Jumlah Tanggungan Keluarga Karakteristik Responden .1 Umur Responden

di atas dikaitkan dengan tingkat kemiskinan, akan banyak rumah tangga yang berada di bawah garis kemiskinan.

4.2.4 Alternatif Usaha Keluarga

Alternatif Usaha Keluarga petani merupakan salah satu usaha agar dapat menambah pendapatan petani, dengan adanya usaha keluarga lain ini nantinya akan dapat lebih mensejahterakan petani namaun dari hasil dilapangan dapat kita lihat sebagai berikut ternyata hanya 19,5 persen saja yang memiliki usaha alternatif keluarga sedangkan 80,4 persen hanya sebagai petani. Hal ini menunjukan bahwa kemiskinan petani di perdesaan ini juga disebakan masyarakat kurang mendapat akses ekonomi. Rendahnya akses ekonomi petani diluar bidang pertanian dapat dihubungkan dengan rendahnya tinggkat pendidikan responden serta usia lanjut para petani serta yang paling penting adalah tidak adanya kesempatan bekerja pada bidang lainnya. Gambar 18 Alternatif usaha keluarga 4.2.5Sejarah Kepemilikan Lahan Usahatani Pemilihan tanahumumnya tanah-tanah sawah di daerah ini adalah merupakan hak milik. Tanah hak milik ini tanah rakyat pada umumnya tidak mempunyai sertifikat hak milik sesuai undang-undang agraris, oleh karena pemilihan hak atas tanah ini sudah turun temurun. Apabila terjadi transaksi peralihan hak milik dari satu orang ke pihak lain misalnya terima pusaka, jual beli, hilah dan sebagainya cukup dengan membuat surat di atas materai dan diketahui oleh Kepala Kampung serta CamatKepala Pemerintahan setempat. Dengan demikian peralihan hak milik atas tanah dipandang sudah sah. Pada umumnya petani di Kabupaten Aceh Utara memiliki sawah berkisar antara 0,25 Ha sampai 1 Ha. Dan tidak ada perorangan ataupun badan-badan lain yang memiliki sawah yang luas-luas Kepemilikan lahan di Aceh dapat kita telusuri dari asal usul lahantanah milik petani. Bagaiman asal usul lahan petanipenduduk diuraikan sebagai berikut Hak milik atas lahan di daerah penelitian dapat diperoleh penduduk melalui beberapa cara : 1. Membuka tanah baru, pada mulanya dimulai dengan membubuhi tanda berupa pagar, yang berarti bahwa tanah itu akan dibuka. Menurut adat Aceh setiap tanaman harus dilindungi dengan pagar yang terdiri atas tiga buah tiang yang ditanam secara tegak lurus, disebut jeuneurob. Tanah yang dibuka tersebut 80,4 19,5 20 40 60 80 100 Tidak ada usaha lain di luar pertanian ada usaha lain di luar pertanian Pe rs en hanya dibolehkan bagi orang Islam saja. Pembukaan itu tidak dibatasi, karena tanah mati itu sangat luas, dengan catatan tanah yang dibuka itu harus benar- benar dikerjakan. Adapun yang berhak memberikan izin untuk membuka tanah yang mati itu kepada seseorang adalah keucik, kepala mukim dan panglima sagoe atau uleebalang di wilayah mereka yang bersangkutan. Selain itu, Sultan Aceh juga dapat memberikan hak kepada seseorang untuk membuka tanah yang belum digarap menurut kewajaran. Hak pembukaan atas tanah dapat dianggap hilang kembali apabila bekas-bekas pembukaan itu sudah tidak ada lagi, begitu pula bekas-bekas hutan yang ditebang, dibakar atau dibersihkan sudah tidak dikenali lagi. Terdapat suatu ketentuan di masyarakat bahwa tanah-tanah yang tidak dikerjakan lebih dari enam bulan karena pemiliknya tidak mau mengerjakannya lagi, maka tanah itu dapat diberikan kepada orang lain yang sungguh-sungguh menghendakinya untuk dikerjakan. 2. Peunulang, menurut adat Aceh, setiap anak laki-laki yang baru memasuki jenjang perkawinan, ia tinggal di rumah keluarga istrinya. Setelah beberapa tahun perkawinan berlangsung, kepada suami-istri ini dianjurkan untuk berdiri sendiri atau disebut dengan peumeukleh. Biasanya sebelum hal itu dilakukan, pihak orang tua istri telah mempersiapkan harta pemberian berupa tanah untuk anak perempuannya. Pada saat harta itu diberikan, dihadiri oleh famili, keucik dan tokoh masyarakat. Pemberian harta itu diberikan secara simbolis kepada si suami karena dialah yang bertanggungjawab untuk mengusahakan tanah itu. Apabila terjadi penceraian maka tanah itu akan kembali kepada pihak istri, kecuali apabila istri meninggal maka tanah itu akan menjadi harta warisan. 3. Warisan, orang tua yang memiliki harta berupa tanah biasanya apabila usianya telah lanjut maka tanah itu diberikan menurut perkara agama kepada ahli warisnya, yang disebut dengan peurae. Warisan itu juga dapat terjadi apabila seseorang meninggal dunia dan meninggalkan harta, maka semua ahli waris mendapat bahagian sesuai dengan hukum waris Islam. Harta benda milik orang yang meninggal itu dibagi dipeurae kepada ahli warisnya, di antaranya adalah tanah apabila meninggalkan tanah. 4. Bloe-publoe, jual beli pada zaman dahulu dilakukan dengan upacara tertentu baik berdasarkan syariat Islam maupun adat. Untuk jual beli biasanya harus dipenuhi tiga syarat, yaitu : hadirnya pimpinan gampong dari pihak penjual, adanya saksi paling sedikit dua orang, dan peusambot penyerahan oleh yang menjual dan harus disambot disambut oleh pembelinya. Untuk itu, terlebih dahulu keucik memberitahukan kepada hadirin tentang transaksi yang akan terjadi. Setelah terjadi ijab-qabul dengan harga yang sudah disepakati, keucik bertanya kepada hadirin, apakah mereka itu jelas mendengar semuanya itu, lalu si pembeli membayar dengan tunai maka selesailah urusan jual-beli tanah itu. 5. Hibah, hak atas tanah dapat juga diperoleh melalui hibah, yang pelaksanaannya hampir sama dengan peunulang, namun dalam bentuk yang lebih luas, tidak hanya terbatas terhadap anak tetapi dapat juga kepada orang lain sesuai dengan yang diinginkan oleh yang menghibah. Uraian hak milik atas lahan dirangkum dan dapat dilihat pada Tabel9