bagaimana alur pengaduan ke tingkat serikat pekerjanya? Ya oke, misalnya kasus yang ada ditingkat PUK itu, ambil contoh PHK saja yang sering terjadi, berapa orang yang di PHK di perusahaan A mereka sudah berunding tuh, antara SP dan perusahaan tidak ada solusinya, disana tidak ketemu nih artinya bisa saja SP itu minta ganti 2x pabrik, mentok di 1x dan 2x, artinya tidak ada progresnya lagi biasanya mengadu ke kita, SP nya ngadu ke DPC kemudian menceritakan kronologis dsb. Setelah itu mereka bercerita, yasudah kalo ditingkat perusahaan tidak ada kesepakatan, kita bisa melanjutkan ke tingkat mediasi, kemudian DPC sudah menerima pengaduan dari kawan-kawan PUK kita menyarankan untuk membuat surat kuasa biasanya kalo sudah tingkat Kabupaten mereka melimpahkan surat kuasa kepada kita. Setelah membuat surat kuasa kita membikin surat pengaduan, kita dipanggil lah. Nanti kita kasih tanda bukti dsb bahwa kita nerima pengaduan, sehingga maksimal 7 hari kedepan pemerintah itu memanggil beberapa pihak perusahaan yang berselisih tadi, di panggil mereka. Sidang 1, biasanya ada kelengkapan berkas.

Tapi disitu pemerintah sebagai mediator?

Mereka sudah adalah, mediatornya siapa saja, yang dituntut disurat itu siapa saja. Biasanya yang menuntut kan Kadesnya sana, nanti menyelesaikan masalah PTA dengan siapa mediatornya X udah ditulis disurat itu, yaudah kita ketemu sama beliau, kita sampaikan. Sidang pertama biasanya kelengkapan berkas tadi, berkasnya apa saja, surat kuasanya masing-masing pihak mana? PP nya ada gak? PKB nya ada nggak? Ditanyain sebatas berkas kasus lah. Seperti itu loh. Bipatritnya sampai dimana? Berita acara dsb, jumlah orangnya berapa. Selesai itu sebentar itu, yaudah berarti di agendakan kapan lagi prosesnya. Dan yang mengagendakan itu si mediator, nah biasanya nggak sampai


(2)

seminggu lah ya. Contohnya 3 hari kemudian diagendakan yang namanya sidang mediasi pertama.

Biasanya sampai berapa Pak?

Kalo kita regulasinya sih 4 kali sidang pertama adalah kelengkapan berkas sidang mediasi 1 sidang mediasi 2 dan sidang mediasi 3 dengan kurun waktu itu 1 bulan berarti bisa 5 hari sekali atau 7 hari sekali seperti itu.

Berarti yang dilibatkann DPC terus serikat pekerja DPT?

Bisa serikat pekerja yang disana karena sudah menguasakan kepada kita bisa saja hadir bisa saja tidak.

Jadi langsung DPC dan mediator sama pihak perusahaan?

Iya, tapi rata-rata mereka ikutlah pengen taulah bagaimana sih seperti sidang ketemu sama siapa dan sebagainya. Sehingga sudah masuk tripatrit, yaitu 3 unsur tadi kalo sudah masuk mediasi berarti kan ada perintah tadi. Ada mediator, ada SPnya, DPCnya, ada pengusahanya. Sudah lengkap. Mulai sidang lah mediasi disitu. Oke ya. Sudah masuk mediasi. Mediasi sudah ada waktunya ni ada kesepakatan gak nih mediasi. Ya kan? Sebelumnya biasanya kalo sebelum masuk ke mediasi mediator itu menyarankan pada mau damai gak? Kan begitu. Pengusaha, SP, damai gak? oh gak mau, mediasi saja. Sepakat mediasi. Pilih mediator A. Yasudah kesepakatan nih, SP sama pengusaha tanda tangan surat itu milih mediasinya Mr. X. Yasudah tanda tangan juga. Oke berarti lanjut minggu depan mediasi 1. Sudah mediasi 1 yasudah kita sudah, sampeyan pemerintah, disitu pengusaha. Misalnya saya SPnya dia sebagai mediator penengah nih udah, suruh menyampaikan kasusnya apa. Biasanya yang mengadukan SP, yang disuruh SP dulu. “Pak nanti kalo saya sudah selesai dari Pemerintah ke SP. Apa tanggapan sampeyan?” catet sama mediator. Kalo sudah gamau damai yasudah nanti ada sidang mediasi sampai 3 lah dengan kurun waktu 30 hari kerja. Setelah pada 30 hari kerja para pihak ternyata tidak ada kesepakatan, tidak mau berdamai, mediator mengeluarkan namanya anjuran. Surat anjuran. Surat anjuran tersebut tadi isinya adalah pertimbangan- pertimbangan mediator kemudian pendapat masing- masing pihak. Dan tuntutan- tuntutan masing-masing. Bapak menuntut 1x pihak pengusaha ditulis nanti sama mediator. Kemudian dipaling bawah mediator menyampaikan anjuran. Harus di pekerjakan kembali, dua harus dibayar upahnya. Seperti itu biasanya isi anjuran. Dikeluarkan disampaikan kepada para pihak nih. Berarti ada


(3)

rangkap 2 asli, 3 sebenarnya. Yang 1 di file, sama dinas tenaga kerja, yang asli 1 ke SP yang asli satu ke perusahaan. Ada 3 asli tuh anjuran setelah keluar anjuran, biasanya dalam anjuran dicantumkan tuh. Kurun waktu 10 hari kerja masing- masing pihak jika menerima harus menyampaikan secara tertulis sama dinas dan menyampaikan kalo SP menerima isi anjuran berarti kita sebagai kuasa hukumnya menyampaikan secara tertulis sama pihak pemerintah.

Kalau setelah 10 hari tidak ada tindak lanjut bagaimana?

Setelah sepuluh hari masing-masing tidak ada, biasanya kita kan kalo ditingkat mediasi kalo klaim Bogor terus terang saja, kita menang terus lah. Rata-rata menang lah. Sampai 99% sekian menang lah posisi kita lah. Kita rata-rata menerima itu dan membuat berkas bahwa kita SP Lem kuasa hukum A, B, C, D menerima isi secara keseluruhan atau sebagian menerima. Kita bikin surat kesana. Kalo tidak menerima, biasanya perusahaan tuh yang agak bandel tuh. Perusahaan diem-diem saja. Menerima atau tidak nih? Kan seperti itu. Udah waktu 10 hari lewat. Kalo 10 hari tidak membuat surat, berarti dianggap menolak. Dianggap menolak kalo diem saja. Berarti mau gamau biasanya yang kasus seperti itu SPnya kuasa hukum tadi melakukan gugatan. Nah gugatan ini kan ke PHI Bandung, kalo kita kan Jawa Barat baru ada satu PHI di Bandung. Pengadilan hubungan industrial. Nah, khusus tuh untuk pekerja. Nah kalo di DKI juga ada PHInya. Daerah Jakartra Timur atau apa ya itu. Seharusnya PHI tadi di kantor-kantor pengadilan buruh tadi harusnya sesuai dengan UUD Nomor 2 2004 masalah PHI. Itu harus didirikan di area-area industri. Tapi sampai sekarang belum bisa. Itu baru bisa didirikan di tingkat-tingkat provinsi saja. Seharusnya Bekasi ada tuh, Jakarta Timur ada, tapi sampai sekarang belum bisa. Biasanya masalah budget pemerintah lah. Budget pegawai dan sebagainya itu alasan mereka lah. Sehingga baru bisa didirikan di tingkat-tingkat provinsi. Yasudah kita bikin surat gugatan berdasarkan notulen bipatrit dari bawah kita susun lagi kemudian dari mediasi kita kumpulkan lagi semuanya kita bikin gugatan. Nah, pengadilan hubungan industrial. Udahlah bikin gugatan, kronologi dan macem-macem, termasuk terakhir kita tuntutan. Kita menuntut apa sih? Apakah menuntut dipekerjakan kembali? Apakah menuntut pesangon. UUD 13 dst.

Bagaimana proses peradilan di PHI sendiri?

Kita ajukan kesana, kita daftarkan. Nah, biasanya kita daftar hari ini, nah kita contohkan saja, kalo contohnya milih gugatan pesangon dibawah 150 juta kita gak kena cas. Kita gak


(4)

ada biayanya. Nanti biaya sidang dan sebagainya di biayain sama pemerintah. Sekitar 15 hari kerja. Kelengkapan berkas dan ranahnya sudah hukum nih kalo ditingkat.. kita bisa nego-nego nih. Biasanya kita di PHI itu bisa 3 bulan karena sidang kelengkapan berkas sampai dibacakan putusan itu 10 kali sidang. Ya.. yang perusahaan yang ga dateng. Kalo perusahaan gak dateng tetep kita minta sidang langsung di catet sama panitia perusahaan tidak hadir. Sebenarnya sebentar, gak sampai 5 menit lah sidang tadi, yang lama paling di pembukaan kemudian saksi itu sampai 30 menit dsb. Nah kurun waktu 3 bulan itu sudah ada putusan dibacakan. Siapa nih yang kalah dan yang menang nih? Kan begitu kalo sidang. Yasudah kalo memang kalah. Dikasih waktu 14 hari kerja. Contohnya hari ini dibacakan, dia ada waktu 14 hari yang kalah tadi apakah mau kasasi atau tidak? Kalau dalam kurun waktu 14 hari dia diem-diem aja berarti menerima nih. Menerima putusan PHI. Berarti mau gamau kalo putusan PHI di pekerjakan ya harus dipekerjakan, kalo keputusan PHI ini harus dibayar 2x, karyawanya ya harus dibayar 2x. Kurun waktu 14 hari. Kalo kurun waktu kurang dari 14 hari. Mereka membuat kasasi. Yasudah berarti lanjut kasus itu, ke Mahkamah Agung. Biasanya nanti mereka membuat kontra memori. Nah, yang dikalahkan tadi mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung tetapi lewat hubungan industrial dan tidak datang langsung ke MA tetapi lewat pengadilan hubungan industrial. Di daftarkan lagi tuh nomornya berapa, sekitar 3 bulan kemudian, baru sampai tuh putusan MA itu. Kita ga sidang. Kita tinggal nunggu aja putusan Mahkamah Agung itu lewat PHI tadi, komunikasi sama PHI. Udah selesai belum. Seperti itu, yang kita tangani kita sudah 3 perusahaan. Di tahun 2014, 2015, 2016 itu ada 3 perusahaan yang kita tangani Alhamdulillah kita menang terus. Kasusnya PHK semua. Alhamdulillah kita posisi menang semua. Kita ga minta pesangon.

Kalo sidang pengadilan itu dilihat benar-benar sama hakim itu bagaimana buktinya, bagaimana saksinya. Seperti itulah. Tapi kalau kita andaikan kemaren pernah bahwa mogok kerja atau unjuk rasa itu data pamungkas kita lah. Tapi sudah kita sampaikan sama yang dibawah jangan sering digunakan lah. Beresiko. Kasihan yang dibawah. Gituloh. Nanti sekarang mogok, mereka bisa di PHK. Dengan nanti masuk pengadilan dengan alasan mogok kerja tadi biasanya rata2 itu kalah. Kita kalah. Makanya usahakan semuanya jangan sampai mogok. Itu senjata pamungkas kalo ga terlalu penting.


(5)

Udah pilihan yang paling terakhir ya Pak?

ya, tentu sudah gabisa perundingan dan macem2 mereka tetp aja kekeh. Kita lewati dulu ajalah minimal sampai mediasi lah ya. Dan sampai mediasi itu kan masih ada perundingan masih tahap2 perundingan bipartitemediasi sama pemerintah masih kita bisa diskusikan sama pengusaha.

Kalo misalnya pemerintah yang di posiusi mediasi ini Pak yang pertama Pak? Kan kasih saran tuh sifatnya memang ada harusnya untuk kondisi kaya gini, keputusan yang diambil harus kaya gini,tertulis atau tentative?

Tertulis. Ya tertulis. Kebanyakan menyarankan ni. Bagaimana ini mau diskusi apa enggak. Biasanya terkadang perusahaan sama mediator itu dia kumpul satu kamar. Nah kira2 apa sih maunya perusahaan satu kamar. Nah kemudian setelah mereka keluar, biasanya SP juga di panggil sama satu kamar. Apa saja yang di mau SP. Baru ketemu bareng. Seperti itulah. Kalo ga ketemu yaudah gak bisa lanjut. Sidang-sidang terus. Biasanya dalam mediasi terkadang bisa SP yang tdk hadir atau perusahaan yang tidak hadir. Nah biasanya yang tidak hadir yang selama ini malah perusahaan yang nggak hadir. Bandel-bandel gitulah. Nah kalo bandel yoo mau gamau pemerintah berpihak sama buruh. Gituloh. Walaupun terkadang kita agak salah. Yasudah itu perusahaan dipanggil sama pemerintah kok ga hadir. Tidak menghormati pemerintah. Kan seperti itu. Makanya ada yang namanya utusan perstek itu keputusan dari dinas tenaga kerja yang setiap kali sidang itu tidak di hadirkan oleh pihak pengusaha. Yasudah di fresteg aja namanya. Dan apa yang di mau SP, pemerintah mau. Seperti itu aja. Sehingga tidak ada dalam segala anjuran tadi tidak ada pendapat pengusaha. Adanya pendapat serikat pekerja atau kuasa hukumnya. Loh pengusaha kan ga adil masalahnya. Sampai kurun waktu 30 hari kerja mbak ya kan? Itu ga hadir yasudah. Itu di beri anjuran semua yang kita minta pasti ada disitu.lah gak adil kok, berarti malah ga enak sebenernya kita gituloh.

Tapi ada yang pernah kaya gitu Pak? saya pernah kaya gitu 2x kaya gitu.

2x kaya gitu Pak?

Kasusnya pelanggaran disiplin, karyawan bandel gitulah. Bandel gitulah, hari ini masuk, besok enggak. Gitu terus. Sudah ada SP1/2/3 masih aja bandel. Perusahaan gak mau kan kalo seperti itu. yasudah bicara angka disitu lah. Kalo endesepener biasnya PHK. Kan kita


(6)

seharusnya hanya 1x kan . SP memperjuangkan ke arah 1x. Gituloh. Awalnya karyawan itu mau cari uangnya gituloh. Yaudah dengan cara dia membuat cara seperti itu endespener dapatnya Cuma 1x. Dan itu kalah, nah tapi ada beberapa kali kita jalan seperti itu, tapi akan kalah menang lah. Tapi kalo kasus2 endespener kita biasanya selesai ditingkat mediasi. Kita gak sampai ke pengadilan lah. Kalo yang di PHK dengan jumlah sekian orang kita teratur, sampai nilainya 1,6 M kan kita pernah ya dengan yang 23 orang itu ditambah dengan yang 5 orang itu. pernah kan uangnya dihitung disini uangnya 3 koper itu dari perusahaan, dapet.

Tapi selama jadi DPC gitu Pak kesulitan-kesulitan, kendala-kendalanya apa Pak biasanya? Yang Bapak rasain deh, soalnya temen2 kan suka gitu Pak, abis nanganin kasus ini, kita kan biasanya begitu Pak?

Kita kalau udah di LEM agak berbeda sama SP lain lah. Kita sudah sampaikan masih sekian persen membantu kawan-kawan ada kasus tidak orientasi sama kalo saya sama jam kerja saya malah gak menentu. Biasanya kalo saya ga ada kegiatan, saya ga dateng kok. Saya ada bisnis dirumah kok gituloh. Kalo terkadang ya yang tadi biasanya hari Minggu, hari libur itu kita ada undangan tuh, nah seperti itu yang terkadang. Gimana nih? Yaudah mau gamau kita membela karyawan, kita posisinya sebagai sarekan pekereja, sudah kita datang, walaupun itu di hari2 libur.