Pecking Order Theory Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang Emiten Pertanian di Bursa Efek Indonesia

4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu, yaitu penerbitan obligasi, kemudian sekuritas yang berkarakter opsi obligasi konversi, akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Pecking order theory juga menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya lebih memilih untuk meminjam dalam jumlah sedikit.Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut memiliki internal financing laba ditahan cukup untuk mendanai kebutuhan perusahaan. Sedangkan perusahaan kurang profitableakan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar, karena dana internalnya tidak cukup dan hutang bagi pemilik perusahaan merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Dana eksternal yang lebih disukai pemilik perusahaan dalam bentuk hutang memiliki dua alasan, pertama adalah pertimbangan biaya emisi obligasi lebih murah dari pada biaya emisi saham baru. Hal ini dikarenakan penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, karena manajer khawatir jika penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan menyebabkan harga saham akan turun. Hal tersebut terjadi akibat adanya asymmetric information antara pihak manajemenperusahaan dengan pihak investor.Pihak manajemen perusahaan mempunyai informasi yang lebih banyak dari pada pihak investor. Maka dengan demikian, pihak manajemen mengetahui bahwa harga saham pada saat ini akan mengalami peningkatan nilaiharga saham, maka manajemen akan memilih untuk menawarkan saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal.

2.4 Asymmetric Information Theory and Signaling Theory

Asymmetric information theory terjadi pada suatu situasi di mana manajer perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek di masa depan dibandingkan dengan investor Brigham dan Houtson 2001 dalam Hapsari 2010. Adanya asimetrik informasi membuat manajer perusahaan merasa lebih tepat dalam menentukan strategi capital structure karena manajer lebih banyak mengetahui informasi di dalam perusahaan.Atas dasar ketidaksamaan informasi yang dimiliki antara investor pemilik modal dengan manajer, kemudian teori ini menjadi dasar munculnya signaling theory dan agency theory.Signaling theory merupakan langkah-langkah manajemen dari perusahaan yang sebenarnya memberikan petunjuk secara implisit kepada investor tentang bagaimana yang menguntungkan akan menghindari emisi saham baru dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain termasuk dengan penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Hal ini disebabkan karena dengan menerbitkan saham baru maka akan memberikan sinyal bahwa prospek perusahaan sedang kurang baik. Dampaknya akan terlihat dengan rendahnya harga saham pada waktu pertama kali dilakukan public offering. Brigham dan Houtson 2001 menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan hutang. Ross 1977 dalam Mega 2010 mengembangkan model struktur modal bahwa penggunaan hutang merupakan sinyal yang disampaikan oleh manajer ke pasar dengan harapan investor dapat menangkap sebagai sinyal positif. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dan harga saham nilai perusahaan akan meningkat, serta ingin mengkomunikasikan hal tersebut ke investor, maka manajer dapat menggunakan hutang lebih banyak sebagai sinyal positif. Perusahaan yang meningkatkan hutang bisa dipandang oleh investor sebagai perusahaan yang yakin akan prospek perusahaan di masa mendatang. Pertimbangan dasarnya adalah penambahan hutang menyebabkan keterbatasan arus kas dan akan meningkatkan biaya modal sehingga manajer hanya akan menerbitkan hutang baru yang lebih banyak apabila mereka yakin perusahaan kelak dapat memenuhi kewajibannya, terkait biaya emisi penerbitan hutang lebih rendah dibandingkan biaya emisi penerbitan saham serta penggunaan hutang dapat mengurangi biaya pajak. Maka Investor dalam hal ini diharapkan dapat menangkap sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik, dengan demikian hutang merupakan tanda atau sinyal positif.