Keterkaitan Luas Pengusahaan Lahan dengan Kesenjangan Pendapatan

jumlah responden 22 persen, luas lahan 5001 – 10000m 2 nilai indeks Gini pengusaan lahan 0.12 dengan persentase responden 30 persen, luas lahan 10.001 – 20.000m 2 nilai indeks Gini ratio pengusaan lahan 0.11 dengan persentase jumlah responden 18 persen, dan luas lahan lebih besar 20.000m 2 nilai indeks Gini 0.26 dengan jumlah responden 9 persen. Angka indek gini cenderung terus menurun dengan penambahan luas lahan terutama terjadi pada luas lahan kurang dari 20.000m 2 . Pada luas lahan diatas 20.000 m 2 kita melihat indek Gini meningkat dan nilai indeks Gini ratio kembali menurun pada luasan diatas 20.000m 2 . Hubungan Gini ratio pengusaan lahan dengan luas lahan berbentuk kurva U dimana angka Gini ratio yang tinggi pada luas lahan kecil kemudian bergerak ke angka Gini ratio yang lebih kecil pada luas lahan yang lebih luas kemudian angka Gini ratio yang meningkat pada luas lahan yang sangat luas. Gambar 22 Angka Gini ratio pengusaan lahan berdasarkan luas lahan Berdasarkan Gambar 23 nilai Gini ratio pendapatan dilihat dari luas penguasan lahan yang lebih keci dari 2.000m 2 nilai indeks Gini ratio 0.41 dengan jumlah 21 persen responden, luas lahan 2.001- 5.000 m 2 nilai indeks Gini pendapatan 0.38 dengan persentase jumlah responden 22 persen, luas lahan 5001 – 10.000m 2 nilai indeks Gini pendapatan 0.34 dengan persentase responden 30 persen, luas lahan 10.001 – 20.000m 2 nilai indeks Gini ratio pendapatan 0.44 dengan persentase jumlah responden 18 persen, dan luas lahan lebih besar 20.000m 2 nilai indeks Gini pendapatan 0.42 dengan jumlah responden 9 persen. 0,22 0,14 0,12 0,11 0,26 0,21 0,22 0,30 0,18 0,09 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 2000 2001-5000 5001-10000 10001-20000 200000 An g k a G in i Rat io Gini Ratio Lahan Persentase Responden sebelum X 100 Gambar 23Angka Gini ratio pendapatan berdasarkan luas penguasaan lahan Angka indek Gini cenderung terus menurun dengan penambahan luas lahan terutama terjadi pada luas lahan kurang dari 10.000 m 2 . Pada luas lahan diatas 10.000 – 20.000 m 2 kita melihat indek Gini pendapatan meningkat dan nilai indeks Gini ratio kembali menurun pada luasan diatas 20.000 m 2 . Berdasarkan dari uraian diatas dapat disimpulkan hubungan Gini ratio pendapatan dengan luas penguasaan lahan berbentuk kurva U dimana angka Gini ratio yang tinggi pada luas lahan kecil kemudian bergerak ke angka Gini ratio yang lebih kecil pada luas lahan yang lebih luas kemudian angka Gini ratio yang meningkat pada luas lahan yang sangat luas. Dari penelitian Mudakir 2011 mengatakan status pengusaan lahan mempunyai pengaruh terhadap distribusi pendapatan, petani yang mempunyai pengusaan lahan yang lebih luas cenderung mempunyai pendapatan yang lebih besar dibanding pengusaan lahan yang lebih sempit. Menurut Wiradi 2009 bahwa hasil produksi per hektar umumnya berkorelasi negatif dengan luas usahatani, sehingga usaha pemerataan penguasaan atas tanahmelalui land reform secara potensial dapat menunjang sekaligusdua tujuan utama pembangunan, yaitu kenaikan produksidan pemerataanusahatani, sehingga usaha pemerataan penguasaan atas tanahmelalui land reform secara potensial dapat menunjang sekaligusdua tujuan utama pembangunan, yaitu kenaikan produksidan pemerataan. Analisis Korelasi Pearson Korelasi Gini ratio pendapatan dengan Gini ratio luas pengusaan lahan menurut luasan yang berbeda dengan menggunakan minitab 15 maka didapat angka sebagai berikut : Pearson correlation of Gini ratio pendapatan usahatani and Gini Ratio Pengusaan Lahan r = 0,338P-Value = 0,578 Nilai r = 0,33 menunjukan adanya korelasi yang rendah antara Nilai Gini ratio pendapatan usahatani dengan nilai gini ratio pendapatan usahatani Berdasarkan hasil korelasi ada hubungan antar luas pengusaan lahan dengan besaran pendapatan usahatani yang diterima oleh petani. Mengenai distribusi lahan, Wiradi 2009 memperlihatkan Gini ratio pengusaan lahan rata-rata diatas 0.70 untuk daerah pedesaan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Wiradi juga mencoba melihat hubungan antara Gini 0,41 0,38 0,34 0,44 0,42 0,21 0,22 0,30 0,18 0,09 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 2000 2001-5000 5001-10000 10001-20000 200000 An g k a G in i Rat io Angka Gini ratio Pendapatan Usahatani Persentase Responden sebelum x 100 ratio pendapatan dan luas penguasaan lahan. Dari penelitian diperoleh hubungan yang erat antara distribusi pengusaan lahan dengan distribusi pendapatan petani. Gambar 24 Gini Ratio pendapatan berdasarkan status lahan Berdasarkan Gambar 24 nilai Gini ratio pendapatan status milik 0.44 ketimpangan sedang, nilai gini ratio pendapatan status sewa 0.38 ketimpangan sedang, nilai Gini ratio pendapatan milik+sewa 0.31 ketimpangan rendah. Status milik+sewa mampu memperlihatkan distribusi pendapatan lebih merata. Menurut Adnyana2000Indeks Gini di Jawa cenderung meningkat dari 0.72 menjadi 0,78, demikian juga di luar Jawa, meningkat dari 0.53 menjadi 0.54. Ketimpangan pemilikan tanah di Jawa lebih besar dibandingkan luar Jawa. Berdasarkan Gambar 25 nilai Gini ratio pengusaan lahan menurut status milik 0.46 ketimpangan sedang, nilai Gini ratio penguasaan lahan menurut status sewa 0.28 ketimpangan rendah, nilai Gini ratio pengusaan lahan menurut status miliks+sewa 0.36 ketimpangan sedang. Status sewa memiliki nilai Gini ratio yang paling merata dibanding dengan sistem milik maupun sistem milik+sewa, karena pada sistem sewa jumlah 11 responden dari 122 responden dengan luas rata-rata sewa 2.174 m 2 . Gambar 25 Gini Ratio penguasaan lahan berdasarkan status lahan Berdasarkan Gambar 26 memperlihat nilai angkaGini ratio pendapatan usahatani 0.47 dibandingkan dengan nilai angka Gini ratio pendapatan total 0.45. Artinya dengan adanya pendapatan dari luar pertanian mampu menurunkan nilai angka indeks Gini dari 0.47 menjadi 0.45. Berdasarkan angka indeks Gini pada gambar menunjukan bahwa ketika terdapat pendapatan diluar hasil pertanian, ketimpangan jadi lebih kecil. Dari perubahan indeks tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya pendapatan diluar pertanian mampu meningkatkan pendapatan total. Menurut Mudakir2011 tingkat ketimpangan pendapatan petani tanpa pendapatan di luar pertanian relatif lebih tinggi dibandingkan ketimpangan 0,44 0,38 0,31 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Status Milik Status Sewa Status Milik + Sewa An g k a G in i R at io 0,46 0,28 0,36 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Status Milik Status Sewa Status Milik + Sewa An g k a G in i Rat io pendapatan petani yang telah memasukan pendapatan dari luar pertanian, Pendapatan petani di luar hasil pertanian mampu mengurangi ketimpangan pendapatan. Gambar 26Gini ratio berdasarkan sumber pendapatan Berdasarkan Gambar 27 ditampilkan angka rata-rata Gini ratio pendapatan 0.4 menunjukan ketimpangan sedang, kemudian angka Gini ratio pengusaan lahan 0.28 dikatagorikan kedalam ketimpangan sedang. Dilihat dari distribusi luas lahan yang sedang menunjukan bahwa masih terdapat ketimpangan dalam pemilikan maupun pengusaan luas lahan,ditinjau dari distribusi pendapatan dengan ketimpangan sedang menunjukan adanya kondisi yang kurang baik dalam jumlah pendapatan yang diterima. Angka Gini ratio rata-rata penguasaan lahan lebih merata dibanding dengan angka rata-rata Gini ratio pendapatan dikarenakan lahan terprahmentasi karena adanya hukum waris. Gambar 27 Angka rata-rata Gini ratio Besarnya pendapatan rumah tangga petani di pedesaan akan berpengaruh dalam pengeluaran untuk barang dan jasa yang akan dibeli. Jumlah pendapatan yang diperoleh tiap rumah tangga di perdesaan tidak sama besarnya, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan-perbedaan dalam : 1 penguasaan lahan pertanian, 2 modal usaha, 3 kesempatan untuk memperoleh lapangan kerja, baikdi sektor pertanian maupun diluar sektor pertanian. Perbedaan dalam pendapatan akan berpengaruh terhadap pengeluaran rumah tangga petani kecil, yang hanya mampu membeli barang kebutuhan pokok saja, seperti beras dan lauk pauk ala kadarnya. Distribusi pengusaan lahan dapat dilihat dari kurva Lorenz berdasarkan gambar 28A menunjukan distribusi pendapatan untuk masing-masing status 0,47 0,45 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 Pendapatan Usahatani pendapatan Total A ngk a G ini R a ti o 0,4 0,28 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 Rata-rata Gini ratio Pendapatan Rata-rata Gini ratio Penguasaan Lahan An g k a g in i Rat io pengusaan lahan. Garis distribusi sewa dan milik sewa hampir berhimpitan dan paling dekat dengan garis diagonal garis kemerataan, yang berati tingkat kepincangan lebih rendah jika dibandingkan dengan satus milik. Gambar 28B menunjukan kurva Lorenz pengusaan lahan menurut status sewa, serta status milik + sewa juga saling berhimpitan dan juga lebih mendekati garis diagonal, artinya lebih merata pengusaan lahan menurut status sewa,maupun milik + sewa. Secara teoritis, petani yang memiliki dan menguasai lahan yang luas akan mempunyai pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan petani yang berlahan sempit, karena luas pemilikan dan pengusaan lahan merupakan faktor utama yang mempengaruhi tingkat pendapatan petani, seperti dikemukakan oleh Sajogyo 1989, Tan 1991 dan Singarimbun dan Effendi 1989. Jumlah penduduk miskin dilihat dari luas lahan kurang dari 1 ha sangat banyak dilihat menurut pendapatan pertanian maupun pendapatan total baik dilihat dari sisi kecamatan maupun dari sisi status kepemilikan lahan. Gambar 28 Kurva Lorenz Untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik BPS membuat perkiraan jumlah penduduk miskin dibedakan antara wilayah perdesaan, perkotaan dan propinsi di Indonesia yang berpatokan pada pengeluaran rumah tangga menurut data SUSENAS Survei Sosial Ekonomi Nasional. Penduduk miskin ditentukan berdasarkan pengeluaran atas kebutuhan pokok, yang terdiri dari bahan makanan maupun bukan makanan yang dianggap sebagai dasar dan diperlukan dalam jangka waktu agar dapat hidup secara layak. Dengan cara ini, maka kemiskinan diukur sebagai tingkat konsumsi per kapita di bawah suatu standar tertentu yang disebut sebagai garis kemiskinan poverty line. Berdasarkan Tabel 21 pada luas lahan 0 – 2000 m 2 jumlah penduduk miskin 100 , luas lahan 2.001- 10.000 m 2 jumlah penduduk miskin 46,1 , dan luas lahan 10.000 m 2 jumlah penduduk miskin 6,8 . Jika dilihat dari 122 responden maka 49,1 responden tergolong miskin. Semakin luas proporsi lahan yang dikuasai maka maka sedikit presentase jumlah responden miskin. Menurut Wiradi 2009 penyebaran keluarga miskin menurut luas pemilikan tanah, bahwa dalam strata pemilikan tanah yang lebih rendahlah terdapat proporsi keluarga miskin yang lebih besar. A B Tabel 21 Persentase responden miskin menurut luas lahan Luas lahan Jumlah Responden Keluarga Miskin Persentase Keluarga miskin berdasar luas lahan – 2.000 m 2 2.001 – 10.000 m 2 28 65 28 30 100 46,1 10.000 m 2 29 2 6,8 Total 122 60 49,1 Luas lahan yang sempit mengakibatkan pendapatan petani rendah selain luas lahan, faktor umur responden yang rata rata berumur 55 tahun ini akan membuat rendah tingkat produktifitas produk petani karena usia yang sudah lanjut. Usia lanjut ini adalah masalah utama di sektor pertanian saat ini karena orang yang lebih muda tidak terlalu tertarik untuk terjun ke sektor pertanian karena tingkat upah yang sangat rendah, bagi kaum muda lebih baik menjadi tukang ojek dengan pekerjaan yang lebih ringgan dan pendapatan yang lebih tinggi. Jumlah tanggungan keluarga di daerah penelitian rata-rata 4 orang perkepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga yang banyak ini seharusnya dapat meningkatkan ekonomi keluarga seandainya mereka juga dapat menjadi tenaga kerja tambahan di lahan yang mereka miliki namun, pada kenyataan yang bekerja tetaplah hanya satu orang saja pada lahan yang mereka miliki. Juamlah Responden yang berpendidikan hanya Sekolah Dasar adalah yang paling banyak di daerah penelitian yaitu 53 persen responden berpendidikan SDsederajat. Rendahnya tinggka pendidikan petani ini diduga berpengaruh terhadap kemampuan penggunaan teknologi ini dapat dibuktikan ternyata hanya 23 persen petani yang menggunakan teknologi dalam membantu proses tanam. Ditinjau dari segi kondisi perumahan responden banyaknya petani miskin dapat dilihat ada 57 persen rumah non permanen, 51 persen memakai air minum dari sumur sendiri, ada 45 persen pengguna kayu bakar sebagai bahan bakar. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa memang jumlah pemilik lahan sempit yang banyak sebanding dengan jumlah rumah non permanen yang cukup banyak pula. Serta kondisi lainnya yang juga cukup memperihatinkan. Bank Dunia dalam laporan tahunannya menyatakan bahwa untuk dapat memerangi kemiskinan di perdesaan maka petani harus diberi kesempatan untuk dapat memperoleh bantuan kredit bagi petani. Namun di daerah peneliatan di dapatkan fakta tidak ada satupun responden yang pernah berhubungan dengan lembaga keuangan baik melaui Bank atau koperasi. Kondisi ini dapat saja terjadi dikarenakan wilayah penelitian masyarakat masih mengharamkan bunga bank dan juga takut tidak mampu mengembalikan pinjaman. Kemiskinan juga terjadi karena petani tidak memperoleh akses kepada kegiatan ekonomi di luar peranian oleh karena umur, rendahnnya pendidikan mereka tidak dapat memperoleh pendapatan tambahan dari pekerjaan sampingan lain. Hanya ada 20 persen responden yang memilik pekerjaan di luar sektor pertanian ini sejalan dengan jumlah keluarga yang tidak miskin di daerah penelitian.

5.7 Implikasi Kebijakan

Unsur-unsur dalam pengusaan lahan petani pemilik, pengarap, penyewa dalam lahan pertanian sawah, kebun, desa sebagai kumpulan orang atau masyarakat , pamong desa sebagai sosok pemimpin. Hubungan antara petani dalam pengusaan lahan semakin komplek akibat dari keterbatasan lahan diantara mereka. Adanya kombinasi dari status pengusaan lahan bagi petani yang tak mempunyai lahan akan dapat meningkatkan pendapatannya, dengan cara gadaimaupun bagi hasil yang kurang populer di daerah penelitian sedangkan cara sewa adalah yang paling populer. Bagi yang mempunyai lahan yang luas menyewakan lahan kepada petani yang mempunyai lahan yang sempit atau tak mempunyai lahan sama sekali. Dalam setiap status perlu adanya motivasi untuk meningkatkan produktivitas petani agar pendapatan besar. Perkembangan penduduk di perdesaan merupakan masalah dalam ketenagakerjaan, di pedesaan lahan sawah, tegalan, kebun atau lahan untuk tempat tinggal merupakan faktor yang dominan. Pertambahan jumlah penduduk haruslah diikuti oleh pertambahan luas lahan yang memadai agar terdapat keseimbangan. Bagi lahan-lahan yang luas yan dikuasai bagian kecil para petani perlu adanya pembatasan yang nyata. Pembagian lahan merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk mengurangi ketimpangan Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 76 persen respondenmenguasai berdasarkan status pengusaan lahan kurang dari 1 hektar. Status lahan milik dan diolah sendiri memperlihatkan jumlah yang terbanyak jika dibanding dengan status penguasaan lahan lainnya. Dilihat dari sisi pendapatan dari sumber usahatani menyubangkan share yang cukup besar dari pendapatan total yaitu sebesar 78,5 ini menunjukan bahwa kegiatan usahatani masih merupakan penyumbang penghasilan yang paling besar dibandingkan dengan tambahan pendapatan diluar usahatani. Setiap kenaikan 1 dalam luas penguasaan lahan akan mengakibatkan kenaikan 8,453 dalam pendapatan usahatani,kenaikan 1 dalam umur akan mengakibatkan penurunan 0,227 dalam pendapatan usahatani, setiap kenaikan 1 dalam lama sekolah akan mengakibatkan kenaikan 0,915 dalam pendapatan usahatani,setiap kenaikan 1 jumlah anggota keluarga akan mengakibatkan kenaikan 0,655 dalam pendapatan usahatani. Adanya hubungan yang positif antara distribusi pengusaan lahan dan distribusi pendapatan artinya kalau ketimpangan distribusi pengusaan lahan rendah maka ketimpangan pendapatan juga akan rendah atau sebaliknya. Dari uraian diatas maka strategi kebijakan antara lain adalah: 1. Akses penguasaan lahan bagi petani lahan sempit perlu di usahakan dengan serius yaitu dengan pembukaan lahan baru. 2. Mekanisme Sewa meyewa-lahan perlu diperlancar agar menigkatkan ekonomi masyarakat. 3. Di perdesaan Aceh Utara perlu adanya kegiatan ekonomi diluar usahatani agar dapat menambah kesejahteraan masyarakat . 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan 1. Kelembagaan lahan yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara meliputi sewa, gadaigala. Bagihasilmawah. Kerjasama lahan sebagai cerminan kerjasama antar petani dalam tata cara menggunakan lahan dalam usahatani dapat dipengaruhi oleh posisi tawar petani dalam kelembagaan lahan. Sewa sebagai bentuk kelembagaan yang memilki posisi tawar berimbang. Bagihasilmawah sebagai upaya pemilik lahan meningkatkan nilai guna lahan karena banyak penawaran tenaga kerja buruh tani. Gadaigala banyak dijumpai sebagai wujud posisi tawar pemilik lahan yang lemah karena terdesak kebutuhan mendapatkan uang tunai pada suatu saat. 2. Secara bersama-sama variabel luas penguasaan lahan, umur, jumlah anggota keluarga, lama sekolah, dummy status lahan, dan interaksi LPL x dummy berpengaruh signifikan terhadap pendapatan usahatani. Secara parsial variabel luas penguasaan lahan berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani dengan angka elastisitas 8,453 . Variabel interaksi LPL x dummy berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani dengan angka elastisitas 6,615. Variabel umur berpengaruh negatif terhadap pendapatan usahatani dengan angka elastisitas -0,227. Variabel lama sekolah berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani dengan angka elastisitas 0,912. Variabel jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap pendapatan usahatani dengan angka elastisitas 0,655. 3. Hubungan distribusi pendapatan dengan distribusi luas lahan berbentuk kurva U dimana angka Gini ratio yang tinggi pada luas lahan kecil kemudian bergerak ke angka Gini ratio yang lebih kecil pada luas lahan yang lebih luas, kemudian angka Gini ratio yang meningkat pada luas lahan yang sangat luas. Ada korelasi antara distribusi pendapatan dengan distribusi penguasaan lahan.Pendapatan petani di luar hasil pertanian mampu mengurangi ketimpangan pendapatan.Angka rata-rata Gini ratio pendapatan 0.4 menunjukan ketimpangan sedang, kemudian angka Gini ratio pengusaan lahan 0.28 dikatagorikan kedalam ketimpangan sedang. Angka Gini ratio rata-rata penguasaan lahan lebih merata dibanding dengan angka rata-rata Gini ratio pendapatan dikarenakan lahan terprahmentasi karena adanya hukum waris. Luas lahan 0 – 2000 m 2 jumlah penduduk miskin 100 , luas lahan 2.001- 10.000 m 2 jumlah penduduk miskin 46,1 , dan luas lahan 10.000 m 2 jumlah penduduk miskin 6,8 . Jika dilihat dari 122 responden maka 49,1 responden tergolong miskin. Semakin luas proporsi lahan yang dikuasai maka maka sedikit presentase jumlah responden mikin .