Kawasan Budidaya Nasional Kawasan Andalan

telah menyusun beberapa dokumen perencanaan ruang. Dokumen tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi pemerintah kabupaten dalam menerbitkan izin pemanfaatan ruang dan dalam mengendalikan proses pemanfaatan ruang daerah, serta pedoman bagi investormasyarakat untuk mengetahui jenis fungsi dan lokasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu. Tidak semua rencana tata ruang ditetapkan sebagai dokumen hukum. Data yang ada menunjukkan hanya 2 dua dokumen tata ruang di Kabupaten Aceh Utara yang mempunyai kekuatan hukum. Pertama adalah Rencana Umum Tata Ruang RUTR Kawasan Perkotaan Lhokseumawe Tahun 1996-2006 Perda Kabupaten Aceh Utara No. 5 Tahun 1997, perda ini kemudian menjadi tidak berlaku dengan ditetapkannya UU No. 2 Tahun 2001 yang menetapkan Kota Lhokseumawe sebagai daerah otonom yang dimekarkan dari Kabupaten Aceh Utara. Kedua, RUTR Lhoksukon RUTR dengan kedalaman Rencana Detil Tata RuangRDTR Kota Lhoksukon yang ditetapkan melalui Perda Kabupaten Aceh Utara No. 31 Tahun 2002, Lembaran Daerah No. 31 Seri E Nomor 6. Perubahan regulasi penataan ruang terutama dengan pemberlakuan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyebabkan sebagian besar dokumen rencana tata ruang harus disusun ulangdirevisi untuk menyesuaikan dengan norma, standar, pedoman dan manual NSPM terbaru dalam bidang penataan ruang. Berdasarkan data pada tabel diatas, diketahui bahwa hanya dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2032 yang masih sesuai dengan peraturan tentang penataan ruang yang saat ini berlaku. Gambar 13Rencana tata ruang Kabupaten Aceh Utara 4.1.8.1 Kecamatan dan Sistem Pusat Pelayanan di Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan Tabel 7 secara administratif, Kabupaten Aceh Utara terbagi atas 27 kecamatan. Dari rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Aceh Utara Tahun 2012-2032, diperoleh informasi sebagai berikut Kecamatan Sawang adalah pusat pelayanan kawasankecamatan dengan ibukota kecamatan Sawang, Kecamatan Nibong adalah pusat pelayanan kawasankecamatan dengan ibukota Nibong dan Kecamatan Matangkuli adalah pusat pelayanan kawasankecamatan dengan ibukota Matangkuli. Tabel 7 Sistem pusat pelayanan yang ditetapkan RTRW Kabupaten Aceh Utara. Suber : RTRW Kabupaten Aceh Utara Berdasarkan Tabel 8 diketahui total lahan budidaya 76,9 dari luas Kabupaten aceh utara dan hanya 3,65 dari luas lahan Propinsi Aceh sedangkan lahan lindung 23 dari luas lahan aceh utara dan hanya 1,09 dari luas lahan Aceh. Lahan budidaya Kabupaten Aceh Utara sudah cukup luas jika dilihat dari luas lahan yang ada. Adanya perkembangan jumlah penduduk yang terus bertambah dan juga terjadinya migrasi membuat kemungkinan adanya pengurangan dari luas lahan budidaya. Propinsi Aceh lahan lindung masih sangat kecil luasnya ini merupakan potensi untuk dapat memperluas lahan budidaya denagn pencetakan sawah baru maupun dengan program transmigrasi. No. Nama Kecamatan Ibu Kota Fungsi Pelayanan 1 Muara Batu Krueng Mane PKN Pusat Kegiatan Nasional 2 Sawang Sawang PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 3 Banda Baro Ulee Nyeue PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 4 Dewantara Krueng Geukueh PKN Pusat Kegiatan Nasional 5 Nisam Keude Amplah PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 6 Nisam Antara Alue Dua PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 7 Kuta Makmur Buloh Blang Ara PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 8 Simpang Keuramat Simpang Keuramat PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 9 Geureudong Pase Mbang PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 10 Syamtalira Bayu Bayu PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 11 Meurah Mulia Jungka Gajah PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 12 Samudera Geudong PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 13 Tanah Pasir Matang Manyang PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 14 Syamtalira Aron Simpang Mulieng PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 15 Nibong Nibong PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 16 Lhoksukon Lhoksukon PKL Pusat Kegiatan Lokal 17 Lapang Keude Lapang PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 18 Tanah Luas Blang Jruen PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 19 Matangkuli Matangkuli PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 20 Paya Bakong Paya Bakong PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 21 Pirak Timu Alue Bungkoh PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 22 Baktiya Barat Sampoiniet PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 23 Baktiya Alue Ie Puteh PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 24 Seunuddon Seunuddon PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 25 Cot Girek Cot Girek PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 26 Langkahan Langkahan PPK Pusat Pelayanan KawasanKecamatan 27 Tanah Jambo Aye Panton Labu PKLp PKL Promosi Tabel 8 Luas kawasan lindung dan budidayasetiap kabupatenKota Se Aceh menurut RTRWA 2011 KabupatenKota Kawasan Lindung Kawasan Budidaya Luas Wilayah Aceh Budidaya Strategis Budidaya Lainnya Total Budidaya No Ha Ha Ha Ha Ha 1 Banda Aceh - - 6.314,42 6.314,42 6.314,42 2 Sabang 6.374,11 - 5.835,10 5.835,10 12.209,21 3 Aceh Besar 152.755,69 50.921,01 85.887,42 136.808,43 289.564,12 4 Pidie 207.353,88 47.290,58 62.279,11 109.569,69 316.923,57 5 Pidie Jaya 60.266,54 4.083,98 30.444,09 34.528.07 94.794,61 6 Bireun 75.739,61 16.976,29 86.914,99 103.891,28 179.630,89 7 Aceh Utara 62.019,04 35.349,95 172.096,96 207.446,92 269.465,96 8 Lhokseumawe - - 15.343,52 15.343,52 15.343,52 9 Aceh Timur 327.746,57 17.007,68 197.996,63 215.004,31 542.750.88 10 Langsa 3.359,62 6.224,44 9.988,64 14.213,08 17.572,70 11 Aceh Tamiang 101.351,86 10.701,79 102.645,37 113.347,16 214.699,02 12 Aceh Jaya 295.090,56 14.747,90 77.867,69 92.615,59 387.706,15 13 Aceh Barat 151.999,98 525,18 123.347,00 123.872,18 275.872,16 14 Nagan Raya 255.366,13 16.595,43 82.529,50 99.124,93 354.491,06 15 Aceh Barat Daya 166.772,36 11.927,00 9.505,68 21.432,68 188.205,04 16 Aceh Selatan 378.720,92 9.969,37 28.968,57 38.937,94 417.658,86 17 Aceh Singkil 103.018,62 5.836,04 75.733,30 81.569,34 184.587,96 18 Aceh Tenggara 388.681,41 13.624,00 14.657,12 28.281,12 416.962,53 19 Gayo Lues 500.777,36 22.034,04 32.179,22 54.213,26 554.990,62 20 Aceh Tengah 327.125,43 41.257,18 77.021.52 118.278,70 445.404.13 21 Bener Meriah 132.643,35 18.497,43 39.259,78 57.757,21 190.400,56 22 Simeulue 121.696,72 10.345,07 50.680,13 61.025,20 182.721.92 ACEH 3.894.758,33 353.946,81 1.427.135,31 1.781.082,12 5.675.840,45 Persentase 68,62 6,24 25,14 31,38 Sumber : RTRWA 2011 4.2 Karakteristik Responden 4.2.1 Umur Responden Faktor umur memegang peranan yang cukup penting dalam menghasilkan barang dan jasa, karena hal ini akan mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Seorang yang berada pada umur produktifpotensial, akan berbeda tingkat prodiktivitasnya jika dibandingkan dengan mereka yang berumur di luar umur pontensial 15 - 55 tahun . Gambar 14Jumlah responden dirinci menurut kelompok umur Berdasarkan Gambar 14 menunjukan bahwa secara umum rata-rata umur responden adalah 45 tahun. Untuk melihat lebih jelas, berikut ini rincian 12,1 19,5 17,8 13,1 16,2 21,1 5 10 15 20 25 20 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 P e r sen Tahun responden yang dikelompokan menurut golongan umur : Dari tabel nampak bahwa mayoritas responden berumur dia atas 55 tahun 21,1 . Hal ini menunjukan bahwa mayorotas reponden memiliki usia lanjut.Menurut Mudakir 2011 umur rata-rata responden 50 tahun Pada tingkat umur ini menunjukan bahwa secara fisik mereka dapat dianggap masih cukup produktif dalam melakukan suatu pekerjaan namun lanjutnya usia para petani ini mengkhuatirkan sebab semakin tua usia seseorang maka praduktifitasnyapun semakin berkurang mungkin akan berdampak kepada menurunya hasil produksi maksimal oleh para petani. 4.2.2 Tingkatan Pendidikan Responden Tingkatan pendidikan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah pendidikan formal yang telah ditempuh responden yang terdiri dari tidak pernah sekolah TPS, tamat sekolah dasar SDsederajat, tamat sekolah Menegah Pertama SMPsederajat, dan tamat sekolah Menegah Atas SMA dan sederajat. Untuk melihat lebih jelas tentang jumlah responden dirindi menurut jenjang pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut : Gambar 15 Jumlah responden menurut jenjang pendidikan Berdasarkan Gambar15 dapat dilihat bahwa 52,46 persen dari keseluruhan responden berhasil mencapai jenjang pendidikan sampai Sekolah Dasarsederajat, sisanya sebesar 8,20 persen tidak tamat SD, kemudian sebesar 17,21 persen mencapai jenjang pendidikan tamat sekolah menegah pertama dan 22,13 persen mencapai jenjang pendidikan sampai tamat Menegah Atas atau sederajat. Rendahnya tingkat pendidikan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kurangnya informasi tentang pendidikan pada masa lampau, kurangnya kesempatan mengikuti pendidikan karena mereka miskin, sehingga sebagian besar waktunya digunakan untuk bekerja membatu orang tuanya mencari tambahan pendapatan. Implikasi dari keadaan rendahnya tingkat pendidikan responden mengakibtanya sulitnya menerima hal-hal inovasi yang sifatnya dapat menambah wawasan, pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri ini juga dapat dibuktikan rendahnya tingkat penggunaan teknologi oleh petani seperti dapat dilihat Gambar 14. Berdasarkan Gambar 16 dapat dilihat bahwa hanya 23,5 persen petani yang ada penggunaan teknologi dalam pekerjaan pertaniannya dan 76,4 persen petani tidak ada penggunaan teknologi . Rendahnya penggunaan teknologi ini dapat dikaitkan dengan rendahnya tingkat pendidikan para petani yang lebih banyak berpendidikan SD yaitu 53 persen petani. Kaitan rendahnya pendidikan petani 8,20 52,46 17,21 22,13 10 20 30 40 50 60 Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SMP Tamat SLTA Keatas P er s en