Topografi dan Tata Guna Lahan

persen sebesar 23.935 ha 7,26 persen. Kemiringan lahan diatas 40persen tidak lebih dari 1.176 ha 3,39 persen. Lahan hutan dan lahan perkebunan sangat menonjol di Kabupaten Aceh Utara.Hutan yang dikelola rakyat mencapai seluas 51.129 ha, atau paling kurang dari 15,51persen dari total luas lahan. Keberadaan hutan rakyat tersebut diharapkan berdampakterhadap peningkatan income generating warga yang mendiami di sekitar hutan. Lebihlanjut, hutan yang dikelola negara seluas 51.129 ha 15,20 persen. Secarakeseluruhan luas hutan di Aceh Utara mencapai 101.245 ha. Besarnya potensi hutantersebut harus diawasi secara ketat, terpadu, dan berbasis partisipasi masyarakat.Dengan demikian, fungsinya bagi kelansungan ekosistem dan kehidupan manusiatetap terjaga sepanjang masa. Tabel 5 Penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Utara, tahun 2006 – 2010 ha No. Penggunaan Lahan Luas lahan Ha 2006 2010 1. Persawahan 39.773 12,06 40.024 12,14 2. PekaranganBangunan 34.753 10,54 40.518 12,29 3. TegalanKebun 38.838 11,78 36.459 11,06 4. Ladanghuma 30.142 9,14 25.768 7,82 5. PengembalaanPadang Rumput 7.862 2,38 5.712 1,73 6. Sementara Tidak Diusahakan 12.713 3,86 9.163 2,78 7. Ditanam PohonHutan Rakyat 34.738 10,54 51.129 15,51 8. Hutan Negara 58.275 17,68 50.116 15,20 9. Perkebunan 43.537 13,21 40.771 12,37 10. Lain-lain 15.625 4,74 16.446 4,99 11. Tambak 9.540 2,89 9.456 2,87 12. KolamTebatEmpang 748 0,23 714 0,22 13. Rawa-rawa 3.142 0,95 3.410 1,03 Jumlah 329.686 100,00 329.686 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Utara 2011 Gambar 10Peta kawasan hutan di Kabupaten Aceh Utara Penggunaan lahan untuk perkebunan juga terlihat cukup memadai di AcehUtara, yakni hampir 40.771 ha 12,37 persen. Lahan perkebunan tersebutdimanfaatkan masyarakat untuk ditanami bermacam jenis komoditas, seperti kelapasawit, kakao, pinang, kelapa, cengkeh, karet, dan lainnya. Disamping diusahatanikanmasyarakat, perkebunan juga dikelola Badan Usaha Milik Negara BUMN, seperti PTPerusahaan Nusantara I PTPN I. Lahan perkebunan paling luas terdapat di KecamatanSawang dan Kecamatan Cot Girek, yakni masing-masing 9.787 ha dan 9.415 ha.Penggunaan lahan untuk pemukiman pekaranganbangunan dan sawah juga cukupmenonjol, disamping lahan lainnya diperuntukkan untuk tegalankebun, ladanghuma,tambak, sementara tidak digunakan, rawa, dan lainnya. 4.1.3Iklim Daerah Kabupaten Aceh Utara dipengaruhi oleh angin musim. Pada musim penghujan terdapat bulan-bulan basah sedang pada musim kemarau tidak terlalu kering. Keadaan suhu sedang tidak terlalu panas dan tidak terlalu ingin suhu rata- rata berkisar antara 28° — 36°C. Setiap tahun di daerah ini terdapat banjir yang merupakan bencana bagi penduduk. Bencana banjir ini biasanya terjadi di sekitar bulan-bulan Nopember sd Desember setiap tahun daerah-daerah yang sering diserang bencana banjir, ini adalah daerah sebelah Timur Aceh Utara. Banjir terjadi 3 — 4 kali dalam setahun dengan ketinggian air rata-rata 0,5 — 0,75 m. Lamanya tergenang air antara 1 — 3 hari, menurut perkiraan setiap tahun jumlah kerusakan tanaman rakyat, terutama padi, akibat bencana banjir ini berkisar antara 100 — 200 ha. Dalam beberapa tahun ini di Kabupaten Aceh Utara telah terjadi kemarau panjang. Hal ini mungkin disebabkan terlalu bebasnya pemotongan kayu dan penebangan hutan di gunung-gunung. 4.1.4Pemerintahan Secara administratif, hingga akhir tahun 2010 Kabupaten Aceh Utara terdiriatas 27 kecamatan, 852 gampong dan 70 mukim. Sebelumnya tahun 2006, terdapat22 kecamatan, 852 gampongkelurahan, dan 56 mukim. Sepanjang tahun 2006-2010telah terjadi pemekaran kecamatan dan penambahan mukim di Kabupaten Aceh Utara.Distribusi gampong antarkecamatan relatif merata dan sangat dipengaruhi olehperkembangan dan kemajuan pembangunan di setiap kecamatan. Gampong cukupmenonjol terdapat di Kecamatan Lhoksukon yaitu sekitar 8,82 persen 75 gampong.Kecamatan Tanah Luas dan Baktiya juga cukup memadai jumlah gampongnya, yaknimasing-masing 57 gampong. Jumlah gampong yang relatif sedikit ditemui di KecamatanNisam Antara sebanyak 6 gampong, Bandar Baro 9 gampong, Geureudong Pase 11gampong, dan Lapang 11 gampong. Beberapa kecamatan yang cukup dominan jumlahgampong dinilai memungkinkan untuk dilakukan pemekaran kecamatan sebagai upayapeningkatan kualitas pelayanan pemerintahan dan pembangunan bagi masyarakat. Salah satu persoalan mendasar kurang optimalnya pelayanan pemerintahanadalah apabila jarak ibukota kecamatan dengan ibukota kabupaten yang relatif jauh.Kondisi tersebut semakin buruk apabila tidak ditunjang dengan prasarana transportasiyang layak, disamping juga akses informasi dan komunikasi yang memadai. Tabel 6 Jumlah desa dan jarak dari ibu kota kecamatan ke ibu kota kabupaten dan ibu kota provinsi Kecamatan Jumlah Desa Ibu Kota Kecamatan Jarak ke Ibukota Kec. Ke Kabupaten km Provinsi km Sawang 39 Sawang 47 260 Nisam 29 Keude Amplah 24 283 Nisam Atara 5 Alue Dua 40 350 Banda Baro 9 Ulee Nyeue 30 264 Kuta Makmur 39 Buloh Biang Ara 14 289 Simpang Keramat 16 Kedee Simpang Empat 16 291 Syamtalira Bayu 38 Bayu 12 285 Geureudong Pase 11 Mbang 34 300 Meurah Mulia 50 Jungka Gajah 24 297 Matang Kuli 49 Matang Kuli 32 305 Paya Bakong 39 Keude Paya Bakong 41 314 Pirak Timu 23 Alue Bungkoh 35 350 Cot Girek 24 Cot Girek 43 325 Tanah Jambo Aye 47 Panton Labu 54 336 Langkahan 23 Langkahan 70 352 Seunuddon 33 Seunuddon 60 340 Baktiya 57 Alue le Puteh 46 328 Baktiya Barat 26 Keude Sampoiniet 40 322 Lhoksukon 75 Lhoksukon 31 313 Tanah Luas 57 Biang Jruen 24 297 Nibong 20 Keude Nibong 22 295 Samudera 40 Geudong 15 297 Syamtalira Aron 34 Simpang Muling 19 301 Tanah Pasir 18 Jrat Manyang 25 307 Lapang 11 Lapang 19 370 Muara Batu 24 Krueng Mane 31 244 Dewantara 15 Krueng Geukueh 16 259 Sumber: BPS Kab. Aceh Utara, 2011 Di AcehUtara, terdapat 2 kecamatan yang paling jauh jaraknya dari pusat kecamatan keibukota kabupaten, meliputi Langkahan dan Seunuddon. Ke pusat ibukota kabupaten,masyarakat yang mendiami di Langkahan harus menempuh jarak paling kurang 70 kmdan masyarakat di Seunuddon menempuh paling kurang 60 km. Kondisi yang tidak jauhberbeda juga ditemui di Sawang dan Baktiya. Jaraknya ke ibukota kabupaten masingmasingmencapai 47 km dan 46 km. Menyikapi kondisi tersebut, sudah sepatutnyaPemerintah Kabupaten Aceh Utara mengupayakan tersedianya prasarana perhubungandarat yang layak sehingga memudahkan masyarakat untuk memperoleh pelayananpemerintahan yang efektif dan efisien 4.1.5Demografi Mengutip data hasil sensus penduduk 2010, tercatat penduduk di KabupatenAceh Utara mencapai 529.746 jiwa, jauh lebih tinggi dibanding tahun 2006 yang masihsebanyak 502.288 jiwa. Selama periode 2006-2010, pertumbuhan kenaikan jumlahpenduduk di Aceh Utara relatif rendah, yakni rata- rata hampir 1,33 persen setiaptahunnya. Penyebaran penduduk relatif merata di setiap kecamatan. KecamatanLhoksukon sebagai pusat pemerintahan di Aceh Utara dihuni penduduk yang cukupdominan, dibanding kecamatan lainnya. Tercatat penduduk di Lhoksukon mencapai42.902 jiwa, atau sekitar 8,09 persen dari total penduduk Aceh Utara. Beberapa kecamatan yang masih menjadi incaran pendatang untuk menetapatau dihuni penduduk yang cukup memadai adalah Dewantara, Tanah Jambo Aye,Sawang, dan Baktiya. Sedangkan yang relatif sedikit penduduk ditemui di KecamatanGeureudong Pase, Pirak Timu, Bandar Baro, Lapang, Simpang Keuramat, Nibong, danTanah Pasir.Sepanjang tahun 2006-2010, struktur penduduk Aceh Utara dari sisi jeniskelamin masih didominasi kaum perempuan. Pada tahun 2006, tercatat pendudukperempuan sebanyak 255.407 jiwa 50,85 persen dan laki-laki sebanyak 246.881 jiwa49,48 persen. Kondisi tahun 2010 memperlihatkan bahwa dari 529.746 jiwapenduduk Aceh Utara, hampir 50,52 persen 267.645 jiwa merupakan kaumperempuan dan sekitar 49,48 persen 262.101 jiwa adalah laki-laki. Meski demikian,tidak semua kecamatan terlihat didominasi kaum perempuan Gambar 11 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara, tahun 2006 – 2010Jiwa Di Lhoksukon, misalnya,penduduk laki-laki cukup menonjol dibanding perempuan. Tercatat laki-laki palingkurang 50,80 persen dan perempuan 49,20 persen. Kondisi serupa juga terjadi diKecamatan Simpang Keuramat, Geureudong Pase, Langkahan, Lhoksukon, danDewantara.Perkembangan penduduk di Kabupaten Aceh Utara selama tahun 2006-2010dapat dilihat pada gambar 11.

4.1.7 Masa Turun Ke Sawah.

Bagi kecamatan-kecamatan yang ada irigasinya, biasanya masa turun ke sawah berkisar sekitar bulan Oktober sd Desember untuk padi rendengan dan bulan April sd Juni untuk padi gadu. Sedangkan bagi kecamatan kecamatan yang tidak ada irigasinyasawah tadah hujan, masa turun ke sawah sangat tergantung kepada musim, dan biasanya berkisar sekitar bulan-bulan September sd Januari. Masa turun ke sawah untuk seluruh Kabupaten Aceh Utara boleh dikatakan belum begitu serentak. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 5,02 5,16 5,27 5,33 5,30 4,85 4,95 5,05 5,15 5,25 5,35 2006 2007 2008 2009 2010 Da lam Rat u san Ri b u Tahun a. Tidak seluruh areal sawah yang ada sudah mempunyai irigasi yang teratur sehingga masa tanamnya sangat dipengaruhi oleh hujan yang tidak jarang musimnya sangatbervariasi antara satu tempat dengan tempat lain. b. Adanya penanaman padi dua kali dalam setahun dan penanamannya tidak serentak dilakukan meskipun dalam satu areal persawahan. Hal ini tentu saja merajalela hama dan penyakit tanaman padi yang dapat mengakibatkan menurunnya hasil. c. Petani penanaman yang belum begitu mantap antara tanaman padi dan palawija 4.1.8Provinsi NAD Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional Pada Gambar 12digambarkan Rencana Pola Ruang Nasional yang berkenaan dengan wilayah Provinsi NAD berdasarkan Peta Pola Ruang Wilayah Nasional dalam RTRWN.

4.1.8.1 Kawasan Budidaya Nasional Kawasan Andalan

Berdasarkan Gambar 12, dapat diindikasikan Kawasan Lindung di wilayah Provinsi NAD, dengan sebaran utamanya adalah di bagian timur wilayah, di bagian barat wilayah, dan di bagian tengah wilayah yang dilingkungi oleh kawasan lindung.Untuk pengembangan kawasan budidaya ini ditetapkan Kawasan Andalan, yang terdiri atas Kawasan Andalan darat dan Kawasan Andalan laut, seperti ditetapkan RTRWN. Gambar 12 Provinsi NAD dalam rencana pola ruang wilayah nasional 4.1.9 Rencana Tata Ruang di Kabupaten Aceh Utara Pasca diterbitkannya Undang-Undang Penataan Ruang UUPR di Indonesia pada tahun 1992 UU No. 14 Tahun 1992; selanjutnya diubah dengan diberlakukannya UU No. 26 Tahun 2007, Pemerintah Kabupaten Aceh Utara