Manfaat Penelitian Kebijakan Hutang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal

Sebuah perusahaan memiliki tujuan utama untuk memaksimalkan keuntungan bagi pemegang saham yaitu melalui peningkatan nilai perusahaan.Peningkatan nilai perusahaan sendiri dipengaruhi oleh keputusan dalam memanajemen struktur modal yang tepat oleh manajer keuangan. Menurut Brigham dan Houtson 2001 dalam Karinaputri 2012 bahwa struktur modal yang ditargetkan merupakan bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa yang direncanakan perusahaan untuk menambah modal. Hal yang serupa disampaikan juga oleh Mardiyanto 2009 bahwa yang dimaksud struktur modal adalah komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas. Struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam internal perusahaan maupaun dari luar eksternal perusahaan. Sumber dana internal sendiri berasal dari laba ditahan perusahaan setelah dikurangi dividen, sedangkan sumber dana eksternal yang berasal dari para kreditor merupakan modal pinjaman atau hutang. Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang dapat menaikkan nilai perusahaan.Menurut teori Modigliani dan Miller proporsi MM I mengatakan bahwa meningkatnya nilai perusahaan disebabkan oleh adanya peningkatan proporsi hutang dalam struktur modal perusahaan.

2.2 Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang pada dasarnya adalah kebijakan yang digunakan untuk menentukkan nilai perusahaan.Kebijakan hutang perusahaan merupakan tindakan manajemen perusahaan dalam rangka mendanai operasional perusahaan dengan menggunakan modal yang berasal dari hutang.Hal ini erat kaitannya dengan struktur modal yang dipilih perusahaan. Kebutuhan pendanaan secara pendekatan agency theory, pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dibiayai dengan hutang karena dengan mengunakan hutang, biaya emisi hutang lebih rendah dan hak pemegang saham terhadap perusahaan tidak akan berkurang dalam mencapai tujuan perusahaan, serta prilaku manajer dan komisaris perusahaan juga dapat dikendalikan. Namun sebaliknya manajer tidak menyukai pendanaan tersebut, dikarenakan hutang mengandung risiko yang tinggi dan manajemen perusahaan mempunyai kecendrungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain. Kebijakan hutang leverage sering diukur dengan long term debt to equity ratio LDER yang mencerminkan rasio antara total hutang jangka panjang terhadap modal sendiri Brealey et al. 2008. Sehingga dapat dikatakan jika semakin rendah LDER, menunjukkan bahwa rendahnya tingkat hutang yang dimiliki perusahaan dalam mendanai modal dan tingginya kemampuan perusahaan untuk membayar hutang.Apabila suatu perusahaan menggunakan hutang secara terus-menerus, maka semakin besar juga kewajiban yang ditanggung perusahaan tersebut. Pada akhirnya hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang akan dibagikan. Hal tersebut disebabkan karena kewajiban membayar hutang akan lebih diprioritaskan dari pada kewajiban membagikan dividen.

2.3 Pecking Order Theory

Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, kemudian hutang, dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Pada kondisi di mana laba ditahan perusahaan dianggap kurang, maka penggunaan sumber pendanaan eksternal yang lebih awal dipilih adalah hutang, dikarenakan biaya yang dikeluarkan untuk penerbitan hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham.Menurut Brealey dan Myers 1991 dalam Husnan2000 urutan pendanaan dalam pecking order theory adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan lebih menyukai internal financing dana internal. 2. Perusahaan mencoba menyesuaikan rasio pembagian dividen yang ditargetkan dangan berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis. 3. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi, maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual sekuritas yang dimiliki. 4. Apabila pendanaan dari luar diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling “aman” terlebih dahulu, yaitu penerbitan obligasi, kemudian sekuritas yang berkarakter opsi obligasi konversi, akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan. Pecking order theory juga menjelaskan bahwa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya lebih memilih untuk meminjam dalam jumlah sedikit.Hal ini dikarenakan perusahaan-perusahaan tersebut memiliki internal financing laba ditahan cukup untuk mendanai kebutuhan perusahaan. Sedangkan perusahaan kurang profitableakan cenderung mempunyai hutang yang lebih besar, karena dana internalnya tidak cukup dan hutang bagi pemilik perusahaan merupakan sumber eksternal yang lebih disukai. Dana eksternal yang lebih disukai pemilik perusahaan dalam bentuk hutang memiliki dua alasan, pertama adalah pertimbangan biaya emisi obligasi lebih murah dari pada biaya emisi saham baru. Hal ini dikarenakan penerbitan saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, karena manajer khawatir jika penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan menyebabkan harga saham akan turun. Hal tersebut terjadi akibat adanya asymmetric information antara pihak manajemenperusahaan dengan pihak investor.Pihak manajemen perusahaan mempunyai informasi yang lebih banyak dari pada pihak investor. Maka dengan demikian, pihak manajemen mengetahui bahwa harga saham pada saat ini akan mengalami peningkatan nilaiharga saham, maka manajemen akan memilih untuk menawarkan saham baru sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih mahal.

2.4 Asymmetric Information Theory and Signaling Theory

Asymmetric information theory terjadi pada suatu situasi di mana manajer perusahaan memiliki lebih banyak informasi tentang operasi dan prospek di masa depan dibandingkan dengan investor Brigham dan Houtson 2001 dalam Hapsari 2010. Adanya asimetrik informasi membuat manajer perusahaan merasa lebih tepat dalam menentukan strategi capital structure karena manajer lebih banyak mengetahui informasi di dalam perusahaan.Atas dasar ketidaksamaan informasi yang dimiliki antara investor pemilik modal dengan manajer, kemudian teori ini