2.5. Fungsi Fitoestrogen
Fitoestrogen dapat berikatan dengan reseptor estrogen di organ-organ, seperti prostat, ovarium, paru-paru, vesika urinaria, ginjal, uterus dan testis,
dan menimbulkan efek estrogenik, walaupun efek fitoestrogen pada organ- orang tersebut memang kurang poten dibandingakan 17β estradiol, namun
dengan kadar yang tinggi dan berulang dapat menimbulkan efek yang potensial. Hal ini disebabkan karena reseptor estrogen akan diduduki oleh
fitoestrogen dan tidak dapat diduduki oleh estrogen. Fitoestrogen setelah berikatan dengan reseptor estrogen, akan menyebabkan timbulnya aktivitas
estrogenik yang relatif lemah Tsourounis 2001. Dengan kata lain, fitoestrogen dapat menggantikan fungsi estrogen. Fungsi estrogen
diantaranya adalah mempengaruhi ukuran uterus dan organ kelamin wanita. Ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina semuanya akan bertambah besar
atas pengaruh estrogen. Pembesaran juga terjadi pada genitalia eksterna akibat meningkatnya deposisi lemak. Estrogen juga mengubah epitel vagina
yang semula epitel pipih selapis menjadi kuboid bertingkat. Pada tuba fallopii estrogen menyebabkan bertambah banyaknya sel silia yang
membatasi tuba fallopii. Estrogen menyebabkan perubahan nyata pada endometrium dan kelenjarnya akibatnya ukuran uterus bertambah dua
sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelum pubertas. Selain itu, estrogen juga menyebabkan perkembangan jaringan stroma payudara, pertumbuhan
duktus yang luas dan deposisi lemak pada payudara Guyton Hall 1997.
2.6. Metabolisme Fitoestrogen
Fitoestrogen yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu isoflavon, lignan, dan coumestan masing-masing memiliki metabolisme tersendiri. Isoflavon
memiliki dua glikosida utama yaitu: genestein dan daidzein yang terdapat dalam bentuk tak terkonjugasi aglikon yang didapatkan setelah proses
hidrolisis dan bentuk terkonjugasi beta glokosida Rishi 2002. Aktifitas biologis tiap-tiap glikosida ini tidak banyak diketahui, namun aktifitasnya
tidak seperti estrogen aktif. Glikosida dihidrolisis menjadi bentuk aglikon genestein dan daidzein yang bersifat estrogen aktif akibat metabolisme
mikroflora intestinum. Glikosida lain yang juga terdapat pada isoflavon jumlahnya tidak signifikan adalah Biochanin A dan Fermononetin Ososki
Kennelly 2003. Baik Biochanin A maupun Fermononentin akan dihidrolisis oleh mikroflora intestinum menjadi genestein dan daidzein
aglikon. Genistein dimetabolisme lebih lanjut di usus menjadi bentuk senyawa inaktif p-etilfenol, sedangkan daidzein diubah menjadi equol,
dihidrodaidzein, dan O-desmetilangolensin. Selanjutnya isoflavon akan diabsorpsi oleh usus, kemudian akan masuk ke pembuluh darah. Isoflavon
akan mengalami metabolisme lebih lanjut berupa konjugasi aglikon dengan asam glukoronik dan asam sulfur dalam jumlah sedikit di hati. Senyawa
isoflavon kemudian akan diekskresikan melalui urin Rishi 2002. Gambaran keseluruhan proses ini dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Absorpsi, metabolisme dan ekskresi isoflavon Rishi 2002.
glicitin daidzein
glicitin genestein
Hidrolisis oleh bakteri intestinum
daidzein
genestein formonontein
Biochanin A Hidrolisis oleh
bakteri intestinum
glukosa
Demethylation Dehydroxylation
Reduction Ring clevage
Metabolisme genestein:
p- ethylphenol
Metabolisme daidzein: Equol
Dihydrodaidzein O-
desmethylangolensin absorpsi
Konjugasi di hati Sirkulasi enterohepatik
Ekskresi : urin
Pada kelompok lignan, fitoestrogen akan diabsorbsi sebagai metabolit prekursor dalam bentuk secoisolariciresinol dan matairesinol yang terdapat
pada lapisan aleuronik yang letaknya dekat dengan lapisan fiber pada biji. Kedua prekursor ini akan berubah bentuk menjadi bentuk difenol yaitu
enterodiol dan enterolacton setelah mengalami proses fermentasi oleh mikroflora di kolon. Enterodiol dan enterolacton memiliki struktur yang
mirip dengan estradiol. Senyawa ini akan diekskresikan melalui urin setelah mengalami proses absorbsi sebelumnya Rishi 2002. Senyawa coumestan
akan mengalami proses metabolisme di hati menjadi senyawa yang lebih aktif melalui proses demetilasi. Senyawa ini juga akan didegradasi menjadi
senyawa yang bersifat asam sederhana dan fenil Kaushik-Basu et al. 2008.
2.7. Biologi Umum Tikus Putih